Nilai Guna Langsung Direct Use Value

Sub DAS Biyonga setelah dikurangi nilai air untuk komoditi padi Januari 2011 dapat dilihat pada Tabel 15. Tabel 15. Total Nilai Produktivitas Sumberdaya Alam Sektor Pertanian di Wilayah Sub DAS Biyonga Setelah dikurangi Nilai Air untuk Komoditi Padi Januari 2011 Komoditi Nilai Produktivitas SDA RpTahun Padi 61.695.709.819,67 Jagung 31.347.750.000,00 Cabe 647.680.000.000,00 Tomat 24.085.600.000,00 Kelapa 15.157.500.000,00 Kemiri 1.317.868.333,33 Cengkeh 5.064.444.000,00 Total 786.348.872.153,01 Sumber : Data Primer Diolah, 2011. Perhitungan dalam mengeluarkan nilai air dari nilai produktivitas sumberdaya alam sektor pertanian untuk komoditi padi, menggunakan perhitungan water residual value. Perhitungan water residual value merupakan cara yang paling sederhana dalam menilai air yaitu nilai produksi komoditi padi dikurangi dengan biaya input dan dibagi dengan jumlah air yang digunakan per periode produksi. Jumlah air per periode produksi untuk komoditi padi di wilayah Sub DAS Biyonga yaitu sebesar 21,54 literdetikhektar. Berdasarkan perhitungan yang dilakukan, maka nilai produktivitas sumberdaya alam sektor pertanian per tahun untuk komoditi padi setelah dikurangi nilai air yang diperoleh yaitu sebesar Rp.61.695.709.819,67. Total nilai produktivitas sumberdaya alam sektor pertanian per tahun di wilayah Sub DAS Biyonga setelah dikurangi nilai air untuk komoditi padi yaitu sebesar Rp.786.348.872.153,01. Total nilai produktivitas sumberdaya alam yang diperoleh dari sektor pertanian tersebut sangat besar. Nilai tersebut bahkan melebihi nilai Produk Domestik Regional Bruto PDRB sektor pertanian pada tahun 2009 di Kabupaten Gorontalo yaitu sebesar Rp.608.613.000.000. Jika dilihat dari seluruh jenis komoditi yang paling sering diusahakan di wilayah Sub DAS Biyonga, maka komoditi padi, jagung, cabe dan tomat merupakan komoditi yang memiliki nilai produktivitas sumberdaya alam yang cukup besar. Secara ekonomi komoditi-komoditi tersebut memang sangat menguntungkan karena harganya yang cukup tinggi dipasar, namun disisi lain ada hal negatif yang ditimbulkan dari komoditi-komoditi tersebut yaitu penggunaan pupuk yang berlebihan dapat menyebabkan lahan pertanian menjadi jenuh. Apabila lahan menjadi jenuh, maka akan menyebabkan aliran permukaan run-off menjadi cukup tinggi dan inilah yang menjadi salah satu penyebab utama kerusakan lingkungan di wilayah Sub DAS Biyonga. Jenis komoditi pertanian lainnya yaitu kelapa, kemiri dan cengkeh cukup besar nilai produktivitasnya karena merupakan jenis tanaman perkebunan yang paling sering diusahakan di wilayah Sub DAS Biyonga. Jika dilihat dari usia tanaman perkebunan yang ada wilayah Sub DAS Biyonga, maka dapat diketahui bahwa rata-rata usia tanaman perkebunan yang ada berusia lebih dari 60 tahun. Hal ini menandakan bahwa keberadaan masyarakat yang menetap di wilayah Sub DAS Biyonga sudah cukup lama. Bahkan sebelum ada penetapan status mengenai kawasan hutan lindung di daerah hulu Sub DAS Biyonga oleh pemerintah, masyarakat sudah banyak yang memanfaatkan hutan lindung menjadi lahan pertanian dan perkebunan. Hal inilah yang juga merupakan penyebab utama terjadinya kerusakan lingkungan yang ada di wilayah Sub DAS Biyonga. Nilai Perikanan Nilai produktivitas sumberdaya alam sektor perikanan air tawar diperoleh dengan menjumlahkan nilai produktivitas dari beberapa jenis perikanan air tawar. Beberapa jenis perikanan air tawar yang dimasukkan dalam perhitungan nilai produktivitas antara lain perikanan tangkap, perikanan bibilo dan perikanan budidaya. Perlu diketahui bahwa perikanan bibilo adalah salah satu jenis perikanan tangkap tradisional yang ada di Danau Limboto. Perikanan tersebut menggunakan rumput sebagai media tempat berkumpulnya ikan. Nilai produktivitas sumberdaya alam sektor perikanan air tawar diperoleh dari nilai produksi per harimusim panen dikurangi dengan biaya input per harimusim panen. Biaya input untuk masing-masing jenis perikanan air tawar, diperoleh dari rata-rata biaya yang dikeluarkan oleh nelayanpetambak dalam satu kali penangkapanmusim panen. Adapun biaya input tersebut terdiri dari biaya benihbibit ikan, biaya pakan, biaya panen, biaya alat tangkap perahu, jala dan pancing, biaya perawatan alat tangkap, biaya bagi hasil, biaya transportasi BBM dan pajak. Nilai produktivitas sumberdaya alam sektor perikanan air tawar per harimusim panen di wilayah Sub DAS Biyonga Januari 2011 dapat dilihat pada Tabel 16. Tabel 16. Nilai Produktivitas Sumberdaya Alam Sektor Perikanan Air Tawar per HariMusim Panen di Wilayah