52 tindakanmenggunakan teknik desensitisasi sistematis dapat dilihat pada
skema tindakan berikut:
Gambar 3. Skema Penurunan Kecemasan Siswa dalam Menghadapi Ujian Semester
F. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data ialah suatu cara untuk mengumpulkan data yang dibutuhkan untuk menjawab rumusan masalah dalam penelitian.
Terdapat beberapa cara untuk mengumpulkan data, diantaranya menggunakan teknik wawancara, angket kuesioner, observasi, studi dokumentasi, dan face
group discussion. Pada penelitian ini, metode pengumpulan data yang digunakan ialah kuesioner dan observasi.
1. Kuesioner Kuesioner adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan
cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab Sugiyono, 2007: 199. Kuesioner merupakan
teknik pengumpulan data yang efisien jika peneliti tahu dengan pasti variabel Tingginya kecemasan siswa dalam
menghadapi UjianSemester
Pemberian tindakan dengan teknik desensitisasi sistematis
Menurunnya kecemasan siswa dalam menghadapi Ujian Semester
53 yang akan diukur dan tahu apa yang dapat diharapkan dari responden.
Suwarsih Madya 2011: 82 membagi pernyataan dalam kuesioner yaitu berupa pernyataan tertutup dan terbuka yang diberikan kepada responden
secara langsung maupun tidak langsung melalui surat atau e-mail. Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner yang
berisikan pernyataan-pernyataan tertutup yang diberikan kepada subjek penelitian secara langsung.
2. Observasi Observasi dilakukan pada saat pelaksanaan tindakan dan setelah
pelaksanaan tindakan. Observasi pada saat pelaksanaan digunakan untuk mengetahui pemahaman proses siswa dalam pelaksanaan teknik desensitisasi
sistematis tersebut, sedangkan observasi setelah tindakan digunakan untuk mengetahui sejauh mana pengaruh teknik desensitisasi sistematis terhadap
penurunan kecemasan siswa dalam menghadapi Ujian Semester. Observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi
terstruktur yangdengan pedoman sebagai instrumen peneltian.
G. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian merupakan suatu alat yang digunakan untuk mengukur nilai variabel yang diteliti Sugiyono, 2011: 133. Penyusunan
instrumen dimulai dengan membuat definisi operasional dari variabel penelitian dan selanjutnya ditentukan indikator yang akan diatur. Indikator ini
kemudian dijabarkan menjadi butir-butir pertanyaan atau pernyataan. Untuk
54 memudahkan penyusunan, maka perlu digunakan kisi-kisi instrumen. Dalam
penelitian ini, peneliti menggunakan skala kecemasan dengan modifikasi dari model Likertdan pedoman observasi.
1. Skala Kecemasan
Menurut Saifudin Azwar 2008: 32 menjelaskan bahwa model Likert adalah alat ukur yang berisi pernyataan yang jawabannya memperlihatkan
tingkat kesesuaian. Kesesuaian jawaban dapat berupa: sangat sesuai, sesuai, tidak sesuai, dan sangat tidak sesuai. Pada penelitian ini, peneliti
menggunakan alternatif jawaban sangat sesuai SS, sesuai S, tidak sesuai TS, sangat tidak sesuai STS.
Penggunaan skala kecemasan tersebut mempermudah peneliti untuk mendapatkan data mengenai tingkat kecemasan yang dialami siswa dalam
menghadapi Ujian Semester. Skala kecemasan disusun berdasarkan aspek- aspek kecemasan. Langkah-langkah untuk membuat skala kecemasan
menghadapi Ujian Semester adalah sebagai berikut:
a. Mengidentifikasi variabel penelitian Variabel dalam penelitian ini adalah teknik desensitisasi sistematis
dan kecemasan menghadapi Ujian Semester. Namun, dalam penelitian ini hanya kecemasan menghadapi Ujian Semester yang dapat
dijadikan skala. Teknik desensitisasi sistematis merupakan variabel bebas.
