Teknik Pengumpulan Data Teknik Analisis Data

52 tindakanmenggunakan teknik desensitisasi sistematis dapat dilihat pada skema tindakan berikut: Gambar 3. Skema Penurunan Kecemasan Siswa dalam Menghadapi Ujian Semester

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data ialah suatu cara untuk mengumpulkan data yang dibutuhkan untuk menjawab rumusan masalah dalam penelitian. Terdapat beberapa cara untuk mengumpulkan data, diantaranya menggunakan teknik wawancara, angket kuesioner, observasi, studi dokumentasi, dan face group discussion. Pada penelitian ini, metode pengumpulan data yang digunakan ialah kuesioner dan observasi. 1. Kuesioner Kuesioner adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab Sugiyono, 2007: 199. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang efisien jika peneliti tahu dengan pasti variabel Tingginya kecemasan siswa dalam menghadapi UjianSemester Pemberian tindakan dengan teknik desensitisasi sistematis Menurunnya kecemasan siswa dalam menghadapi Ujian Semester 53 yang akan diukur dan tahu apa yang dapat diharapkan dari responden. Suwarsih Madya 2011: 82 membagi pernyataan dalam kuesioner yaitu berupa pernyataan tertutup dan terbuka yang diberikan kepada responden secara langsung maupun tidak langsung melalui surat atau e-mail. Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner yang berisikan pernyataan-pernyataan tertutup yang diberikan kepada subjek penelitian secara langsung. 2. Observasi Observasi dilakukan pada saat pelaksanaan tindakan dan setelah pelaksanaan tindakan. Observasi pada saat pelaksanaan digunakan untuk mengetahui pemahaman proses siswa dalam pelaksanaan teknik desensitisasi sistematis tersebut, sedangkan observasi setelah tindakan digunakan untuk mengetahui sejauh mana pengaruh teknik desensitisasi sistematis terhadap penurunan kecemasan siswa dalam menghadapi Ujian Semester. Observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi terstruktur yangdengan pedoman sebagai instrumen peneltian.

G. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian merupakan suatu alat yang digunakan untuk mengukur nilai variabel yang diteliti Sugiyono, 2011: 133. Penyusunan instrumen dimulai dengan membuat definisi operasional dari variabel penelitian dan selanjutnya ditentukan indikator yang akan diatur. Indikator ini kemudian dijabarkan menjadi butir-butir pertanyaan atau pernyataan. Untuk 54 memudahkan penyusunan, maka perlu digunakan kisi-kisi instrumen. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan skala kecemasan dengan modifikasi dari model Likertdan pedoman observasi.