Sub DAS Biyonga Januari 2011 Perikanan Air Tawar Nilai Produksi Rp Biaya Input Rp Nilai Produktivitas Rp Tangkap 25.769,00Hari 8.154,00Hari 17.615,00Hari Bibilo 100.000,00Hari 8.154,00Hari 91.846,00Hari Budidaya 8.000.000,00Musim 3.000.000,00Musim 5.000.000,00Musim Sumber : Data Primer Diolah, 2011. Bibilo adalah jenis perikanan tangkap tradisional dengan menggunakan rumput sebagai media. Berdasarkan hasil perhitungan nilai produktivitas sumberdaya alam sektor perikanan air tawar per hari yang terbesar adalah jenis perikanan bibilo sebesar Rp.91.846,00 dan nilai produktivitas sumberdaya alam sektor perikanan air tawar per hari yang terkecil adalah jenis perikanan tangkap sebesar Rp.17.615,00. Nilai produktivitas sumberdaya alam sektor perikanan air tawar khusus untuk jenis perikanan budidaya, perhitungannya dilakukan per musim panen. Satu musim panen pada perikanan budidaya yaitu selama empat bulan. Nilai produktivitas sumberdaya alam sektor perikanan air tawar per musim panen untuk jenis perikanan budidaya sebesar Rp.5.000.000,00. Nilai produktivitas sumberdaya alam sektor perikanan air tawar per tahun diperoleh dari hasil perkalian antara nilai produktivitas per harimusim panen, jumlah tangkapan per tahun dan jumlah penduduk yang bermata pencaharian sebagai nelayan. Total nilai produktivitas sumberdaya alam sektor perikanan air tawar per tahun diperoleh dari penjumlahan nilai produktivitas sumberdaya alam per tahun seluruh jenis perikanan air tawar. Total nilai produktivitas sumberdaya alam sektor perikanan air tawar di wilayah Sub DAS Biyonga Januari 2011 dapat dilihat pada Tabel 17. Berdasarkan hasil perhitungan nilai produktivitas sumberdaya alam sektor perikanan air tawar per tahun yang terbesar adalah jenis perikanan budidaya sebesar Rp.30.960.000.000,00. Nilai produktivitas sumberdaya alam sektor perikanan air tawar per tahun yang terkecil adalah jenis perikanan tangkap sebesar Rp.5.791.812.000,00. Nilai produktivitas sumberdaya alam sektor perikanan air tawar per tahun untuk jenis perikanan lainnya yaitu jenis perikanan bibilo sebesar Rp.18.957.014.400,00. Berdasarkan hasil penjumlahan nilai produktivitas sumberdaya alam per tahun untuk seluruh jenis perikanan air tawar, maka diperoleh total nilai produktivitas sumberdaya alam sektor perikanan air tawar per tahun sebesar Rp.55.708.826.400,00. Kecilnya nilai produktivitas sumberdaya alam sektor perikanan air tawar disebabkan karena semakin berkurangnya jumlah tangkapan ikan akibat penangkapan yang berlebihan over fishing dan adanya pendangkalan Danau Limboto akibat sedimentasi dari Sub DAS Biyonga. Tabel 17. Total Nilai Produktivitas Sumberdaya Alam Sektor Perikanan Air Tawar di Wilayah Sub DAS Biyonga Januari 2011 Perikanan Air Tawar Nilai Produktivitas Rp Jumlah Tangkapan Tahun Jumlah Penduduk Bermata Pencaharian Nilai Produktivitas SDA RpTahun Tangkap 17.615,00Hari 300 1.096 5.791.812.000,00 Bibilo 91.846,00Hari 300 688 18.957.014.400,00 Budidaya 5.000.000,00Musim 3 2.064 30.960.000.000,00 Total 55.708.826.400,00 Sumber : Data Primer Diolah, 2011. Bibilo adalah jenis perikanan tangkap tradisional dengan menggunakan rumput sebagai media. Nilai produktivitas sumberdaya alam per tahun seluruh jenis perikanan air tawar tersebut, belum dikurangi dengan nilai air untuk jenis perikanan budidaya. Nilai air untuk jenis perikanan budidaya tidak dimasukkan kedalam perhitungan nilai produktivitas sumberdaya alam sektor perikanan air tawar karena penggunaan air tersebut merupakan penggunaan air secara langsung yang dikategorikan sebagai perhitungan nilai air untuk produksi perikanan air tawar. Oleh sebab itu, nilai air untuk jenis perikanan budidaya dimasukkan kedalam perhitungan khusus total nilai air di wilayah Sub DAS Biyonga. Total nilai produktivitas sumberdaya alam sektor perikanan air tawar di wilayah Sub DAS Biyonga setelah dikurangi nilai air untuk jenis perikanan budidaya Januari 2011 dapat dilihat pada Tabel 18. Perhitungan dalam mengeluarkan nilai air dari nilai produktivitas sumberdaya alam sektor perikanan air tawar untuk jenis perikanan budidaya, menggunakan perhitungan water residual value. Perhitungan water residual value merupakan cara yang paling sederhana dalam menilai air yaitu nilai produksi jenis perikanan budidaya dikurangi dengan biaya input dan dibagi dengan jumlah air yang digunakan per periode produksi. Jumlah air per periode produksi untuk jenis perikanan budidaya di wilayah Sub DAS Biyonga yaitu sebesar 60 m 3 petak. Berdasarkan perhitungan yang dilakukan, maka nilai produktivitas sumberdaya alam sektor