Perencanaan Tindakan Hasil Pelaksanaan Tindakan

79 sedang berjumlah 13 siswa 46,43, kategori tinggi berjumlah 5 siswa 17,86, dan kategori sangat tinggi tidak ada 0. Hasil dari rata-rata skor pre-test di kelas X.1 menunjukkan bahwa 46,43 siswa memiliki kecemasan pada kategori sedang, namun masih terdapat 17,86 siswa yang memiliki kecemasan pada kategori tinggi, sehingga penelitian ini tetap dilaksanakan karena dalam penelitian ini siswa yang dikenai tindakan adalah mereka yang memiliki tingkat kecemasan pada kategori tinggi. Peneliti beserta guru bimbingan dan konseling sepakat untuk melakukan tindakan guna menurunkan kecemasan siswa dalam menghadapi Ujian Semester pada 5 siswa dikelas X.1 dengan kategorisasi tingkat kecemasan tinggi. Berdasarkan wawancara 5 siswa dengan kategorisasi tingkat kecemasan tinggi terungkap bahwa kecemasan muncul cukup sering dan tidak dapat dikendalikan sampai mengganggu aktivitas sehari-hari.

D. Hasil Pelaksanaan Tindakan

1. Perencanaan

Perencanaan awal yang dilakukan oleh peneliti yaitu menyusun dan menyiapkan skala pre-test untuk mengetahui kondisi awal tingkat kecemasan pada peserta didik dalam menghadapi Ujian Semester. Peneliti juga membuat kriteria indikator keberhasilan pada penelitian ini yaitu penelitian dikatakan berhasil apabila skor kecemasan minimal mencapai 101,25 atau kecemasan dengan kategori sedang sampai rendah. Sebelum 80 melaksanakan penelitian, peneliti mengurus surat izin penelitian, berdiskusi dengan guru bimbingan dan konseling di SMA N 1 Pleret untuk merencanakan proses pemberian tindakan secara kolaboratif, membuat kesepakatan jadwal untuk pelaksanaan pemberian tindakan, menyiapkan sarana dan prasarana yang dibutuhkan selama penelitian berlangsung dan membentuk tim penelitian. Peneliti membentuk tim peneliti yang terdiri atas 2 guru bimbingan dan konseling SMA N 1 Pleret dan 2 mahasiswa prodi bimbingan dan konseling angkatan 2011 serta peneliti sendiri. Dengan demikian, tim peneliti berjumlah 5 orang yaitu Drs. Rusdiyanto, Siti Qomariyah S.Pd, peneliti sendiri Hadiya Risyadi, Denny Sulistyanta, dan Febrian Amir. Peneliti memilih Drs. Rusdiyanto sebagai pendamping dan penasehat selama penelitian berlangsung, Siti Qomariyah S.Pd sebagai guru bimbingan dan konseling yang mengarahkan siswa selama penelitian, dan Denny Sulistyanta beserta Febrian Amir membantu pelaksanaan proses tindakan selama penelitian. Pemilihan tim penelitian berdasarkan pada kompetensi yang dimiliki untuk melaksanakan tindakan yaitu berupa teknik desensitisasi sistematis dengan baik.