1. Skala Kecemasan

Menurut Saifudin Azwar 2008: 32 menjelaskan bahwa model Likert adalah alat ukur yang berisi pernyataan yang jawabannya memperlihatkan tingkat kesesuaian. Kesesuaian jawaban dapat berupa: sangat sesuai, sesuai, tidak sesuai, dan sangat tidak sesuai. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan alternatif jawaban sangat sesuai SS, sesuai S, tidak sesuai TS, sangat tidak sesuai STS. Penggunaan skala kecemasan tersebut mempermudah peneliti untuk mendapatkan data mengenai tingkat kecemasan yang dialami siswa dalam menghadapi Ujian Semester. Skala kecemasan disusun berdasarkan aspek- aspek kecemasan. Langkah-langkah untuk membuat skala kecemasan menghadapi Ujian Semester adalah sebagai berikut: a. Mengidentifikasi variabel penelitian Variabel dalam penelitian ini adalah teknik desensitisasi sistematis dan kecemasan menghadapi Ujian Semester. Namun, dalam penelitian ini hanya kecemasan menghadapi Ujian Semester yang dapat dijadikan skala. Teknik desensitisasi sistematis merupakan variabel bebas. b. Penyusunan definisi operasional 55 Setelah mendapatkan variabel, maka dibuat definisi operasional. Pada penelitian ini definisi operasionalanya adalah kecemasan siswa dalam menghadapi Ujian Semester merupakan manifestasi dari berbagai proses emosi yang bercampur baur dalam suatu keadaan, kondisi atau perasaan tidak menyenangkan yang disebabkan oleh tafsiran kognitif siswa terhadap situasi mengancam karena ketidakmampuan menyesuaikan diri yang timbul pada saat menghadapi Ujian Semester. Gejala-gejala kecemasan menghadapi Ujian Semester dapat ditinjau dari reaksi fisik, reaksi psikis dan reaksi tingkah laku. c. Mencari indikator dari definisi operasional Dari definisi operasional yang telah dijabarkan dapat ditemukan sub variabelnya yaitu: 1 Reaksi fisik, suatu keadaan dalam gejala kecemasan yang menyerang pada bagian fisik seseorang dalam merespon kondisi kecemasan karena tuntutan atau tekanan maupun masalah. 2 Reaksi psikis, suatu keadaan dalam gejala kecemasan yang muncul melalui perasaan-perasaan kurang nyaman karena sedang dalam kondisi tertekan akan suatu masalah. 3 Reaksi tingkah laku, suatu keadaan dalam gejala kecemasan yang dapat mengganggu interaksi maupun hubungan dengan orang lain. d. Dari setiap indikator di deretkan menjadi deskriptor 1 Fisik 56 Reaksi fisik yang biasa terjadi seperti gejala somatik, sensorik, kardioveskuler, pernapasan, gastrointestinal gangguan saluran pencernaan, urogenital dan vegetatif. 2 Psikis Reaksi psikis yang biasa terjadi seperti perasaan cemas, ketegangan, ketakutan, gangguan kecerdasan dan perasaan depresi. 3 Tingkah laku Reaksi tingkah laku yang biasa terjadi seperti mengalami gejala insomnia seperti sukar tidur, terbangun malam hari, bangun lesu, dan sering mimpi buruk. Kondisi prilakunya yang menyendiri dan tidak tenang dalam mengerjakan sesuatu. e. Membuat kisi-kisi skala kecemasan menghadapi Ujian Semester Kisi-kisi kecemasan menghadapi Ujian Semester dibuat berdasarkan definisi operasional yang telah dikemukakan. Adapun kisi-kisi skala kecemasan menghadapi Ujian Semester dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 1. Kisi-kisi Skala Kecemasan Menghadapi Ujian Semester Variabel Indikator Deskriptor Nomer Item Jumlah Favourable Unfavourable Kecemasan Reaksi Fisik 1. Mengalami gejala somatik seperti kedutan otot dan gagap 1, 2 2 2. Mengalami gejala sensorik seperti penglihatan kabur, pucat, dan merasa lemas 3, 4, 5 3 57 3. Mengalami gejala kardioveskuler seperti nyeri dada dan jantung berdebar lebih cepat dari biasanya. 6, 7 2 4. Menglami gejala pernapasan seperti sesak nafas dan sering menarik nafas 8, 9 2 5. Mengalami gejala gastrointesnal seperti muntah, mual, perut melilit, dan berat badan menurun. 