b. Penyusunan definisi operasional
55 Setelah mendapatkan variabel, maka dibuat definisi operasional. Pada
penelitian ini definisi operasionalanya adalah kecemasan siswa dalam menghadapi Ujian Semester merupakan manifestasi dari berbagai
proses emosi yang bercampur baur dalam suatu keadaan, kondisi atau perasaan tidak menyenangkan yang disebabkan oleh tafsiran kognitif
siswa terhadap situasi mengancam karena ketidakmampuan
menyesuaikan diri yang timbul pada saat menghadapi Ujian Semester. Gejala-gejala kecemasan menghadapi Ujian Semester dapat ditinjau
dari reaksi fisik, reaksi psikis dan reaksi tingkah laku. c. Mencari indikator dari definisi operasional
Dari definisi operasional yang telah dijabarkan dapat ditemukan sub variabelnya yaitu:
1 Reaksi fisik, suatu keadaan dalam gejala kecemasan yang menyerang pada bagian fisik seseorang dalam merespon kondisi
kecemasan karena tuntutan atau tekanan maupun masalah. 2 Reaksi psikis, suatu keadaan dalam gejala kecemasan yang
muncul melalui perasaan-perasaan kurang nyaman karena sedang dalam kondisi tertekan akan suatu masalah.
3 Reaksi tingkah laku, suatu keadaan dalam gejala kecemasan yang dapat mengganggu interaksi maupun hubungan dengan orang lain.
d. Dari setiap indikator di deretkan menjadi deskriptor 1 Fisik
56 Reaksi fisik yang biasa terjadi seperti gejala somatik, sensorik,
kardioveskuler, pernapasan, gastrointestinal gangguan saluran pencernaan, urogenital dan vegetatif.
2 Psikis Reaksi psikis yang biasa terjadi seperti perasaan cemas,
ketegangan, ketakutan, gangguan kecerdasan dan perasaan depresi. 3 Tingkah laku
Reaksi tingkah laku yang biasa terjadi seperti mengalami gejala insomnia seperti sukar tidur, terbangun malam hari, bangun lesu,
dan sering mimpi buruk. Kondisi prilakunya yang menyendiri dan tidak tenang dalam mengerjakan sesuatu.
e. Membuat kisi-kisi skala kecemasan menghadapi Ujian Semester Kisi-kisi kecemasan menghadapi Ujian Semester dibuat berdasarkan
definisi operasional yang telah dikemukakan. Adapun kisi-kisi skala kecemasan menghadapi Ujian Semester dapat dilihat pada tabel
berikut: Tabel 1. Kisi-kisi Skala Kecemasan Menghadapi Ujian Semester
Variabel Indikator
Deskriptor Nomer Item
Jumlah Favourable
Unfavourable
Kecemasan Reaksi
Fisik 1. Mengalami gejala somatik
seperti kedutan otot dan gagap
1, 2 2
2. Mengalami gejala sensorik seperti penglihatan kabur,
pucat, dan merasa lemas 3, 4, 5
3
57 3. Mengalami gejala
kardioveskuler seperti nyeri dada dan jantung berdebar
lebih cepat dari biasanya. 6, 7
2 4. Menglami gejala
pernapasan seperti sesak nafas dan sering menarik
nafas 8, 9
2 5. Mengalami gejala
gastrointesnal seperti muntah, mual, perut melilit,
dan berat badan menurun. 10, 11, 12
3 6. Mengalami gejala
urogenital seperti tidak teratur buang air kecil dan
tidak dapat menahan buang air kecil.
13, 14 2
7. Mengalami gejala vegetatif seperti mulut kering, mudah
berkeringat, sering pusing dan bulu roma berdiri.
15, 16, 17, 18
4
Reaksi Psikis
8. Kondisi perasaan cemas misalnya mudah tersinggung
dan merasakan firasat buruk. 19, 21, 23,
24, 50, 52, 54, 55
20, 22, 51 11
9. Mengalami ketegangan misalnya gemetar, gelisah,
mudah terkejut, dan mudah menangis.