perikanan air tawar per tahun untuk jenis perikanan budidaya setelah dikurangi nilai air yang diperoleh yaitu sebesar Rp.28.998.000.000,00. Total nilai produktivitas sumberdaya alam sektor perikanan air tawar per tahun di wilayah Sub DAS Biyonga setelah dikurangi nilai air untuk jenis perikanan budidaya yaitu sebesar Rp.53.746.826.400,00. Tabel 18. Total Nilai Produktivitas Sumberdaya Alam Sektor Perikanan Air Tawar di Wilayah Sub DAS Biyonga Setelah dikurangi Nilai Air untuk Jenis Perikanan Budidaya Januari 2011 Perikanan Air Tawar Nilai Produktivitas SDA RpTahun Tangkap 5.791.812.000,00 Bibilo 18.957.014.400,00 Budidaya 28.998.000.000,00 Total 53.746.826.400,00 Sumber : Data Primer Diolah, 2011. Bibilo adalah jenis perikanan tangkap tradisional dengan menggunakan rumput sebagai media. Jika dilihat dari seluruh jenis perikanan air tawar yang paling sering diusahakan di wilayah Sub DAS Biyonga, maka jenis perikanan budidaya dan perikanan bibilo yang memiliki nilai produktivitas sumberdaya alam yang cukup besar. Jika dilihat dari sisi ekonomi memang sangat menguntungkan, namun disisi lain ada hal negatif yang ditimbulkan dari jenis perikanan tersebut yaitu penggunaan karamba jaring apung untuk perikanan budidaya dan bibilo menyebabkan sebagian lokasi di Danau Limboto yang merupakan daerah hilir dari Sub DAS Biyonga menjadi kapling-kapling milik pribadi atau kelompok. Hal tersebut dapat menimbulkan konflik horizontal diantara sesama nelayan, menyebabkan penyempitan dan pendangkalan Danau Limboto, serta penurunan kualitas sumberdaya air di Danau Limboto. Nilai Produk Kehutanan Nilai produktivitas sumberdaya alam produk kehutanan per tahun untuk setiap jenis komoditi yang dimanfaatkan, diperoleh dari hasil perkalian antara harga per satuan komoditi, produksi per hektar dan luas hutan per hektar. Total nilai produktivitas sumberdaya alam produk kehutanan per tahun diperoleh dari hasil penjumlahan setiap jenis komoditas yang dimanfaatkan. Total nilai produktivitas sumberdaya alam produk kehutanan di wilayah Sub DAS Biyonga Januari 2011 dapat dilihat pada Tabel 19. Tabel 19. Total Nilai Produktivitas Sumberdaya Alam Produk Kehutanan di Wilayah Sub DAS Biyonga Januari 2011 Jenis Komoditi Harga Rp Produksi Luas Hutan Ha Nilai Produktivitas SDA RpTahun Lindung Produksi Getah Damar 1.000Kg 62,25 KgHa 113 2.754 178.470.750 Kayu Damar, Meranti, Cempaka 1.400.000m 3 12,89 m 3 Ha - 2.754 49.698.684.000 Total 49.877.154.750 Sumber : Data Primer Diolah, 2011. Harga komoditi ditingkat petani pada bulan Januari 2011. Hasil perhitungan nilai produktivitas sumberdaya alam produk kehutanan per tahun untuk jenis komoditi getah damar yaitu sebesar Rp.178.470.750. Hasil perhitungan nilai produktivitas sumberdaya alam produk kehutanan per tahun untuk jenis komoditi kayu damar, meranti dan cempaka yaitu sebesar Rp.49.698.684.000. Berdasarkan perhitungan tersebut, maka diperoleh total nilai produktivitas sumberdaya alam produk kehutanan per tahun yaitu sebesar Rp.49.877.154.750. Nilai produktivitas sumberdaya alam produk kehutanan tersebut tidak terlalu besar dan menguntungkan jika dibandingkan dengan nilai produktivitas sumberdaya alam pada sektor pertanian dan perikanan. Hal tersebut didasarkan pada pemanfaatan jenis produk kehutanan itu sendiri tanpa merusak lingkungan yang ada di Sub DAS Biyonga. Misalnya pemanfaatan hutan lindung dan hutan produksi untuk mengambil getah damar tanpa menebang pohon damar itu sendiri, kemudian pengambilan kayu meranti dan cempaka pada hutan produksi yang setiap tahunnya dilakukan gerakan rehabilitasi lahan kehutanan dan menggantinya dengan pohon yang baru. Namun yang harus diperkuat adalah pengawasan hutan tersebut oleh pihak terkait dalam hal ini adalah Dinas Kehutanan, Pertambangan dan Energi Kabupaten Gorontalo untuk memperbanyak personil polisi hutan di wilayah tersebut. Nilai Industri Nilai produktivitas sumberdaya alam sektor industri diperoleh dengan menjumlahkan nilai produktivitas dari beberapa jenis industri kecil. Beberapa jenis industri kecil yang dimasukkan dalam perhitungan nilai produktivitas antara lain minyak kelapa, gula merah, tempe dan tahu. Nilai produksi per hari diperoleh dari hasil perkalian antara jumlah produksi per hari dengan harga satuan dari produk yang dihasilkan. Nilai produktivitas sumberdaya alam diperoleh dari nilai produksi per hari dikurangi dengan biaya input dari produk yang dihasilkan. Biaya input untuk masing-masing jenis industri kecil, diperoleh dari rata-rata biaya yang dikeluarkan oleh produsen dalam satu kali produksi. Adapun biaya input