10, 11, 12 3 6. Mengalami gejala urogenital seperti tidak teratur buang air kecil dan tidak dapat menahan buang air kecil. 13, 14 2 7. Mengalami gejala vegetatif seperti mulut kering, mudah berkeringat, sering pusing dan bulu roma berdiri. 15, 16, 17, 18 4 Reaksi Psikis 8. Kondisi perasaan cemas misalnya mudah tersinggung dan merasakan firasat buruk. 19, 21, 23, 24, 50, 52, 54, 55 20, 22, 51 11 9. Mengalami ketegangan misalnya gemetar, gelisah, mudah terkejut, dan mudah menangis. 25, 26, 28, 30, 32 27, 29, 31, 33 9 10. Mengalami ketakutan pada suatu objek hidup atau mati 34, 36, 38 35, 37, 39 6 11. Mengalami gangguan kecerdasan seperti daya ingat menurun dan konsentrasi melemah. 40, 42, 44, 45 41, 43, 46 7 12. Kondisi perasaan depresi dan persaan yang berubah- ubah sepanjang hari. 47, 49, 53 48 4 58 Reaksi Tingkah Laku 13. Mengalami gejala insomnia seperti sukar tidur, terbangun malam hari, bangun lesu, dan mimpi buruk. 56, 58, 60, 61 57, 59, 62 7 14. Kondisi perilakunya menyendiri dan tidak tenang dalam mengerjakan sesuatu. 63, 64, 66, 68, 69 65, 67, 70 8 Jumlah Item 51 21 70 f. Penyusunan item atau pernyataan skala berdasarkan kisi-kisi Sistem penilaian dalam penelitian ini mengadopsi pengukuran dengan skala Likert yaitu merupakan metode pernyataan sikap yang menggunakan distribusi respon sebagai dasar penentuan nilai skalanya Sugiyono, 2011: 134. Menurut Saifudin Azwar 2013- 98-99 cara penskalaan scaling dapat menggunakan cara pemberian skor dengan melihat aitem favourable positif dan unfavourable negatif. Skor untuk masing-masing kelompok aitem adalah sebagai berikut: Tabel 2. Penskoran Aitem Respon Skor Respon Skor Sangat Sesuai SS 4 Sangat Sesuai SS 1 Sesuai S 3 Sesuai S 2 Tidak Sesuai TS 2 Tidak Sesuai TS 3 Sangat Tidak Sesuai STS 1 Sangat Tidak Sesuai STS 4 Aitem kelompok favourable Aitem kelompok unfavourable Hasil skala ini memaparkan skala yang menyatakan bahwa siswa tersebut memiliki penurunan kecemasan menghadapi Ujian Semester atau tidak. Hasil skala ini nantinya akan disesuaikan dengan standar 59 nilai untuk mengukur kecemasan siswa dalam menghadapi Ujian Semester. g. Melengkapi instrumen dengan instruksi dan kata pengantar Tahap akhir dalam membuat instrumen adalah dengan melengkapi pedoman instrumen dengan cara: melengkapi data diri atau identitas subjek, bahasa yang digunakan jelas dan mudah dipahami, pernyataan tidak terlalu panjang, dan dilengkapi dengan contoh sehingga siswa paham dalam mengerjakan skala dalam penelitian ini. 2. Pedoman Observasi Pedoman observasi dalam penelitian ini berisi aspek-aspek yang berkaitan dengan keaktifan siawa selama proses tindakan dilaksanakan. Aspek yang akan diobservasi adalah kemampuan siswa dari mengidentifikasi sampai pelaksanaan pemberian tindakan dengan teknik desensitisasi sistematis pada aspek verbal dan non verbal. Pedoman observasi digunakan untuk mencatat sikap dan perilaku siswa selama dan setelah pelaksanaan tindakan. Hasil observasi terhadap sikap dan perilaku siswa dapat dijadikan sebagai bahan reflekasi bagi guru bimbingan dan konseling untuk melakukan perbaikan tindakan apabila tindakan yang dilakukan belum berhasil dan sebagai pendukung. Kisi-kisi observasi dapat dilihat pada tabel berikut ini: 60 Tabel. 3 Kisi-kisi Pedoman Observasi No Aspek yang di Observasi 1 Perilaku selama proses pemberian tindakan. 2 Pemahaman terhadap teknik desensitisasi sistematis. 3 Kemampuan mengidentifikasi situasi dan kondisi penyebab kecemasan dalam menghadapi Ujian Semester 4 Perilaku selama proses pelatihan relaksasi. 5. Praktik teknik desensitisasi sistematis.