25, 26, 28, 30, 32
27, 29, 31, 33 9
10. Mengalami ketakutan pada suatu objek hidup atau
mati 34, 36, 38
35, 37, 39 6
11. Mengalami gangguan kecerdasan seperti daya ingat
menurun dan konsentrasi melemah.
40, 42, 44, 45
41, 43, 46 7
12. Kondisi perasaan depresi dan persaan yang berubah-
ubah sepanjang hari. 47, 49, 53
48 4
58 Reaksi
Tingkah Laku
13. Mengalami gejala insomnia seperti sukar tidur,
terbangun malam hari, bangun lesu, dan mimpi
buruk. 56, 58, 60,
61 57, 59, 62
7
14. Kondisi perilakunya menyendiri dan tidak tenang
dalam mengerjakan sesuatu. 63, 64, 66,
68, 69 65, 67, 70
8 Jumlah Item
51 21
70
f. Penyusunan item atau pernyataan skala berdasarkan kisi-kisi Sistem penilaian dalam penelitian ini mengadopsi pengukuran dengan
skala Likert yaitu merupakan metode pernyataan sikap yang menggunakan distribusi respon sebagai dasar penentuan nilai skalanya
Sugiyono, 2011: 134. Menurut Saifudin Azwar 2013- 98-99 cara penskalaan scaling dapat menggunakan cara pemberian skor dengan
melihat aitem favourable positif dan unfavourable negatif. Skor untuk masing-masing kelompok aitem adalah sebagai berikut:
Tabel 2. Penskoran Aitem Respon
Skor Respon
Skor Sangat Sesuai SS
4 Sangat Sesuai SS
1 Sesuai S
3 Sesuai S
2 Tidak Sesuai TS
2 Tidak Sesuai TS
3 Sangat Tidak Sesuai
STS 1
Sangat Tidak Sesuai STS
4 Aitem kelompok favourable Aitem kelompok unfavourable
Hasil skala ini memaparkan skala yang menyatakan bahwa siswa tersebut memiliki penurunan kecemasan menghadapi Ujian Semester
atau tidak. Hasil skala ini nantinya akan disesuaikan dengan standar
59 nilai untuk mengukur kecemasan siswa dalam menghadapi Ujian
Semester. g. Melengkapi instrumen dengan instruksi dan kata pengantar
Tahap akhir dalam membuat instrumen adalah dengan melengkapi pedoman instrumen dengan cara: melengkapi data diri atau identitas
subjek, bahasa yang digunakan jelas dan mudah dipahami, pernyataan tidak terlalu panjang, dan dilengkapi dengan contoh sehingga siswa
paham dalam mengerjakan skala dalam penelitian ini. 2. Pedoman Observasi
Pedoman observasi dalam penelitian ini berisi aspek-aspek yang berkaitan dengan keaktifan siawa selama proses tindakan dilaksanakan.
Aspek yang akan diobservasi adalah kemampuan siswa dari
mengidentifikasi sampai pelaksanaan pemberian tindakan dengan teknik desensitisasi sistematis pada aspek verbal dan non verbal. Pedoman
observasi digunakan untuk mencatat sikap dan perilaku siswa selama dan setelah pelaksanaan tindakan. Hasil observasi terhadap sikap dan perilaku
siswa dapat dijadikan sebagai bahan reflekasi bagi guru bimbingan dan konseling untuk melakukan perbaikan tindakan apabila tindakan yang
dilakukan belum berhasil dan sebagai pendukung. Kisi-kisi observasi dapat dilihat pada tabel berikut ini:
60 Tabel. 3 Kisi-kisi Pedoman Observasi
No Aspek yang di Observasi
1 Perilaku selama proses pemberian tindakan.
2 Pemahaman terhadap teknik desensitisasi sistematis.
3 Kemampuan mengidentifikasi situasi dan kondisi penyebab kecemasan
dalam menghadapi Ujian Semester 4
Perilaku selama proses pelatihan relaksasi. 5.
