Benefit Transfer Net Present Value NPV

ketersediaan serupa substitusi misalnya sejumlah tanaman lain didekatnya. Apakah karakteristik populasi yang relevan dan sebanding. Misalnya, demografi sama antara daerah dimana penelitian dilakukan dan daerah yang dinilai. Jika tidak, apakah data yang tersedia untuk melakukan penyesuaian. 3. Mengevaluasi kualitas penelitian yang akan ditransfer. Semakin baik kualitas studi awal, nilai yang ditransfer akan lebih akurat. Hal ini membutuhkan penilaian profesional peneliti. Misalnya, peneliti telah memutuskan bahwa kedua studi dapat diterima dalam hal kualitas. 4. Menyesuaikan nilai-nilai yang ada agar lebih mencerminkan nilai karbon yang dipertimbangkan, serta menggunakan informasi apapun yang tersedia dan relevan. Peneliti mungkin perlu untuk mengumpulkan beberapa data tambahan untuk melakukan ini dengan baik. Misalnya, karbon yang dinilai dalam setiap studi yang ada berbeda dari situs yang menarik. Peneliti perlu menyesuaikan nilai dari studi pertama dengan menerapkan data demografis untuk menyesuaikan perbedaan pada pengguna. Jika studi kedua memiliki fungsi manfaat yang meliputi jumlah situs pengganti, fungsi dapat disesuaikan untuk mencerminkan jumlah yang berbeda dari pengganti yang tersedia di lokasi penelitian.

4.5.7 Net Present Value NPV

Net present value NPV merupakan selisih antara pengeluaran dan pemasukan yang telah didiskon dengan menggunakan social opportunity cost of capital sebagai diskon faktor, atau dengan kata lain merupakan arus kas yang diperkirakan pada masa yang akan datang dan didiskontokan pada saat ini. Untuk menghitung NPV diperlukan data tentang perkiraan biaya produksi dan investasi, serta perkiraan manfaat benefit dari penilaian sumberdaya alam yang dilakukan. Secara sederhana rumus umum yang digunakan untuk menghitung NPV adalah sebagai berikut: 1 1 i t NPV   Keterangan: NPV : Nilai sekarang bersih Net Present Value i : Tingkat diskonto t : Waktu Menurut Hanley dan Spash 1993, proses penghitungan net present value dapat dengan menggunakan tabel diskon faktor. Adapun diskon faktor tersebut dapat disesuaikan dengan jumlah tahun yang diinginkan. Net present value merupakan cara yang paling sederhana dalam memperkirakan suatu nilai sumberdaya alam untuk masa yang akan datang.

