35 psikis yang menyebabkan kecemasan. Jadi, penggunaan teknik
desensitisasi sistematis ini nantinya akan membuat siswa yang pada awalnya teridentifikasi mengalami respon tidak adaptif berupa kecemasan
dalam menghadapi Ujian Semester perlahan akan menurun tingkatan kecemasannya dan berubah menjadi respon yang lebih adaptif.
3. Tahapan Pelaksanaan Teknik Desensitisasi Sistematis
Gantina Komalasari 2011: 193 mengurutkan tahapan pelaksanaan
teknik desensitisasi sitematis adalah sebagai berikut:
a. Analisis tingkah laku yang membangkitkan kecemasan. b. Menyusun tingkat kecemasan.
c. Membuat daftar situasi yang memunculkan atau meningkatkan taraf kecemasan mulai dari yang paling rendah ke yang paling
tinggi. d. Melatih relaksasi, yaitu dengan berlatih pengenduran otot dan
bagian tubuh dengan titik berat wajah, tangan, kepala, leher, pundak, punggung, perut, dada, dan anggota badan bagian bawah.
e. Konseli mempraktikan 30 menit setiap hari, hingga terbiasa untuk santai dengan cepat.
f. Pelaksanaan desensitisasi sistematis konseli dalam keadaan atau kondisi santai dan mata tertutup.
g. Meminta konseli membayangkan dirinya berada pada satu situasi yang netral, menyenangkan, santai, nyaman, tenang. Saat konseli
36 santai diminta membayangkan situasi yang menimbulkan
kecemasan pada tingkat yang paling rendah. h. Dilakukan terus secara bertahap sampai tingkat yang memunculkan
rasa cemas dan dihentikan. i. Kemudian dilakukan relaksasi lagi sampai konseli santai dan
diminta membayangkan lagi pada situasi dengan tingkat kecemasan yang lebih tinggi dari sebelumnya.
j. Terapi selesai apabila konseli mampu tetap santai ketika membayangkan situasi yang sebelumnya paling menggelisahkan
dan mencemaskan. Mubarok dalam Sri Reski, 2013 menjelaskan,terdapat empat tahap
utama dalam teknik desensitisasi sistematis yaitu; pertama, konselor dan konseli mendaftar situasi apa saja yang menyebabkan konseli diserang
perasaan cemas dan kemudian menyusunnya secara hirarki mulai dari yang paling ringan diatas sampai yang paling berat dibawah. Kedua,
konselor melatih konseli untuk mencapai keadaan relaks atau santai, hal ini dilakukan melalui prosedur khusus yang disebut relaksasi. Ketiga,
konselor melatih konseli untuk membuat respon-respon antagonistik yang dapat menghambat perasaan cemas, hal ini dapat dilakukan melalui
prosedur imageri yaitu melatih konseli untuk membayangkan situasi lain yang menyenangkan, pada saat konselor menyaapabilan situasi yang
menimbulkan kecemasan. Keempat, pelaksanaan intervensi pada tahap ini konselor mula-mula mengarahkan konseli agar dapat mencapai keadaan
37 relaks,
setelah konseli
mencapai keadaan
relaks, konselor
memverbalisasikan menyajikan secara beruntun dari atas ke bawah situasi yang menimbulkan perasaan cemas, sebagaimana tersusun dalam
hirarki dan meminta konseli membayangkannya. Apabila konseli dapat membayangkan situasi tersebut tanpa mengalami kecemasan, konselor
menyaapabilan situasi berikutnya dan ini terus dilakukan dengan cara yang sama, sehingga seluruh situasi dalam hirarki yang telah disaapabilan dan
kecemasan dapat dihilangkan. Berdasarkan uraian pendapat tersebut dapat disimpulkan inti dari
tahapan pelaksanaan teknik desensitisasi sistematis terdapat tiga tahapan utama, yaitu:
a. Mendaftar dan mengurutkan kondisi atau masalah yang membuat konseli mengalami kecemasan, yaitu tahapan konselor menyuruh
konseli untuk menulis daftar situasi atau kondisi yang menyebabkan kecemasan terjadi, dalam penulisannya konseli harus
mengurutkan dari situasi atau kondisi yang paling rendah hingga kondisi atau masalah yang paling tinggi.
b. Latihan relaksasi dan atau membayangkan, yaitu tahapan konselor memulai dengan melatih konseli untuk santai. Latihan ini harus
berlangsung dalam ruangan yang tenang, cukup pencahayaan, tidak ada kebisingan di luar ruangan, dalam latihan ini konselor
mengarahkan konseli untuk membayangkan hal-hal yang menyenangkan sehingga konseli berada pada keadaan yang relaks.
38 c. Pelaksanaan teknik desensitsasi sistematis, yaitu tahapan konselor
melakukan konseling, yang pertama konselor mengarahkan konseli ke dalam keadaan relaks seperti yang sudah dilatih sebelumnya,
setelah konseli dalam keadaan yang relaks konselor menyajikan secara berurutan situasi atau kondisi yang sudah didaftar konseli
sebelumnya dan meminta konseli membayangkan situasi atau kondisi yang ditulis. Hal ini dilakukan sampai situasi atau kondisi
yang ditulis dan dibayangkan konseli tidak menyebabkan kecemasan lagi.
4. Kelebihan dan Kekurangan Teknik Desensitisasi Sistematis