Kondisi Sub DAS Biyonga
hektar, berombak 1.788 hektar, datar-landai 1.430 hektar dan berbukit 715 hektar.
5. Jenis Tanah Berdasarkan peta jenis tanah dari Balai Pengelolaan DAS Bone Bolango, jenis
tanah yang terdapat pada Sub DAS Biyonga didominasi oleh jenis tanah aluvial seluas 21.809,41 hektar, litosol seluas 6.825,01 hektar dan podsolik
seluas 25.628,26 hektar. 6. Lahan Kritis
Tingkat kekritisan lahan di wilayah Sub DAS Biyonga sudah cukup besar. Berdasarkan data lahan kritis dari Balai Pengelolaan DAS Bone Bolango pada
tahun 2009 ada dua kelurahan yang memiliki tingkat kekritisan yang cukup besar yaitu, Kelurahan Biyonga sebesar 22.153,54 hektar dan Kelurahan Kayu
Merah sebesar 15.155,07 hektar. Adapun total lahan kritis yang ada di wilayah Sub DAS Biyonga yaitu sebesar 54.262,68 hektar.
Wilayah Sub DAS Biyonga dibagi menjadi tiga daerah yaitu Kelurahan Biyonga dan Malahu yang berada di daerah hulu, Kelurahan Bongohulawa dan
Kayu Merah yang berada di daerah tengah, serta Kelurahan Hunggaluwa dan Kayu Bulan yang berada di daerah hilir. Berdasarkan pemanfaatan sumberdaya
alam yang ada di wilayah Sub DAS Biyonga dapat dibagi menjadi beberapa kawasan, antara lain:
1. Kawasan pertanian terdapat di Kelurahan Biyonga, Bongohulawa, Kayu Merah, Hunggaluwa dan Kayu Bulan. Kawasan tersebut memiliki potensi
pertanian tanaman pangan yang cukup besar antara lain padi, jagung, kacang tanah, kacang hijau, kedelai, sayur-sayuran dan buah-buahan. Akan tetapi
tanaman yang paling sering diusahakan sepanjang tahun oleh petani di kawasan tersebut antara lain padi, jagung, cabe dan tomat.
2. Kawasan perkebunan terdapat di Kelurahan Biyonga dan Malahu. Pada kawasan tersebut terdapat perkebunan kelapa, kelapa hibrida, kemiri, cengkeh,
kopi, vanili, kakao dan durian. Akan tetapi tanaman yang paling sering diusahakan sepanjang tahun oleh petani di kawasan tersebut antara lain
kelapa, kemiri dan cengkeh.
3. Kawasan perikanan air tawar terdapat di Kelurahan Kayu Bulan yang sekaligus juga merupakan kawasan Danau Limboto. Kawasan tersebut
memiliki potensi perikanan tangkap, perikanan bibilo dan perikanan budidaya. Nelayan di kawasan Danau Limboto sebagian besar merupakan nelayan
perikanan tangkap dan selebihnya adalah nelayan perikanan budidaya. 4. Kawasan hutan terdapat di Kelurahan Biyonga dan Malahu. Sebagian wilayah
dari kawasan tersebut merupakan kawasan hutan lindung Gunung Damar. Kawasan hutan lindung Gunung Damar didominasi oleh jenis pohon Damar,
Meranti, Cempaka dan Jati. 5. Kawasan industri kecil terdapat di Kelurahan Biyonga, Malahu,
Bongohulawa, Hunggaluwa dan Kayu Bulan. Industri pembuatan minyak kelapa terdapat di Kelurahan Biyonga dan Bongohulawa, industri pembuatan
gula merah terdapat di Kelurahan Biyonga dan Malahu, serta industri pembuatan tahu dan tempe terdapat di Kelurahan Hunggaluwa dan Kayu
Bulan. 6. Kawasan wisata terdapat di Kelurahan Kayu Bulan dan Bongohulawa. Wisata
yang cukup terkenal yaitu Danau Limboto terletak di Kelurahan Kayu Bulan, selain itu juga terdapat wisata rumah adat gorontalo dan menara keagungan.
Sementara itu wisata taman safari dan bukit PPN 32 terdapat di Kelurahan Bongohulawa.
Beberapa hal yang menyebabkan terjadinya kerusakan lingkungan di kawasan DAS Limboto antara lain akibat adanya kontribusi sedimentasi dari
wilayah Sub DAS Biyonga. Hal tersebut dapat dilihat dari total bahaya erosi yang terjadi di wilayah Sub DAS Biyonga lihat Tabel 2. Total bahaya erosi
merupakan hasil akhir dari perhitungan topografi kemiringan lereng, tutupan lahanvegetasi, penggunaan lahan land use, jenis tanah dan ailran permukaan
run-off. Berdasarkan topografinya kemiringan lereng, Sub DAS Biyonga didominasi oleh jenis topografi yang bergelombang dan curam. Curamnya
topografi di wilayah Sub DAS Biyonga, mengindikasikan bahwa tingkat kerusakan yang terjadi di wilayah tersebut cukup besar. Berdasarkan penggunaan
lahan land use, Sub DAS Biyonga didominasi oleh lahan pertanian dan perkebunan, sehingga mengakibatkan setiap tahunnya terjadi alih fungsi lahan
kehutanan menjadi lahan pertanian dan perkebunan serta pemukiman penduduk. Apabila masuk musim penghujan aliran permukaan di wilayah Sub DAS Biyonga
cukup tinggi, hal ini mengindikasikan bahwa tanah di wilayah tersebut sudah semakin jenuh akibatnya air sudah tidak dapat meresap ke dalam tanah.
Selain itu juga praktek illegal logging yang ada di daerah hulu Sub DAS Biyonga, merupakan penyebab terjadinya kerusakan lingkungan di wilayah Sub
DAS Biyonga. Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan dilapangan, setiap tahunnya terdapat puluhan kasus illegal logging di wilayah Sub DAS Biyonga.
Illegal logging tersebut terjadi akibat lemahnya pengawasan yang dilakukan oleh
pemerintah terkait. Hal ini dapat dilihat dari jumlah polisi hutan yang mengawasi daerah hulu Sub DAS Biyonga hanya berjumlah enam orang, sedangkan luas
kawasan hutan yang menjadi wilayah kerjanya mencapai lebih dari 10.000 hektar.