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN

5.1 Kondisi Kawasan DAS Limboto

Kawasan DAS Limboto merupakan salah satu DAS prioritas I, berdasarkan SK Menhut No. 248Kpts-II1999 tentang urutan prioritas Daerah Aliran Sungai. Meskipun kawasan DAS Limboto sebagian besar masuk ke dalam wilayah Kabupaten Gorontalo, namun pengelolaannya tidak hanya dilakukan oleh pemerintah Kabupaten Gorontalo tetapi juga dilakukan oleh pemerintah Propinsi Gorontalo. Hal ini disebabkan karena kawasan DAS Limboto yang bermuara di Danau Limboto mempunyai arti penting bagi kelestarian danau tersebut, dimana sebuah danau tidak hanya dipandang sebagai aset lokal namun juga merupakan aset nasional. Kondisi kawasan DAS Limboto secara umum adalah sebagai berikut: 1. Letak dan Luas Secara administratif DAS Limboto berada di dalam wilayah Kabupaten Gorontalo dan Kota Gorontalo, Propinsi Gorontalo. Secara geografis DAS Limboto terletak pada 122° 42’ 0,24” - 123° 03’ 1,17” BT dan 00° 30’ 2,035” - 00° 47’ 0,49” LU. Sebelah utara berbatasan dengan DAS Poso, sebelah timur berbatasan dengan DAS Bolango, sebelah selatan berbatasan dengan DAS Batuda ’a Pantai dan sebelah barat berbatasan dengan DAS Paguyaman. Berdasarkan fungsi kawasannya, DAS Limboto terletak pada lahan di luar dan di dalam kawasan hutan yang meliputi areal penggunaan lain APL 53.750 hektar, hutan lindung 7.019 hektar, hutan produksi 474 hektar, hutan produksi konversi 86 hektar, hutan produksi terbatas 25.062 hektar dan hutan suaka alam 166 hektar. Kawasan DAS Limboto tersebar di sembilan kecamatan 8 kecamatan di Kabupaten Gorontalo dan 1 kecamatan di Kota Gorontalo dan 70 desa, sedangkan yang termasuk wilayah pesisir Danau Limboto mencakup 17 desa kelurahan. Luas DAS Limboto yaitu 91.004 hektar, sedangkan luas Danau Limboto yaitu 3.472 hektar. 2. Keadaan Iklim Iklim di kawasan DAS Limboto memiliki tipe iklim agak lembab dan lembab berdasarkan klasifikasi iklim Fontanel - Chantefort. Curah hujan pada DAS Limboto berkisar antara 1.000 mm - 2.000 mm per tahun. Musim hujan terjadi sekitar bulan Oktober sampai bulan April, sedangkan musim kemarau terjadi sekitar bulan Mei sampai bulan September . 3. Penggunaan Lahan Pola penggunaan lahan di kawasan DAS Limboto didominasi oleh pertanian lahan kering campur semak seluas 27.154 hektar, kemudian hutan sekunder seluas 14.240 hektar, pertanian lahan kering seluas 13.973 hektar, semak belukar seluas 10.791 hektar, perkebunan seluas 6.638 hektar, sawah seluas 4.664 hektar, tanah terbuka seluas 2.051 hektar dan danau seluas 3.472 hektar, sedangkan lainnya yaitu tumbuhan air, rawa dan pemukiman. 4. Keadaan Topografi Kondisi topografi di kawasan DAS Limboto bervariasi yaitu mulai dari datar sampai dengan curam. Topografi lahan di kawasan DAS Limboto yaitu lahan datar seluas 37.586 hektar 41,60, lahan landai seluas 3.715 hektar 4,08, lahan agak curam seluas 2.658 hektar 2,92, lahan curam seluas 37.486 hektar 41,19 dan lahan dataran seluas 5.874 hektar 6,45. 5. Jenis Tanah Jenis tanah di kawasan DAS Limboto berdasarkan data digital peta jenis tanah antara lain Alfisol seluas 43.349 hektar 48,18, Inseptisol seluas 27.400 hektar 30,11, Entisol seluas 1.965 hektar 2,16, Molisol seluas 6.027 hektar 6,62 dan Vertisol seluas 5.022 hektar 5,52. 6. Lahan Kritis Tingkat kekritisan lahan di kawasan DAS Limboto berdasarkan data spasial lahan kritis pada tahun 2004 diketahui umumnya kawasan DAS Limboto termasuk kedalam ketegori agak kritis seluas 34.782 hektar, kritis seluas 25.127 hektar, potensial kritis seluas 16.582 hektar, sangat kritis seluas 7.734 hektar dan tidak kritis seluas 2.333 hektar. Pada dasarnya organisasi atau lembaga yang memiliki tanggung jawab terhadap pengelolaan kawasan DAS Limboto, sudah banyak dan sudah ada sebelum daerah tersebut berdiri menjadi satu wilayah pemerintahan sendiri. Propinsi Gorontalo merupakan propinsi baru yang terbentuk berdasarkan UU No.38 Tahun 2000 dan diresmikan oleh Menteri Dalam Negeri dan Menteri Otonomi Daerah pada tanggal 16 Februari 2001. Pada saat ini lembaga yang ada tidak hanya berasal dari lembaga yang dibentuk oleh pemerintah, tetapi juga lembaga non-pemerintah atas prakarsa dan komitmen yang kuat dalam pengelolaan kawasan DAS Limboto. Berdasarkan hal tersebut maka keberadaan kawasan DAS Limboto menjadi semakin penting karena adanya Danau Limboto yang merupakan landmark dari ekosistem perairan di Propinsi Gorontalo. Kawasan DAS Limboto terdiri dari beberapa Sub DAS dan 23 anak sungai yang bermuara ke Danau Limboto. Adapun Sub DAS yang konsisten menyuplai air ke Danau Limboto yaitu Sub DAS Alo, Sub DAS Pohu, Sub DAS Marisa dan Sub DAS Biyonga. Hasil identifikasi dilapangan saat ini kondisi Danau Limboto yang merupakan bagian hilir dari DAS Limboto sangat memprihatinkan. Kerusakan ekosistem yang terjadi di Danau Limboto salah satunya dapat dilihat dari keadaan fisik. Berdasarkan keadaan fisik Danau Limboto, menunjukkan bahwa setiap tahun terjadi sedimentasi sebanyak 46,66 cm, terjadi penyempitan Danau Limboto berkisar antara 66,66 hektar per tahun dan terjadi penurunan permukaan air normal Danau Limboto sebesar 1,75 cm. Perlu diketahui bahwa pada tahun 1932 kedalaman air di Danau Limboto yaitu sebesar 30 meter dan luasnya mencapai 7.000 hektar diukur pada bagian terdalam. Pada tahun 1955 kedalamannya menurun menjadi 16 meter dengan luasnya hanya mencapai 4.500 hektar. Pada saat ini terus terjadi penurunan dengan kedalaman hanya mencapai 2,5 meter, serta luas Danau Limboto hanya sekitar 3.000 hektar BP DAS Bone Bolango, 2009. Berdasarkan kondisi tersebut, sangat jelas bahwa telah terjadi proses penyempitan dan pendangkalan di bagian hilir DAS Limboto yang berlangsung relatif cepat. Berdasarkan perhitungan sederhana yang dilakukan, maka di bagian hilir DAS Limboto setiap tahun mengalami pendangkalan mencapai 10,6 cm dan penyempitan mencapai 69 hektar. Apabila tidak ada penanganan secara khusus oleh pihak terkait, maka dapat diprediksikan bahwa kurang lebih 40 tahun yang akan datang Danau Limboto yang merupakan bagian hilir dari DAS Limboto akan hilang dari permukaan bumi dan akan menjadi sebuah daratan.