H. Rencana Tindakan

1. Pra Tindakan

Tahap ini merupakan tahap penelitian sebelum dilaksanakannya tindakan. Langkah pra tindakan yang dilakukan peneliti agar dapat mengetahui kondisi awal mengenai kecemasan siswa dalam menghadapi Ujian Semester meliputi : a. Peneliti menyebarkan skala kecemasan untuk mengetahui tingkat kecemasan sebelum pemberian tindakan pre test. b. Peneliti mengidentifikasi kondisi awal kecemasan subjek penelitian melalui skala kecemasan pre test. c. Peneliti memberikan informasi pada guru bimbingan dan konseling mengenai konsep teknik desensitisasi sistematis, kegunaan, kelebihan, dan prosedur pelaksanaannya. d. Permintaan izin penelitian kepada pihak sekolah dan pihak terkait lainnya. 61

2. Rancangan Tindakan

a. Perencanaan Perencanaan tindakan sebelum tindakanmenurunkan kecemasan siswa dalam menghadapi Ujian Semester melalui teknik desensitisasi sistematis dilaksanakan, perlu beberapa langkah yaitu sebagai berikut: 1 Menyusun dan menyiapkan skala pre-test untuk mengetahui kondisi awal kecemasan pada siswa dalam menghadapi Ujian Semester. 2 Setelah mengetahui hasil dari pre-test kemudian peneliti menentukan subjek penelitian yang memiliki kriteria dalam kategori kecemasan tinggi sampai dengan sangat tinggi dalam menghadapi ujian semester. 3 Peneliti memberitahukan dan berkoordinasi dengan guru bimbingan dan konseling mengenai hal-hal yang berhubungan dengan tindakan-tindakan yang akan dilakukan dalam penelitian. 4 Menyusun jadwal dan menetukan tempat pelaksanaan dalam melakukan tindakan penelitian. b. Tes awal atau pre-test Tes ini dilakukan untuk mengetahui tingkat kecemasan siswa dalam menghadapi Ujian Semester sebelum pemberian perlakuan atau tindakan. Pre-test kecemasan dilaksanakan pada subjek penelitian. 62 Hasil pre-test kemudian dianalisis untuk mengetahui kondisi awal tingkat kecemasan siswa dalam menghadapi Ujian Semester. c. Tindakan atau tindakan Pemberian tindakanatau perlakuan dalam penelitian ini yaitu menggunakan teknik desensitisasi sistematis. Adapun langkah-langkah yang dilakukan peneliti dalam pelaksanaan tindakandengan teknik desensitisasi sistematis ini dibagi menjadi tiga tahapan tindakan. Pertama, peneliti menjelaskan mengenai teknik desensitisasi sistematis yang dapat digunakan untuk menurunkan tingkat kecemasan siswa dalam menghadapi Ujian Semester. Pada tahapan ini peneliti menjelaskan tentang konsep teknik desensitisasi sistematis yang dapat digunakan untuk menurunkan kecemasan siswa dalam menghadapi Ujian Semester melalui pemaparan dengan powerpoint dan diskusi. Pada tahap ini peneliti juga memerintahkan siswa untuk mendaftar dan mengurutkan situasi atau kondisi yang membuat timbulnya kecemasan, diurutkan dari mulai yang paling ringan ke yang paling berat. Langkah pelaksanaan tindakanpertama sebagai berikut: 1 Peneliti menyiapkan perlengkapan yang digunakan dalam proses pemberian tindakantahap pertama berupa materi mengenai teknik desensitisasi sistematis yang dapat digunakan untuk menurunkan tingkat kecemasan siswa dalam menghadapi Ujian Semester dan lembar daftar urutan kondisi siswa yang menyebabkan kecemasan. 63 2 Menjelaskan konsep teknik desensitisasi sistematis. 3 Peneliti menyimpulkan inti materi yang telah disampaikan. Kedua,peneliti melakukan pelatihan relaksasi atau latihan membayangkan sesuatu yang menyenangkan, sehingga membuat siswa dalam situasi atau kondisi tenang dan nyaman. Pada tahap pelatihan relaksasi ini peneliti juga mencari tahu keadaan seperti apa yang akan membuat siswa menjadi tenang dan nyaman, terutama prihal kondisi ketenangan tempat atau lingkungan. Media musik relaksasijuga digunakan untuk membantu siswa mencapai kondisi menenangkan selama proses relaksasi. Langkah pelaksanaan tindakankedua sebagai berikut: 1 Peneliti menyiapkan perlengkapan yang akan digunakan dalam proses pemberian tindakantahap kedua berupa pengeras suara yang digunakan sebagai pengantar musik relaksasi. 2 Peneliti membantu siswa mendapatkan ketenangan selama proses pelatihan relaksasi. 3 Peneliti menyajikan musik relaksasisebagai pemicu ketenangan selama pelatihan relaksasi. 4 Setelah siswa sudah terbiasa dalam mencapai kondisi yang tenang dengan relaksasi, peneliti mengidentifikasi hal-hal yang membuat siswa lebih nyaman dan tenang. 5 Peneliti menyimpulkan inti materi yang telah disampaikan. 64 Ketiga, peneliti melaksanakan tahapan utama tindakandengan menggunakan teknik desensitisasi sistematis. Pada tahapan ini peneliti melakukan proses membantu siswa menurunkan tingkat kecemasan dalam menghadapi Ujian Semester. Peneliti memulai tahapan ketiga dengan membantu siswa mencapai kondisi setenang mungkin dalam dirinya melalui relaksasi, kemudian peneliti membantu siswa menurunkan tingkat kecemasannya, setelah itu tindakandiakhiri dengan peneliti yang meminta siswa menceritakan kondisi sesudah tindakan dan peneliti kemudian menyimpulkan inti kegiatan dan memberikan semangat.Keseluruhan tahapan sebelumnya digunakan pada tahapan ini. Tahapan ini dilakukan sampai kondisi siswa tidak mengalami kecemasan lagi. Langkah pelaksanaan tindakanketiga sebagai berikut: 1 Peneliti menyiapkan perlengkapan yang akan digunakan dalam proses pemberian tindakantahap ketiga. 2 Peneliti membantu siswa untuk mencapai kondisi setenang mungkin dalam dirinya melalui relaksasi. 3 Peneliti membantu siswa menurunkan tingkat kecemasan dalam menghadapi Ujian Semester. 4 Peneliti meminta siswa untuk menceritakan kondisi setelah tindakan. 5 Peneliti menyimpulkan inti kegiatan dan memberikan semangat kepada siswa dalam menghadapi Ujian Semester. 65 d. Post-test Post-test diberikan setelah pemberian tindakanselesai dilaksanakan. Tujuan dari post-test ini adalah untuk mengetahui pencapaian penurunan tingkat kecemasan siswa dalam menghadapi Ujian Semester setelah diberi perlakuan atau tindakan berupa teknik desensitisasi sistematis.