tersebut terdiri dari biaya bahan baku, upahgaji tenaga kerja, biaya transportasi BBM dan pajak. Nilai produktivitas sumberdaya alam sektor industri kecil per hari di wilayah Sub DAS Biyonga dapat dilihat pada Tabel 20. Tabel 20. Nilai Produktivitas Sumberdaya Alam Sektor Industri Kecil per Hari di Wilayah Sub DAS Biyonga Industri Jumlah Produksi Hari Satuan Harga Rp Nilai Produksi RpHari Biaya Input Rp Nilai Produktivitas RpHari M.Kelapa 20 Liter 15.000 300.000 100.000 200.000,00 G.Merah 30 Kilogram 12.000 360.000 50.000 310.000,00 Tempe 350 Bungkus 2.000 700.000 350.000 350.000,00 Tahu 14.000 Potong 125 1.750.000 1.060.000 690.000,00 Sumber : Data Primer Diolah, 2011. Harga ditingkat produsen pada bulan Januari 2011. Berdasarkan hasil perhitungan nilai produktivitas sumberdaya alam sektor industri kecil per hari yang terbesar adalah industri tahu sebesar Rp.690.000,00. Nilai produktivitas sumberdaya alam sektor industri kecil per hari yang terkecil adalah industri minyak kelapa sebesar Rp.200.000,00. Nilai produktivitas sumberdaya alam sektor industri kecil per hari untuk beberapa jenis industri kecil lainnya yaitu gula merah sebesar Rp.310.000,00 dan tempe sebesar Rp.350.000,00. Nilai produktivitas sumberdaya alam sektor industri kecil per tahun diperoleh dari hasil perkalian antara nilai produktivitas per hari, jumlah produksi per tahun dan jumlah industri kecil yang ada di Sub DAS Biyonga. Total nilai produktivitas sumberdaya alam sektor industri kecil per tahun diperoleh dari penjumlahan nilai produktivitas sumberdaya alam per tahun dari seluruh jenis industri kecil yang ada. Total nilai produktivitas sumberdaya alam sektor industri kecil di wilayah Sub DAS Biyonga Januari 2011 dapat dilihat pada Tabel 21. Tabel 21. Total Nilai Produktivitas Sumberdaya Alam Sektor Industri Kecil di Wilayah Sub DAS Biyonga Januari 2011 Industri Nilai Produktivitas RpHari Jumlah Produksi Tahun Jumlah Industri Nilai Produktivitas SDA RpTahun M.Kelapa 200.000 300 32 1.920.000.000,00 G.Merah 310.000 300 49 4.557.000.000,00 Tempe 350.000 300 5 525.000.000,00 Tahu 690.000 300 5 1.035.000.000,00 Total 8.037.000.000,00 Sumber : Data Primer Diolah, 2011. Berdasarkan hasil perhitungan nilai produktivitas sumberdaya alam sektor industri kecil per tahun yang terbesar adalah jenis industri gula merah sebesar Rp.4.557.000.000,00. Nilai produktivitas sumberdaya alam sektor industri kecil per tahun yang terkecil adalah jenis industri kecil tempe sebesar Rp.525.000.000,00. Nilai produktivitas sumberdaya alam sektor industri kecil per tahun untuk beberapa jenis industri kecil lainnya yaitu minyak kelapa sebesar Rp.1.920.000.000,00 dan tahu sebesar Rp.1.035.000.000,00. Berdasarkan hasil penjumlahan nilai produktivitas sumberdaya alam per tahun seluruh jenis industri kecil, maka diperoleh total nilai produktivitas sumberdaya alam sektor industri kecil per tahun yaitu sebesar Rp.8.037.000.000,00. Nilai produktivitas sumberdaya alam per tahun seluruh sektor industri kecil tersebut, belum dikurangi dengan nilai air untuk jenis industri tempe dan tahu. Nilai air untuk jenis industri tempe dan tahu tidak dimasukkan kedalam perhitungan nilai produktivitas sumberdaya alam sektor industri kecil karena penggunaan air tersebut merupakan penggunaan air secara langsung yang dikategorikan sebagai perhitungan nilai air untuk produksi industri kecil. Oleh sebab itu, nilai air untuk jenis industri tempe dan tahu dimasukkan kedalam perhitungan khusus total nilai air di wilayah Sub DAS Biyonga. Total nilai produktivitas sumberdaya alam sektor industri kecil di wilayah Sub DAS Biyonga setelah dikurangi nilai air untuk jenis industri tempe dan tahu Januari 2011 dapat dilihat pada Tabel 22. Tabel 22. Total Nilai Produktivitas Sumberdaya Alam Sektor Industri Kecil di Wilayah Sub DAS Biyonga Setelah dikurangi Nilai Air untuk Jenis Industri Tempe dan Tahu Januari 2011 Industri Nilai Produktivitas SDA RpTahun Minyak Kelapa 1.920.000.000,00 Gula Merah 4.557.000.000,00 Tempe 518.437.500,00 Tahu 1.022.062.500,00 Total 8.017.500.000,00 Sumber : Data Primer Diolah, 2011. Perhitungan dalam mengeluarkan nilai air dari nilai produktivitas sumberdaya alam sektor industri kecil untuk jenis industri tempe dan tahu, menggunakan perhitungan water residual value. Perhitungan water residual value merupakan cara yang paling sederhana dalam menilai air yaitu nilai produksi jenis industri tempe atau tahu dikurangi dengan biaya input dan dibagi dengan jumlah air yang digunakan per periode produksi. Jumlah air per periode produksi untuk industri tempe dan tahu di