Praktik teknik desensitisasi sistematis.
H. Rencana Tindakan
1. Pra Tindakan
Tahap ini merupakan tahap penelitian sebelum dilaksanakannya tindakan. Langkah pra tindakan yang dilakukan peneliti agar dapat
mengetahui kondisi awal mengenai kecemasan siswa dalam menghadapi
Ujian Semester meliputi :
a. Peneliti menyebarkan skala kecemasan untuk mengetahui tingkat kecemasan sebelum pemberian tindakan pre test.
b. Peneliti mengidentifikasi kondisi awal kecemasan subjek penelitian melalui skala kecemasan pre test.
c. Peneliti memberikan informasi pada guru bimbingan dan konseling mengenai konsep teknik desensitisasi sistematis, kegunaan,
kelebihan, dan prosedur pelaksanaannya. d. Permintaan izin penelitian kepada pihak sekolah dan pihak terkait
lainnya.
61
2. Rancangan Tindakan
a. Perencanaan Perencanaan tindakan sebelum tindakanmenurunkan kecemasan
siswa dalam menghadapi Ujian Semester melalui teknik desensitisasi sistematis dilaksanakan, perlu beberapa langkah yaitu sebagai berikut:
1 Menyusun dan menyiapkan skala pre-test untuk mengetahui kondisi awal kecemasan pada siswa dalam menghadapi Ujian
Semester. 2 Setelah mengetahui hasil dari pre-test kemudian peneliti
menentukan subjek penelitian yang memiliki kriteria dalam kategori kecemasan tinggi sampai dengan sangat tinggi dalam
menghadapi ujian semester. 3 Peneliti memberitahukan dan berkoordinasi dengan guru
bimbingan dan konseling mengenai hal-hal yang berhubungan dengan tindakan-tindakan
yang akan dilakukan dalam penelitian.
4 Menyusun jadwal dan menetukan tempat pelaksanaan dalam melakukan tindakan penelitian.
b. Tes awal atau pre-test Tes ini dilakukan untuk mengetahui tingkat kecemasan siswa
dalam menghadapi Ujian Semester sebelum pemberian perlakuan atau tindakan. Pre-test kecemasan dilaksanakan pada subjek penelitian.
62 Hasil pre-test kemudian dianalisis untuk mengetahui kondisi awal
tingkat kecemasan siswa dalam menghadapi Ujian Semester. c. Tindakan atau tindakan
Pemberian tindakanatau perlakuan dalam penelitian ini yaitu menggunakan teknik desensitisasi sistematis. Adapun langkah-langkah
yang dilakukan peneliti dalam pelaksanaan tindakandengan teknik desensitisasi sistematis ini dibagi menjadi tiga tahapan tindakan.
Pertama, peneliti menjelaskan mengenai teknik desensitisasi sistematis yang dapat digunakan untuk menurunkan tingkat kecemasan
siswa dalam menghadapi Ujian Semester. Pada tahapan ini peneliti menjelaskan tentang konsep teknik desensitisasi sistematis yang dapat
digunakan untuk menurunkan kecemasan siswa dalam menghadapi Ujian Semester melalui pemaparan dengan powerpoint dan diskusi.
Pada tahap ini peneliti juga memerintahkan siswa untuk mendaftar dan mengurutkan situasi atau kondisi yang membuat timbulnya kecemasan,
diurutkan dari mulai yang paling ringan ke yang paling berat. Langkah pelaksanaan tindakanpertama sebagai berikut:
1 Peneliti menyiapkan perlengkapan yang digunakan dalam proses pemberian tindakantahap pertama berupa materi mengenai
teknik desensitisasi sistematis yang dapat digunakan untuk menurunkan tingkat kecemasan siswa dalam menghadapi Ujian
Semester dan lembar daftar urutan kondisi siswa yang menyebabkan kecemasan.