3. Observasi

Observasi pelaksanaan tindakan di dalam kelas pada saat tindakan sedang dilakukan. Peneliti melakukan observasi terhadap sikap dan perilaku siswa saat proses pelaksanaan dan setelah proses pelaksanaan tindakan. Observasi di sini memiliki dua fungsi, yaitu: pertama, untuk mengetahui kesesuaian pelaksanaan tindakan dengan rencana tindakan; kedua, untuk perubahan sebagaimana yang diharapkan yakni menurunnya kecemasan dalam menghadapi Ujian Semester siswa kelas X. 1 di SMA Negeri 1 Pleret.

4. Refleksi

Refleksi adalah mengingat dan merenungkan kembali suatu tindakan persis seperti yang telah dicatat dalam observasi Suwarsih Madya, 2011: 63. Refleksi berusaha memahami proses, masalah, persoalan, dan kendala yang nyata dalam tindakan strategi. Refleksi mempertimbangkan ragam perspektif yang mungkin ada dalam situasi sosial, memahami persoalan 66 dan keadaan tempat timbulnya persoalan itu. Kegiatan refleksi dalam penelitian ini adalah mengevaluasi dan menganalisis hasil observasi dan interpretasi siswa selama pelaksanaan tindakan sehingga diperoleh kesimpulan bagian mana yang perlu diperbaiki atau disempurnakan dan bagian mana yang telah memenuhi target. Keberhasilan tindakan diindikasikan dengan menurunnya kecemasan siswa dalam menghadapi Ujian Semester.