wilayah Sub DAS Biyonga yaitu sebesar 80 literhari. Berdasarkan perhitungan yang dilakukan, maka nilai produktivitas sumberdaya alam sektor industri kecil per tahun untuk jenis industri tempe setelah dikurangi nilai air yang diperoleh yaitu sebesar Rp.518.437.500,00, sedangkan untuk jenis industri tahu setelah dikurangi nilai air yang diperoleh yaitu sebesar Rp.1.022.062.500,00. Total nilai produktivitas sumberdaya alam sektor industri kecil per tahun di wilayah Sub DAS Biyonga setelah dikurangi nilai air untuk jenis industri tempe dan tahu yaitu sebesar Rp.8.017.500.000,00. Nilai produktivitas sumberdaya alam sektor industri kecil tidak terlalu besar jika dibandingkan dengan nilai produktivitas sumberdaya alam pada sektor pertanian, perikanan dan produk kehutanan. Hal tersebut disebebkan karena jumlah industri kecil di wilayah Sub DAS Biyonga masih sangat sedikit, serta minat masyarakat yang berwirausaha di wilayah Sub DAS Biyonga pun cukup kecil. Jika dilihat dari jenis pekerjaan penduduk yang ada di wilayah Sub DAS Bioynga, maka sebagian besar berprofesi sebagai petani, nelayan dan pegawai negeri sipil PNS. Kontribusi industri kecil di wilayah Sub DAS Biyonga terhadap kerusakan lingkungan tidak terlalu signifikan, karena jenis industri yang diusahakan merupakan industri yang tidak menggunakan bahan-bahan kimia yang berbahaya bagi lingkungan sekitar. Nilai Ekowisata Nilai ekowisata merupakan nilai sumberdaya alam yang dapat dipasarkan market valuation dan didasarkan pada survei dimana kesediaan membayar willingness to pay diperoleh langsung dari responden yang sedang mengunjungi tempat-tempat wisata di alam terbuka outdoor recreation, memancing, berburu dan hiking di wilayah Sub DAS Biyonga. Kesediaan membayar tersebut langsung diungkapkan oleh responden secara lisan maupun tertulis. Analisis kesediaan membayar dari responden untuk nilai ekowisata Sub DAS Biyonga didapat melalui sebuah skenario, sehingga setiap responden yang sedang mengunjungi tempat-tempat wisata di wilayah Sub DAS Biyonga bersedia untuk membayar. Hasil skenario tersebut diperoleh dari jumlah responden yang bersedia membayar dan sedang mengunjungi tempat-tempat wisata di alam terbuka outdoor recreation, memancing, berburu dan hiking di wilayah Sub DAS Biyonga yaitu sebanyak 50 responden. Semua responden yang diwawancarai bersedia membayar sesuai dengan kemampuan mereka untuk tempat wisata yang mereka kunjungi, sedangkan angka WTP yang muncul tersebut merupakan penawaran langsung dari responden tanpa ada paksaan. Nilai ekowisata Sub DAS Biyonga Januari 2011 dapat dilihat pada Tabel 23. Tabel 23. Nilai WTP Ekowisata Sub DAS Biyonga Januari 2011 WTP Rp Frekuensi Responden Nilai WTP RpKunjungan 5.000 24 120.000,00 10.000 12 120.000,00 15.000 8 120.000,00 20.000 6 120.000,00 Total 50 480.000,00 Nilai Median WTP 12.500,00 Nilai Total WTPTahun 903.387.500,00 Sumber : Data Primer Diolah, 2011. Nilai WTP per kunjungan diperoleh dari hasil perkalian antara besaran WTP yang bersedia dibayarkan oleh responden dengan jumlah responden yang bersedia membayar. Nilai total WTP per kunjungan diperoleh dari penjumlahan seluruh nilai WTP per kunjungan yaitu sebesar Rp.480.000,00. Nilai median WTP diperoleh dari nilai tengah WTP per kunjungan untuk responden yang bersedia membayar yaitu sebesar Rp.12.500,00. Nilai total WTP per tahun merupakan estimasi dari nilai ekowisata di wilayah Sub DAS Biyonga yang diperoleh dari hasil perkalian antara nilai median WTP dengan jumlah wisatawan yang berkunjung per tahun di Kabupaten Gorontalo 72.271 jiwa yaitu sebesar Rp.903.387.500,00. Jika dibandingkan dengan nilai ekowisata ditempat lain, maka nilai ekowisata yang ada di wilayah Sub DAS Biyonga sangat kecil. Hal ini disebabkan karena nilai ekowisata yang dihitung dalam penelitian ini merupakan nilai dari situs wisata yang ada di wilayah Sub DAS Biyonga. Semua situs wisata yang ada di wilayah Sub DAS Biyonga tidak menggunakan karcis sebagai biaya masuk, sehingga nilai yang didapatkan merupakan nilai dari kesediaan membayar willingness to pay masyarakat apabila kawasan ekowisata tersebut dikomersialisasikan. Sedangkan nilai ekowisata ditempat lain merupakan nilai ekowisata secara keseluruhan dengan menggunakan perhitungan yang lebih kompleks yaitu metode biaya perjalanan travel cost method. Analisis yang digunakan untuk mengetahui variabel-variabel yang mempengaruhi nilai WTP ekowisata dalam penelitian ini, yaitu dengan menggunakan analisis regresi linear berganda. Variabel yang mempengaruhi nilai WTP ekowisata telah ditetapkan sebanyak 10 variabel