63 2 Menjelaskan konsep teknik desensitisasi sistematis.
3 Peneliti menyimpulkan inti materi yang telah disampaikan. Kedua,peneliti melakukan pelatihan relaksasi atau latihan
membayangkan sesuatu yang menyenangkan, sehingga membuat siswa dalam situasi atau kondisi tenang dan nyaman. Pada tahap pelatihan
relaksasi ini peneliti juga mencari tahu keadaan seperti apa yang akan membuat siswa menjadi tenang dan nyaman, terutama prihal kondisi
ketenangan tempat atau lingkungan. Media musik relaksasijuga digunakan untuk membantu siswa mencapai kondisi menenangkan
selama proses relaksasi. Langkah pelaksanaan tindakankedua sebagai berikut:
1 Peneliti menyiapkan perlengkapan yang akan digunakan dalam proses pemberian tindakantahap kedua berupa pengeras suara
yang digunakan sebagai pengantar musik relaksasi. 2 Peneliti membantu siswa mendapatkan ketenangan selama
proses pelatihan relaksasi. 3 Peneliti menyajikan musik relaksasisebagai pemicu ketenangan
selama pelatihan relaksasi. 4 Setelah siswa sudah terbiasa dalam mencapai kondisi yang
tenang dengan relaksasi, peneliti mengidentifikasi hal-hal yang membuat siswa lebih nyaman dan tenang.
5 Peneliti menyimpulkan inti materi yang telah disampaikan.
64 Ketiga, peneliti melaksanakan tahapan utama tindakandengan
menggunakan teknik desensitisasi sistematis. Pada tahapan ini peneliti melakukan proses membantu siswa menurunkan tingkat kecemasan
dalam menghadapi Ujian Semester. Peneliti memulai tahapan ketiga dengan membantu siswa mencapai kondisi setenang mungkin dalam
dirinya melalui relaksasi, kemudian peneliti membantu siswa menurunkan tingkat kecemasannya, setelah itu tindakandiakhiri dengan
peneliti yang meminta siswa menceritakan kondisi sesudah tindakan dan peneliti kemudian menyimpulkan inti kegiatan dan memberikan
semangat.Keseluruhan tahapan sebelumnya digunakan pada tahapan ini. Tahapan ini dilakukan sampai kondisi siswa tidak mengalami
kecemasan lagi. Langkah pelaksanaan tindakanketiga sebagai berikut:
1 Peneliti menyiapkan perlengkapan yang akan digunakan dalam proses pemberian tindakantahap ketiga.
2 Peneliti membantu siswa untuk mencapai kondisi setenang mungkin dalam dirinya melalui relaksasi.
3 Peneliti membantu siswa menurunkan tingkat kecemasan dalam menghadapi Ujian Semester.
4 Peneliti meminta siswa untuk menceritakan kondisi setelah tindakan.
5 Peneliti menyimpulkan inti kegiatan dan memberikan semangat kepada siswa dalam menghadapi Ujian Semester.
65 d. Post-test
Post-test diberikan
setelah pemberian
tindakanselesai dilaksanakan. Tujuan dari post-test ini adalah untuk mengetahui
pencapaian penurunan tingkat kecemasan siswa dalam menghadapi Ujian Semester setelah diberi perlakuan atau tindakan berupa teknik
desensitisasi sistematis.
3. Observasi
Observasi pelaksanaan tindakan di dalam kelas pada saat tindakan sedang dilakukan. Peneliti melakukan observasi terhadap sikap dan
perilaku siswa saat proses pelaksanaan dan setelah proses pelaksanaan tindakan. Observasi di sini memiliki dua fungsi, yaitu: pertama, untuk
mengetahui kesesuaian pelaksanaan tindakan dengan rencana tindakan; kedua, untuk perubahan sebagaimana yang diharapkan yakni menurunnya
kecemasan dalam menghadapi Ujian Semester siswa kelas X. 1 di SMA Negeri 1 Pleret.