2. Tindakan

Tindakan yang dilaksanakan selama penelitian pada umumnya berjalan dengan baik dan lancar. Proses pelaksanaan dalam penelitian ini terdapat tiga tindakan dengan tiga kali pertemuan, setiap pemberian 81 tindakan selalu dihadiri oleh semua siswa yang menjadi subjek dalam penelitian ini. Kegiatan pada setiap tindakan berjalan sesuai dengan daftar kegiatan yang telah dibuat sehingga semua tindakan berjalan dengan lancar. Berikut ini hasil pelaksanaan tindakan dalam setiap pertemuan: a. Pertemuan pertama, 8 Agustus 2015 Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari sabtu, 8 Agustus 2015 pukul 12.45 sampai dengan selesai. kegiatan pada pertemuan pertama ini adalah diskusi tentang kecemasan dan penjelasan menganai teknik desensitisasi sistematis yang akan digunakan untuk menurunkan kecemasan siswa dalam menghadapi Ujian Semester. Kegiatan ini bertujuan agar siswa mengetahui tujuan, manfaat, dan proses pelaksanaan teknik desensitisasi sistematis dengan baik dan benar. Kegiatan selanjutnya pada pertemuan pertama adalah siswa mengidentifikasi kecemasan yang dialaminya terutama kecemasan yang timbul karena Ujian Semester, kemudian siswa mendaftar dan mengurutkan kondisi atau situasi yang membuat cemas tersebut dari mulai yang paling ringan hingga ke yang paling berat. Selanjutnya peneliti dan siswa melakukan focus group discussion diskusi kelompok terarah untuk menyimpulkan dan menyepakati hasil dari daftar kondisi atau situasi siswa yang menyebabkan kecemasan menjadi suatu hirarki kecemasan dengan empat tingkatan kondisi atau situasi yang menyebabkan kecemasan secara umum hasil terinci akan diuraikan di halaman 80-81. 82 Kegiatan awal dibuka oleh Bu Siti Qomariyah S.Pd selaku guru bimbingan dan konseling dan dilanjutkan dengan saling memperkenalkan diri baik dari pihak tim peneliti maupun siswa dengan tujuan agar saling mengenal, saling memahami dan membangun hubungan yang baik antara tim peneliti dengan siswa sehingga menimbulkan keakraban. Kegiatan selanjutnya adalah peneliti menjelaskan prosedur kegiatan pada pertemuan pertama. Melihat kondisi siswa yang tampak sedikit lelah dan kurang konsentrasi, peneliti memberikan joke-joke lucu dengan tujuan agar siswa tidak terlihat tegang dan kembali bersemangat. Peneliti juga mengajak siswa agar menceritakan pengalaman-pengalaman lucu yang pernah dialami dengan tim peneliti dan siswa lainnya, setiap siswa menceritakan pengalamannya dan siswa lain beserta tim peneliti meledek dengan pertanyaan-pertanyaan lucu yang tidak membuat siswa yang bercerita tersinggung. Hal ini menimbulkan semua siswa tertawa termasuk tim peneliti. Setelah beberapa siswa bercerita, peneliti menjelaskan makna dari bercerita pengalaman-pengalaman lucu dalam suatu kelompok pertemanan akan menimbulkan rasa nyaman yang ditunjukan dengan tawa, sehingga dapat melupakan masalah-masalah yang menyebabkan kecemasan. Sama halnya proses pemberian tindakkan dalam penelitian ini yang mengedepankan proses 83 relaksasi yang membuat siswa sampai pada kondisi atau situasi paling nyaman. Selanjutnya pada kegiatan inti, peneliti menjelaskan pengertian kecemasan, gejala-gejala kecemasan, dan tingkatan kecemasan, kemudian peneliti menjabarkan mengenai pengertian, tujuan, dan manfaat dari penggunaan teknik desensitisasi sistematis. Bu Siti Qomariyah menambahkan mengenai formula baru yang diterapakan sebagai dasar penentuan kelulusan yaitu kelulusan tidak hanya ditentukan dengan nilai Ujian Nasional namun juga Ujian Semester yang berperan sangat penting dalam penentuan kelulusan, sehingga siswa harus lebih serius dan siap dalam mengerjakan Ujian Semester. Kegiatan ini bersifat diskusi, sehingga siswa boleh melontarkan pertanyaan apabila kurang memahami atau mengerti dengan yang dijelaskan oleh peneliti dan guru bimbingan dan konseling. Beberapa siswa sebelumnya beranggapan dengan penjelasan yang diberikan oleh peneliti mengenai teknik desensitisasi sistematis yang digunakan untuk menurunkan kecemasan dalam menghadapi Ujian Semester siswa mengira bahwa teknik yang akan diberikan sama dengan teknik hipnotis aktor UK di