yaitu usia, pendidikan, pekerjaan, pendapatan, anggota keluarga, asal daerah, jarak tempat tinggal, fasilitas, keindahan alam dan tata ruang. Variabel pekerjaan, asal daerah, fasilitas, keindahan alam dan tata ruang menggunakan peubah dummy sebagai peubah indikator untuk variabel independen yang skala pengukurannya interval, ordinal dan nominal. Seluruh variabel tersebut merupakan variabel independen yang mempengaruhi variabel dependen yaitu nilai WTP ekowisata. Hasil analisis regresi nilai WTP ekowisata Sub DAS Biyonga dapat dilihat pada Tabel 24. Model yang dihasilkan dalam penelitian ini sudah cukup baik, hal tersebut ditunjukkan oleh angka R 2 sebesar 49,8 persen. Artinya, sebesar 49,8 persen keragaman WTP ekowisata dapat diterangkan oleh keragaman variabel-variabel penjelas yang terdapat dalam model, sedangkan sisanya 50,2 persen diterangkan oleh variabel-variabel lain yang tidak terdapat dalam model. Nilai F-Hitung yang diperoleh dalam model ini yaitu sebesar 3,87 dengan nilai Sig sebesar 0,001, hal ini menunjukkan bahwa variabel-variabel penjelas dalam model secara bersama- sama berpengaruh nyata terhadap nilai WTP ekowisata yang dilakukan pada taraf α. Nilai Durbin-Watson yang diperoleh dalam model ini yaitu sebesar 2,44918, artinya tidak ada autokorelasi didalam model tersebut, sehingga dapat dikatakan bahwa asumsi sisaan menyebar bebas dapat dipenuhi. Tabel 24. Hasil Analisis Regresi Nilai WTP Ekowisata Sub DAS Biyonga Variabel Coef SE Coef T-Stat P-Value Keterangan Constant 0,3306 0,7719 0,43 0,671 - Usia 0,00015 0,01271 0,01 0,991 Tidak Nyata Pendidikan 0,04187 0,03359 1,25 0,220 Tidak Nyata Pekerjaan_PNS D -0,1135 0,2929 -0,39 0,701 Tidak Nyata Pendapatan 0,34068 0,06760 5,04 0,000 Nyata Anggota Keluarga 0,08152 0,05699 1,43 0,161 Nyata Asal Daerah D -0,2233 0,2011 -1,11 0,274 Tidak Nyata Jarak Tempat Tinggal 0,002166 0,003928 0,55 0,585 Tidak Nyata Fasilitas D -0,3148 0,2606 -1,21 0,234 Tidak Nyata Keindahan Alam D -0,2516 0,2097 -1,20 0,237 Tidak Nyata Tata Ruang D -0,0902 0,2258 -0,40 0,692 Tidak Nyata R Square R 2 49,8 R Square R 2 Adjusted 37,0 F-Hitung 3,87 Sig 0,001 Durbin-Watson 2,44918 Sumber : Data Primer Diolah, 2011. Taraf nyata 95, Taraf nyata 80. Model yang dihasilkan dalam analisis regresi nilai WTP ekowisata Sub DAS Biyonga yaitu: WTPe = 0,331 + 0,0001 UR + 0,0419 TP – 0,113 PK_PNS + 0,341 PD + 0,0815 KL – 0,223 AD + 0,00217 JT – 0,315 FS – 0,252 KA – 0,090 TR Pada model tersebut variabel independen yang berpengaruh nyata adalah pendapatan dan anggota keluarga. Variabel pendapatan berpengaruh nyata pada taraf 95 persen terhadap nilai WTP ekowisata disebabkan karena nilai P-Value yang kurang dari taraf α 0,000,05. Nilai koefisien variabel pendapatan bertanda positif, artinya bahwa semakin tinggi tingkat pendapatan responden maka kecenderungan responden untuk memberikan penilaian terhadap WTP ekowisata akan semakin besar. Apabila kebutuhan dasarnya telah terpenuhi maka responden akan cenderung mengalihkan pendapatannya untuk memenuhi kebutuhan lainnya. Variabel anggota keluarga berpengaruh nyata pada taraf 80 persen terhadap nilai WTP ekowisata disebabkan karena nilai P- Value yang kurang dari taraf α 0,160,20. Nilai koefisien variabel anggota keluarga bertanda positif, artinya bahwa semakin banyak jumlah anggota keluarga responden maka kecenderungan responden untuk memberikan penilaian terhadap WTP ekowisata akan semakin besar. Sebagian besar responden ekowisata merupakan pegawai negeri dan swasta, oleh sebab itu tunjangan yang diperoleh untuk keluarga cukup tinggi, sehingga kecenderungan untuk memberikan penilaian cukup besar. Sementara itu, ada beberapa variabel independen lainnya yang berpengaruh tidak nyata baik pada taraf kepercayaan 95, 90, 85 dan 80 adalah usia, pendidikan, pekerjaan, asal daerah, jarak tempat tinggal, fasilitas, keindahan alam dan tata ruang. Variabel usia berpengaruh tidak nyata terhadap nilai WTP ekowisata disebabkan karena nilai P-Value yang lebih dari taraf α 0,990,20. Artinya bahwa pengaruh dari variabel usia terhadap kecenderungan responden dalam memberikan penilaian WTP ekowisata tidak terlalu signifikan. Variabel pendidikan berpengaruh tidak nyata terhadap nilai WTP ekowisata disebabkan karena nilai P-Value yang lebih dari taraf α 0,220,20. Artinya bahwa pengaruh dari variabel pendidikan terhadap kecenderungan responden dalam memberikan penilaian WTP ekowisata tidak terlalu signifikan. Variabel pekerjaan dengan profesi sebagai PNS berpengaruh tidak nyata terhadap nilai WTP ekowisata disebabkan karena nilai P-Value yang lebih