Berdasarkan  hasil  identifikasi  yang  dilakukan,  diketahui  bahwa  jumlah industri kecil yang ada di wilayah Sub DAS Biyonga tergolong sedikit dan kurang
berkembang.  Sedikitnya  jumlah  industri  kecil  yang  ada  di  wilayah  Sub  DAS Biyonga disebabkan karena sebagian besar penduduk yang ada di wilayah tersebut
lebih memilih untuk berprofesi sebagai petani. Walaupun hasil pertanian yang ada cukup  melimpah,  namun  para  petani  di  wilayah  Sub  DAS  Biyonga  lebih
cenderung  untuk  menjual  langsung  ke  pasar  dari  pada  diolah  terlebih  dahulu untuk meningkatkan nilai tambah dari hasil pertanian mereka. Selain itu juga, jiwa
kewirausahaan masyarakat  yang ada di wilayah  Sub DAS Biyonga masih sangat rendah, hal ini dapat dilihat dari kemampuan mereka untuk mengolah limbah dari
hasil pertanian yang ada menjadi kerajinan tangan atau hiasan yang berharga.
6.5 Ekowisata
Pembangunan  di  Kabupaten  Gorontalo  salah  satunya  diarahkan  kepada peningkatan  pariwisata.  Meningkatnya  pariwisata  akan  berdampak  positif
terhadap  kegiatan  perekonomian  masyarakat.  Keberhasilan  dalam  pembangunan pariwisata dapat dilihat dari semakin meningkatnya jumlah kunjungan wisatawan
ke  daerah  tersebut.  Pada  tahun  2009,  jumlah  wisatawan  yang  berkunjung  ke Kabupaten  Gorontalo  yaitu  sebesar  72.271  wisatawan,  yang  terdiri  dari  61.884
wisatawan domestik dan 10.387 wisatawan mancanegara. Potensi  wisata  di  wilayah  Sub  DAS  Biyonga  sangat  besar.  Hal  ini  dapat
lihat  dari  jumlah  sarana  objek  wisata  yang  terdapat  di  wilayah  tersebut.  Sarana objek  wisata  yang  paling  terkenal  yaitu  Danau  Limboto  karena  merupakan  land
mark dari  Propinsi  Gorontalo.  Sarana  objek  wisata  lainnya  yang  terdapat  di
wilayah Sub DAS Biyonga antara lain rumah adat Gorontalo Bandayo Poboide dan  menara  keagungan  yang  terletak  di  Kelurahan  Kayu  Bulan,  serta  bukit  PPN
32  dan  taman  safari  yang  terletak  di  Kelurahan  Bongohulawa.  Adapun  sarana objek wisata di wilayah Sub DAS Biyonga dapat dilihat pada Tabel 12.
Berdasarkan hasil identifikasi lapang yang dilakukan di wilayah Sub DAS Biyonga,  kondisi  tempat  wisata  yang  ada  sebagian  sudah  mengalami  kerusakan
baik  dari  ketersediaan  fasilitas  maupun  kondisi  lingkungannya.  Hal  tersebut disebabkan karena kurangnya perhatian dari pemerintah daerah sebagai pemegang
kebijakan dalam pengelolaan situs ekowisata tersebut, kemudian juga kurangnya inovasi  dalam  pengembangan  potensi  ekowisata.  Sehingga  untuk  memasarkan
potensi  ekowisata  yang  ada  di  wilayah  Sub  DAS  Biyonga  menjadi  sesuatu  yang cukup sulit karena memiliki nilai jual yang rendah. Peran masyarakat yang tinggal
dan  beraktivitas  di  wilayah  Sub  DAS  Biyonga  juga  sangat  diharapkan  dalam pengembangan  ekowisata  yang  ada,  yaitu  dengan  tidak  merusak  fasilitas  yang
telah disediakan di lokasi tersebut dan menjaga kelestarian lingkungan.
Tabel 12. Sarana Objek Wisata di Wilayah Sub DAS Biyonga
Objek Wisata Kelurahan
Jarak dari Pusat Kecamatan Km
Danau Limboto Kayu Bulan
1,5 Rumah Adat Gorontalo Bandayo Poboide
Kayu Bulan 0,2
Menara Keagungan Kayu Bulan
0,3 Bukit PPN 32
Bongohulawa 3,0
Taman Safari Bongohulawa
3,0 Sumber : BPS Kecamatan Limboto Dalam Angka, 2010.
VII. NILAI EKONOMI TOTAL WILAYAH SUB DAS BIYONGA
Sub  DAS  Biyonga  memiliki  potensi  ekonomi  sumberdaya  alam  yang sangat besar. Potensi tersebut dapat dilihat dari besarnya nilai ekonomi total total
economic  value sumberdaya  alam.  Nilai  ekonomi  total  total  economic  value
sumberdaya  alam  merupakan  penjumlahan  dari  nilai  guna  use  value  dan  nilai non-guna non-use value. Nilai guna use value terdiri dari nilai guna langsung
direct  use  value,  nilai  guna  tak  langsung  indirect  use  value  dan  nilai  pilihan option  value.  Sedangkan  nilai  non-guna  non-use  value  terdiri  dari  nilai
keberadaan  existence  value,  nilai  warisan  bequest  value  dan  nilai  pilihan option  value.  Nilai  pilihan  option  value  yang  divaluasi  dalam  penelitian  ini
dimasukkan  kedalam  perhitungan  nilai  non-guna.  Hal  tersebut  dilakukan  agar tidak  terjadi  perhitungan  ganda  double  counting  didalam  menghitung  nilai
ekonomi  total  total  economic  value  sumberdaya  alam  di  wilayah  Sub  DAS Biyonga.
7.1 Nilai Guna Use Value
Nilai  guna  use  value  merupakan  salah  satu  variabel  dari  nilai  ekonomi total total economic value. Nilai guna use value yang diperoleh dari penelitian
ini terdiri dari nilai guna langsung direct use value dan nilai guna tak langsung indirect  use  value.  Nilai  guna  langsung  direct  use  value  merupakan  nilai
sumberdaya alam di wilayah Sub DAS Biyonga  yang terdiri dari nilai pertanian, nilai  perikanan,  nilai  produk  kehutanan,  nilai  industri  dan  nilai  ekowisata.
Sedangkan  nilai  guna  tak  langsung  indirect  use  value  di  wilayah  Sub  DAS Biyonga  terdiri  dari  nilai  air  dan  nilai  karbon.  Hasil  perhitungan  nilai  guna
langsung  direct  use  value  dan  nilai  guna  tak  langsung  indirect  use  value  di wilayah Sub DAS Biyonga dalam kawasan DAS Limboto adalah sebagai berikut.
7.1.1 Nilai Guna Langsung Direct Use Value
Nilai Pertanian
Nilai  produktivitas  sumberdaya  alam  sektor  pertanian  diperoleh  dengan menjumlahkan  nilai  produktivitas  dari  beberapa  komoditi  pertanian.  Beberapa
komoditi pertanian yang dimasukkan dalam perhitungan nilai produktivitas antara