4. Refleksi
Refleksi adalah mengingat dan merenungkan kembali suatu tindakan persis seperti yang telah dicatat dalam observasi Suwarsih Madya, 2011:
63. Refleksi berusaha memahami proses, masalah, persoalan, dan kendala yang nyata dalam tindakan strategi. Refleksi mempertimbangkan ragam
perspektif yang mungkin ada dalam situasi sosial, memahami persoalan
66 dan keadaan tempat timbulnya persoalan itu. Kegiatan refleksi dalam
penelitian ini adalah mengevaluasi dan menganalisis hasil observasi dan interpretasi siswa selama pelaksanaan tindakan sehingga diperoleh
kesimpulan bagian mana yang perlu diperbaiki atau disempurnakan dan bagian mana yang telah memenuhi target. Keberhasilan tindakan
diindikasikan dengan menurunnya kecemasan siswa dalam menghadapi Ujian Semester.
I. Validitas dan Reliabilitas Instrumen
1. Uji Validitas Instrumen
Skala yang mampu menghasilkan data yang akurat sesuai dengan tujuannya diperlukan suatu proses pengujian validitas. Menurut Saifudin
Azwar 2008: 6 suatu alat ukur yang valid tidak sekedar mampu mengungkapkan data dengan tepat akan tetapi juga harus memberikan
gambaran yang cermat mengenai data tersebut. Akan tetapi, makna dasar validitas untuk penelitian tindakan berbeda dengan yang dituntut oleh
penelitian kuantitatif atau konfesional. Menurut Suwarsih Madya 2011: 37 makna dasar validitas dalam penelitian tindakan condong ke makna
dasar dalam penelitian kualitatif. Sebuah instrumen dapat dikatakan baik apabila instrumen tersebut
dapat mengukur yang hendak diukur. Suatu instrumen yang valid atau sahih mempunyai validitas tinggi namun sebaliknya, instrumen yang tidak
valid berarti memiliki validitas rendah, dengan kata lain instrumen
67 dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan. Uji
validitas instrumen dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh instrumen penelitian mampu mencerminkan isi sesuai dengan hal dan sifat yang
diukur. Artinya, setiap butir instrumen telah benar-benar menggambarkan keseluruhan isi atau sifat bangun konsep yang menjadi dasar penyusunan
instrumen. Penelitian ini menggunakan validitas logis untuk melihat instrumen
mengenai kecemasan menghadapi Ujian Semester layak atau tidak. Menurut Saifudin Azwar 2013: 112 untuk mengetahui kelayakan isi
aitem sebagai jabaran dari indikator maka perlu dianalisis lebih dalam. Validitas logis dilakukan oleh expert yaitu Yulia Ayriza, M.Si. Ph.D,
bukan oleh peneliti. Butir pernyataan pada skala kecemasan menghadapi Ujian Semester
dianalisis menggunakan analisis kualitatif dengan memperbaiki kata atau kalimat pada setiap pernyataan yang tidak sesuai dengan saran ahli. Dari
70 aitem skala kecemasan menghadapi Ujian Semester terdapat 45 aitem yang sahih dan 25 aitem yang gugur.