dari taraf α 0,700,20. Artinya bahwa pengaruh dari variabel pekerjaan dengan profesi sebagai PNS terhadap kecenderungan responden dalam memberikan penilaian WTP ekowisata tidak terlalu signifikan. Variabel asal daerah berpengaruh tidak nyata terhadap nilai WTP ekowisata disebabkan karena nilai P- Value yang lebih dari taraf α 0,270,20. Artinya bahwa pengaruh dari variabel asal daerah terhadap kecenderungan responden dalam memberikan penilaian WTP ekowisata tidak terlalu signifikan. Variabel jarak tempat tinggal berpengaruh tidak nyata terhadap nilai WTP ekowisata disebabkan karena nilai P-Value yang lebih dari taraf α 0,580,20. Artinya bahwa pengaruh dari variabel jarak tempat tinggal terhadap kecenderungan responden dalam memberikan penilaian WTP ekowisata tidak terlalu signifikan. Variabel fasilitas berpengaruh tidak nyata terhadap nilai WTP ekowisata disebabkan karena nilai P-Value yang lebih dari taraf α 0,230,20. Artinya bahwa pengaruh dari variabel fasilitas terhadap kecenderungan responden dalam memberikan penilaian WTP ekowisata tidak terlalu signifikan. Variabel keindahan alam berpengaruh tidak nyata terhadap nilai WTP ekowisata disebabkan karena nilai P-Value yang lebih dari taraf α 0,230,20. Artinya bahwa pengaruh dari variabel keindahan alam terhadap kecenderungan responden dalam memberikan penilaian WTP ekowisata tidak terlalu signifikan. Variabel tata ruang berpengaruh tidak nyata terhadap nilai WTP ekowisata disebabkan karena nilai P-Value yang lebih dari taraf α 0,840,20. Artinya bahwa pengaruh dari variabel tata ruang terhadap kecenderungan responden dalam memberikan penilaian WTP ekowisata tidak terlalu signifikan.

7.1.2 Nilai Guna Tak Langsung Indirect Use Value

Nilai Air Nilai air merupakan nilai guna tak langsung indirect use value karena nilainya sering diabaikan oleh masyarakat. Air akan dianggap memiliki nilai yang sangat tinggi ketika ketersediaannya semakin langka dan terbatas. Berdasarkan hal tersebut maka penilaian terhadap nilai guna tak langsung indirect use value perlu dimasukkan kedalam perhitungan nilai ekonomi total total economic value . Nilai air untuk rumah tangga di wilayah Sub DAS Biyonga Januari 2011 dapat dilihat pada Tabel 25. Tabel 25. Nilai Air untuk Rumah Tangga di Wilayah Sub DAS Biyonga Januari 2011 Klasifikasi Langganan Harga Air Rpm 3 Pemakaian Rata-rata Jumlah Pelanggan KK Nilai Air Rp Rumah Tangga 3.200,00 12 m 3 KKBulan 5.283 202.867.200,00Bulan Total 2.434.406.400,00Tahun Sumber : Data Primer Diolah, 2011. Nilai air untuk rumah tangga diperoleh dari hasil perkalian antara harga air yang dijual oleh PDAM per meter kubik, pemakaian rata-rata air oleh setiap kepala keluarga KK per bulantahun dan jumlah pelanggan PDAM. Hasil perhitungan nilai air untuk rumah tangga per bulan di wilayah Sub DAS Biyonga yaitu sebesar Rp.202.867.200,00. Berdasarkan hasil perhitungan nilai air untuk rumah tangga per bulan, maka didapatkan nilai air untuk rumah tangga per tahun di wilayah Sub DAS Biyonga yaitu sebesar Rp.2.434.406.400,00. Nilai air untuk rumah tangga tersebut, belum mencakup nilai air secara keseluruhan karena harus dimasukkan juga nilai air untuk produksi. Nilai air untuk produksi yang dimasukkan kedalam perhitungan total nilai air yaitu nilai air untuk komoditi padi, nilai air untuk jenis perikanan budidaya, serta nilai air untuk jenis industri tempe dan tahu. Total nilai air di wilayah Sub DAS Biyonga Januari 2011 dapat dilihat pada Tabel 26. Tabel 26. Total Nilai Air di Wilayah Sub DAS Biyonga Januari 2011 Jenis Penggunaan Air Nilai Air RpTahun Rumah Tangga 2.434.406.400,00 Pertanian Padi 3.003.685.969,80 Perikanan Budidaya 1.962.000.000,00 Industri Tempe 6.562.500,00 Industri Tahu 12.937.500,00 Total 7.419.592.369,80 Sumber : Data Primer Diolah, 2011. Nilai air untuk produksi tersebut merupakan penggunaan air secara langsung dan terukur yang dikategorikan sebagai perhitungan nilai air untuk produksi di wilayah Sub DAS Biyonga. Total nilai air per tahun merupakan penjumlahan dari keseluruhan nilai air per tahun. Perhitungan nilai air tersebut menggunakan perhitungan water residual value. Perhitungan water residual value merupakan cara yang paling sederhana dalam menilai air yaitu nilai produksi dikurangi dengan biaya input dan dibagi dengan jumlah air yang digunakan per periode produksi. Adapun jumlah air per periode produksi untuk masing-masing sektor yaitu komoditi padi sebesar 21,54 literdetikhektar, jenis perikanan budidaya sebesar 60 meter kubik petak, serta industri tempe dan tahu sebesar 80 literhari. Berdasarkan perhitungan yang