I. Validitas dan Reliabilitas Instrumen

1. Uji Validitas Instrumen

Skala yang mampu menghasilkan data yang akurat sesuai dengan tujuannya diperlukan suatu proses pengujian validitas. Menurut Saifudin Azwar 2008: 6 suatu alat ukur yang valid tidak sekedar mampu mengungkapkan data dengan tepat akan tetapi juga harus memberikan gambaran yang cermat mengenai data tersebut. Akan tetapi, makna dasar validitas untuk penelitian tindakan berbeda dengan yang dituntut oleh penelitian kuantitatif atau konfesional. Menurut Suwarsih Madya 2011: 37 makna dasar validitas dalam penelitian tindakan condong ke makna dasar dalam penelitian kualitatif. Sebuah instrumen dapat dikatakan baik apabila instrumen tersebut dapat mengukur yang hendak diukur. Suatu instrumen yang valid atau sahih mempunyai validitas tinggi namun sebaliknya, instrumen yang tidak valid berarti memiliki validitas rendah, dengan kata lain instrumen 67 dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan. Uji validitas instrumen dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh instrumen penelitian mampu mencerminkan isi sesuai dengan hal dan sifat yang diukur. Artinya, setiap butir instrumen telah benar-benar menggambarkan keseluruhan isi atau sifat bangun konsep yang menjadi dasar penyusunan instrumen. Penelitian ini menggunakan validitas logis untuk melihat instrumen mengenai kecemasan menghadapi Ujian Semester layak atau tidak. Menurut Saifudin Azwar 2013: 112 untuk mengetahui kelayakan isi aitem sebagai jabaran dari indikator maka perlu dianalisis lebih dalam. Validitas logis dilakukan oleh expert yaitu Yulia Ayriza, M.Si. Ph.D, bukan oleh peneliti. Butir pernyataan pada skala kecemasan menghadapi Ujian Semester dianalisis menggunakan analisis kualitatif dengan memperbaiki kata atau kalimat pada setiap pernyataan yang tidak sesuai dengan saran ahli. Dari 70 aitem skala kecemasan menghadapi Ujian Semester terdapat 45 aitem yang sahih dan 25 aitem yang gugur. Tabel 4. Rangkuman Aitem Gugur dan Sahih Variabel Indikator Jumlah Aitem Gugur Jumlah Aitem Sahih Kecemasan Reaksi Fisik 8 2, 3, 8, 10, 11, 13, 14, 16 9 1, 4, 5, 6, 7, 9, 12, 17, 18 Reaksi Psikis 14 19, 20, 23, 28, 30, 31, 32, 33, 35, 40, 43, 44, 48, 50 23 21, 22, 24, 25, 26, 27, 29, 34, 36, 37, 38, 39, 42, 44, 41, 46, 47, 49, 51, 52, 53, 54, 55 Reaksi Tingkah Laku 3 64, 66, 68 12 56, 57, 58, 59, 60, 61, 62, 63, 65, 67, 69, 70 Jumlah 25 45 68

2. Uji Realibilitas Instrumen

Suatu instrumen dikatakan memiliki nilai realibilitas yang tinggi apabila tes yang dibuat mempunyai hasil konsistensi dalam mengukur yang hendak diukur Saifuddin Azwar, 2013: 109. Realibilitas menunjukan sejauh mana alat ukur dapat diandalkan sebagai alat pengumpul data. Perhitungan uji realibilitas instrument dalam penelitian ini menggunakan rumus Alpha Choronbach Burhan Nurgiyantoro, Gunawan, Marzuki, 2009: 350 sebagai berikut: Keterangan: r 11 : reliabilitas instrumen Ʃ Ơí 2 : jumlah varian butir k : banyaknya butir pertanyaan Ơ 2 : varian total Alasan penggunaan rumus tersebut karena skor untuk skala bukan 0 atau 1, tetapi bertingkat dari 0 atau 1 sampai berapa saja menurut kemauan dan pertimbangan peneliti. Realibilitas dinyatakan oleh koefisien reliabilitas yang angkanya berkisar antara 0 sampai 1,00. Semakin tinggi koefisien reliabilitas mendakati 1,00, maka semakin tinggi realibilitasnya. Menurut Saifuddin Azwar 2013: 126 penentuan [ − ][ − ∑ ∑ ] 69 kriteria kategori reliabilitas ini dapat pula disesuaikan dalam kriteria penafsiran mengenai indeks korelasinya sebagai berikut: a. Antara 0,800 sampai 1,00 = sangat tinggi b. Antara 0,600 sampai 0,799 = tinggi c. Antara 0,400 sampai 0,599 = cukup tinggi d. Antara 0,200 sampai 0,399 = rendah e. Antara 0,00 sampai 0,199 = sangat rendah Setelah dilakukan uji coba instrumen pada skala kecemasan, diperoleh nilai realibilitas Alpha Croabach sebasar 0,877. Hal ini menunjukan bahwa instrumen penelitian memiliki realibilitas yang sangat tinggi karena berada pada kisaran 0,800 sampai 1.

J. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain sehingga mudah dipahami dan temuan dapat diinformasikan kepaada orang lain. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data kuantitatif. Teknik analisis data kuantitatif berupa skala untuk mengetahui penurunan kecemasan siswa dalam menghadapi Ujian Semester. Skala kecemasan berupa skala Likert. Berdasarkan penjelasan Saifuddin Azwar 2015: 107 langkah-langkah perhitungannya adalah sebagai berikut: a. Menentukan skor tertinggi Smax dan skor terendah Smin Smax = Jumlah aitem soal x skor maksimal 70 = 45 x 4 Smax = 180 Smin = Jumlah aitem soal x skor minimal = 45 x 1 Smin = 45 b. Menentukan rata-rata skor ideal mean ideal Mean ideal = Smax + Smin = 180 + 45 = 225 Mean ideal = 112,5 c. Menghitung standar deviasi SD SD = Smax - Smin = 180 - 45 = 135 SD = 22,5 Kategori untuk kecemasan siswa dalam menghadapi Ujian Semester dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 5. Kategorisasi Kecemasan BatasInterval Rumus Kategori Kecemasan X ≤ 78,75 X ≤ μ-1,5σ Sangat rendah 78,75 X ≤ 101,25 μ-1,5σ X ≤ μ-0,5σ Rendah 101,25 X ≤ 123,75 μ-0,5σ X ≤ μ +0,5σ Sedang 71 123,75 X ≤ 146,25 μ+0,5σ X ≤ μ+1,5σ Tinggi 146,25 X μ+1,5σ X Sangat tinggi

K. Kriteria Keberhasilan

Dokumen yang terkait

UPAYA MENURUNKAN KECEMASAN SISWA MENGHADAPI UJIAN MENGGUNAKAN TEKNIK DESENSITISASI SISTEMATIS PADA SISWA KELAS VIII UNGGULAN SMP NEGERI 1 ABUNG SEMULI LAMPUNG UTARA TAHUN PELAJARAN 2010-2011

9 77 58

UPAYA MENURUNKAN KECEMASAN SISWA MENGHADAPI UJIAN MENGGUNAKAN TEKNIK DESENSITISASI SISTEMATIS PADA SISWA KELAS VIII UNGGULAN SMP NEGERI 1 ABUNG SEMULI LAMPUNG UTARA TAHUN PELAJARAN 2010-2011

2 7 9

KONTROL DIRI DAN KECEMASAN SISWA SMA DALAM MENGHADAPI UJIAN NASIONAL Kontrol Diri Dan Kecemasan Siswa Sma Dalam Menghadapi Ujian Nasional.

0 2 15

KONTROL DIRI DAN KECEMASAN SISWA SMA DALAM MENGHADAPI UJIAN NASIONAL Kontrol Diri Dan Kecemasan Siswa Sma Dalam Menghadapi Ujian Nasional.

0 2 17

UPAYA MENGURANGI KECEMASAN MENGHADAPI UJIAN MELALUI KONSELING TEKNIK SISTEMATIC DESENSITIZATION PADA SISWA KELAS X DI SMA NEGERI 1 BAHOROK TAHUN AJARAN 2014/2015.

2 7 101

PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN ANTARA SISWA KELAS X YANG MENGIKUTI DENGAN YANG TIDAK MENGIKUTI Perbedaan Tingkat Kecemasan Antara Siswa Kelas X Yang Mengikuti Dengan Yang Tidak Mengikuti Bimbingan Belajar Dalam Menghadapi Ujian Semester Di SMA N 1 Gubug.

0 1 14

PENDAHULUAN Perbedaan Tingkat Kecemasan Antara Siswa Kelas X Yang Mengikuti Dengan Yang Tidak Mengikuti Bimbingan Belajar Dalam Menghadapi Ujian Semester Di SMA N 1 Gubug.

0 2 5

EFEKTIVITAS KONSELING BEHAVIORAL DENGAN TEKNIK DESENSITISASI SISTEMATIS UNTUK MEREDUKSI KECEMASAN MENGHADAPI UJIAN: Studi Eksperimen pada Siswa Kelas X SMA Negeri 2 Singaraja Tahun Ajaran 2010/2011.

4 12 65

KEEFEKTIFAN LAYANAN KONSELING KELOMPOK TEKNIK KOGNITIF RESTRUKTURING DAN TEKNIK DESENSITISASI SISTEMATIS UNTUK MEREDUKSI KECEMASAN AKADEMIK SISWA SMA NEGERI 9 PALEMBANG -

0 0 29

MENGURANGI KECEMASAN MENGHADAPI ULANGAN SEMESTER SISWA KELAS XII SMA NEGERI 1 KALIWUNGU MELALUI DESENSITISASI SISTEMATIK

0 0 18