Tabel 4. Rangkuman Aitem Gugur dan Sahih Variabel
Indikator Jumlah Aitem Gugur
Jumlah Aitem Sahih
Kecemasan Reaksi Fisik
8 2, 3, 8, 10, 11, 13, 14, 16
9 1, 4, 5, 6, 7, 9, 12, 17, 18
Reaksi Psikis
14 19, 20, 23, 28, 30, 31, 32, 33, 35, 40, 43,
44, 48, 50 23 21, 22, 24, 25, 26,
27, 29, 34, 36, 37, 38, 39, 42, 44, 41, 46, 47,
49, 51, 52, 53, 54, 55
Reaksi Tingkah
Laku 3 64, 66, 68
12 56, 57, 58, 59, 60, 61, 62, 63, 65, 67, 69,
70 Jumlah
25 45
68
2. Uji Realibilitas Instrumen
Suatu instrumen dikatakan memiliki nilai realibilitas yang tinggi apabila tes yang dibuat mempunyai hasil konsistensi dalam mengukur
yang hendak diukur Saifuddin Azwar, 2013: 109. Realibilitas menunjukan sejauh mana alat ukur dapat diandalkan sebagai alat
pengumpul data. Perhitungan uji realibilitas instrument dalam penelitian ini
menggunakan rumus Alpha Choronbach Burhan Nurgiyantoro, Gunawan,
Marzuki, 2009: 350 sebagai berikut:
Keterangan: r
11 :
reliabilitas instrumen Ʃ
Ơí 2
: jumlah varian butir k
: banyaknya butir pertanyaan
Ơ 2
: varian total Alasan penggunaan rumus tersebut karena skor untuk skala
bukan 0 atau 1, tetapi bertingkat dari 0 atau 1 sampai berapa saja menurut kemauan dan pertimbangan peneliti. Realibilitas dinyatakan
oleh koefisien reliabilitas yang angkanya berkisar antara 0 sampai 1,00. Semakin tinggi koefisien reliabilitas mendakati 1,00, maka semakin
tinggi realibilitasnya. Menurut Saifuddin Azwar 2013: 126 penentuan
[
−
][
−
∑ ∑
]
69 kriteria kategori reliabilitas ini dapat pula disesuaikan dalam kriteria
penafsiran mengenai indeks korelasinya sebagai berikut: a.
Antara 0,800 sampai 1,00 = sangat tinggi b. Antara 0,600 sampai 0,799 = tinggi
c. Antara 0,400 sampai 0,599 = cukup tinggi
d. Antara 0,200 sampai 0,399 = rendah e.
Antara 0,00 sampai 0,199 = sangat rendah Setelah dilakukan uji coba instrumen pada skala kecemasan,
diperoleh nilai realibilitas Alpha Croabach sebasar 0,877. Hal ini menunjukan bahwa instrumen penelitian memiliki realibilitas yang sangat
tinggi karena berada pada kisaran 0,800 sampai 1.
J. Teknik Analisis Data
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan
lain sehingga mudah dipahami dan temuan dapat diinformasikan kepaada orang lain. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
analisis data kuantitatif. Teknik analisis data kuantitatif berupa skala untuk mengetahui penurunan kecemasan siswa dalam menghadapi Ujian Semester.
Skala kecemasan berupa skala Likert. Berdasarkan penjelasan Saifuddin Azwar 2015: 107 langkah-langkah perhitungannya adalah sebagai berikut:
a. Menentukan skor tertinggi Smax dan skor terendah Smin Smax = Jumlah aitem soal x skor maksimal
70 = 45 x 4
Smax = 180 Smin = Jumlah aitem soal x skor minimal
= 45 x 1 Smin = 45
b. Menentukan rata-rata skor ideal mean ideal Mean ideal = Smax + Smin
= 180 + 45 = 225
Mean ideal = 112,5 c. Menghitung standar deviasi SD
SD = Smax - Smin = 180 - 45
= 135 SD = 22,5
Kategori untuk kecemasan siswa dalam menghadapi Ujian Semester dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 5. Kategorisasi Kecemasan BatasInterval
Rumus Kategori Kecemasan
X ≤ 78,75
X ≤ μ-1,5σ
Sangat rendah 78,75 X
≤ 101,25 μ-1,5σ X ≤ μ-0,5σ
Rendah 101,25 X
≤ 123,75 μ-0,5σ X ≤ μ +0,5σ
Sedang
71 123,75 X
≤ 146,25 μ+0,5σ X ≤ μ+1,5σ
Tinggi 146,25 X
μ+1,5σ X Sangat tinggi
K. Kriteria Keberhasilan