dilakukan, maka diperoleh nilai air per tahun untuk komoditi padi sebesar Rp.3.003.685.969,80, nilai air per tahun untuk jenis perikanan budidaya sebesar Rp.1.962.000.000,00, nilai air per tahun untuk jenis industri tempe sebesar Rp.6.562.500,00 dan nilai air per tahun untuk jenis industri tahu sebesar Rp.12.937.500,00. Total nilai air per tahun di wilayah Sub DAS Biyonga yaitu sebesar Rp.7.419.592.369,80. Jika dibandingkan dengan daerah lain, total nilai air yang ada di wilayah Sub DAS Biyonga sangat kecil. Hal ini disebabkan karena jumlah penggunaan air untuk kegiatan rumah tangga masih sangat sedikit, karena sebagian penduduk di wilayah Sub DAS Biyonga masih menggunakan air tanah sumur bor dan memanfaatkan air langsung dari sungai Biyonga. Selain itu juga, nilai air untuk kegiatan produksi disektor pertanian, perikanan dan industri kecil juga tidak terlalu besar, karena volume air yang digunakan sangat kecil pada masing-masing sektor. Nilai Karbon Nilai karbon merupakan nilai guna tak langsung indirect use value karena nilainya sering diabaikan oleh masyarakat. Karbon akan dianggap memiliki nilai yang sangat tinggi ketika ketersediaannya semakin langka dan terbatas. Berdasarkan hal tersebut maka penilaian terhadap nilai guna tak langsung indirect use value perlu dimasukkan kedalam perhitungan nilai ekonomi total total economic value. Wilayah Sub DAS Biyonga tidak memiliki hutan lahan kering primer, namun hanya memiliki hutan lahan kering sekunder, pertanian lahan kering, pertanian lahan kering campur semak, semakbelukar dan belukar rawa. Kemampuan menyimpan karbon untuk hutan alam primer yaitu sebesar 283 ton per hektar, hutan alam sekunder yaitu sebesar 194 ton per hektar dan hutan tersier yaitu sebesar 100 ton per hektar. Harga karbon yang telah ditetapkan oleh Bank Dunia World Bank yaitu sebesar US.10 per ton Rp.100.000,00ton. Nilai karbon per tahun diperoleh dari hasil perkalian antara jenis lahan per hektar, serapan karbon per hektar, harga karbon per hektar dan faktor koreksi 90. Faktor koreksi dimasukkan agar tidak terjadi penilaian yang terlalu tinggi over estimate . Nilai karbon di wilayah Sub DAS Biyonga Januari 2011 dapat dilihat pada Tabel 27. Berdasarkan hasil perhitungan nilai karbon per tahun yang terbesar adalah jenis pertanian lahan kering sebesar Rp.37.486.620.000,00. Nilai karbon per tahun yang terkecil adalah jenis belukar rawa sebesar Rp.1.296.000.000,00. Nilai karbon per tahun untuk jenis lahan lainnya yaitu jenis hutan lahan kering sekunder sebesar Rp.22.994.820.000,00, jenis pertanian lahan kering campur semak sebesar Rp.18.402.840.000,00 dan jenis semakbelukar sebesar Rp.30.942.000.000,00. Tabel 27. Nilai Karbon di Wilayah Sub DAS Biyonga Januari 2011 Jenis Lahan Luas Lahan Ha Serapan Karbon TonHa Harga Karbon RpTon Faktor Koreksi Nilai Karbon RpTahun Hutan Lahan Kering Sekunder 1.317 194 100.000,00 90 22.994.820.000,00 Pertanian Lahan Kering 2.147 194 100.000,00 90 37.486.620.000,00 Pertanian Lahan Kering Campur Semak 1.054 194 100.000,00 90 18.402.840.000,00 SemakBelukar 3.438 100 100.000,00 90 30.942.000.000,00 Belukar Rawa 144 100 100.000,00 90 1.296.000.000,00 Total 111.122.280.000,00 Sumber : Data Primer Diolah, 2011. Harga Karbon sesuai standar Bank Dunia yaitu U.10ton. Berdasarkan hasil penjumlahan nilai karbon per tahun untuk seluruh jenis lahan, maka diperoleh total nilai karbon per tahun di wilayah Sub DAS Biyonga yaitu sebesar Rp.111.122.280.000,00. Jika dibandingkan dengan nilai air, maka nilai karbon yang terdapat di wilayah Sub DAS Biyonga cukup besar. Hal ini disebabkan karena jenis lahan yang memiliki serapan karbon terbesar sangat luas, kemudian juga standar harga karbon dunia yang ditetapkan oleh World Bank yang cukup besar.

7.2 Nilai Non-Guna Non-Use Value

Nilai non-guna non-use value merupakan salah satu variabel dari nilai ekonomi total total economic value. Nilai non-guna non-use value yang diperoleh dari penelitian ini terdiri dari nilai keberadaan existence value, nilai warisan bequest value dan nilai pilihan option value. Hasil perhitungan nilai keberadaan existence value, nilai warisan bequest value dan nilai pilihan option value di wilayah Sub DAS Biyonga dalam kawasan DAS Limboto adalah sebagai berikut.

7.2.1 Nilai Keberadaan Existence Value

Nilai keberadaan existence value merupakan nilai sumberdaya alam yang tidak dapat dipasarkan non-market valuation dan didasarkan pada survei dimana kesediaan membayar willingness to pay diperoleh langsung dari responden. Kesediaan tersebut langsung diungkapkan oleh responden secara lisan maupun