televisi yang juga menggunakan kata relaksasi dalam setiap pertunjukannya, siswa takut apabila aibnya akan terbongkar semuanya. Peneliti menjelaskan bahwa teknik relaksasi 84 membongkar aib tidak pernah ada, peneliti juga menambahkan bahwa yang ditunjukkan oleh aktor UK ditelevisi hanya untuk hiburan dan pertunjukan semata untuk menaikan ratting stasiun televisi yang bersangkutan. Peneliti juga menjelaskan jika teknik desensitisasi sistematis tidak sama dengan hipnotis, proses relaksasi dalam teknik ini digunakan untuk merubah tingkah laku atau respon negatif yang tidak adaptif dengan respon yang lebih adaptif. Setelah siswa memahami dan mengerti mengenai kecemasan dan teknik desensitisasi sistematis, guru bimbingan dan konseling mengulang dalam memberikan informasi-informasi atau penjelasan terbaru terkait sistem atau formula baru yang dikira belum banyak diketahui oleh siswa yang dapat menjadi sumber-sumber kecemasan baru bagi siswa. Hal ini dilakukan agar saat mengidentifikasi kecemasan nanti hasilnya akan lebih maksimal. Selanjutnya guru bimbingan dan konseling memberikan kesempatan kembali untuk bertanya mengenai sistem atau formula baru yang diterapkan untuk menenutukan kelulusan. Setelah menunggu beberapa saat tidak ada siswa yang bertanya, namun terdapat beberapa siswa yang mengungkapkan rasa kaget melaui sebuah pernyataan diantaranya “wah takut bu, jadi makin banyak yang harus dipikirin”,”iya bu, jadi ribet banget, pusing deh jadinya”. 85 Kegiatan selanjutnya yaitu peneliti membagikan lembar identifikasi kecemasan, peneliti membuat 4 tingkatan untuk mengidentifikasi kondisi atau masalah kecemasan yang dialami siswa dalam menghadapi Ujian Semester. Langkah berikutnya peneliti memberikan instruksi pada siswa untuk mengidentifikasi kondisi-kondisi kecemasan yang muncul akibat dari Ujian Semester dalam pikiran mereka. Siswa menulis kemudian mendaftar dan mengurutkan kondisi atau situasi yang menyebabkan kecemasan berlebih dalam menghadapi Ujian Semester. Kondisi kecemasan diurutkan mulai dari kondisi atau situasi kecemasan yang paling rendah ke kondisi atau situasi kecemasan yang paling tinggi menurut siswa. Hasil dari identifikasi tersebut yang paling dominan adalah siswa khawatir tidak mampu mengerjakan soal. Peneliti dan siswa melakukan focus group discussion diskusi kelompok terarah untuk menyimpulkan dan menyepakati hasil identifikasi dari 5 siswa tersebut dan menjadikan urutan hirarki kecemasan secara umum untuk dasar pemberian tindakan pada teknik desensitisasi sistematis sebagai berikut: 1 Khawatir tidak mampu mengerjakan soal. 2 Takut gagal dan mengecewakan orang tua. 3 Khawatir akan mendapatkan hambatan dalam Ujian Semester. 86 4 Khawatir tidak memiliki harapan dan cita-cita terhenti. Nomer 1 sampai dengan 4 adalah urutan dari kondisi atau situasi yang paling berat ke yang paling ringan, maka secara umum menurut siswa kondisi yang paling menyebabkan kecemasan adalah khawatir apabila tidak dapat mengerjakan soal Ujian Semester dan seterusnya sampai dengan masalah yang paling rendah secara umum menurut siswa yaitu khawatir tidak memiliki harapan dan cita-cita terhenti. Urutan hirarki tersebut disimpulkan berdasarkan perspektif dari frekuensi identifikasi kondisi atau situasi yang menyebabkan kecemasan menurut siswa. sedangkan menurut perspektif peneliti urutan hirarki kecemasan seharusnya disusun berdasarkan masalah kehidupan secara keseluruhan. Jadi, urutan hirarki menurun peneliti adalah 4, 2, 3, 1 dari yang paling berat ke yang paling ringan, hal ini dilihat dari keterkaitan situasi atau kondisi penyebab kecemasan satu sama lain. Meskipun terdapat perbedaan perspektif antara peneliti dan siswa, penelitian ini tetap dilaksanakan dengan urutan hirarki menurut perspektif siswa yaitu, menyimpulkan situasi atau kondisi berdasarkan frekuensi identifikasi penyebab kecemasan melalui focus group discussion. Peneliti dapat memaklumi perihal urutan hirarki kecemasan, karena kemungkinan usia siswa yang tergolong masih sangat muda, sehingga siswa berfikiran masalah paling berat adalah khawatir 87 tidak mampu mengerjakan soal. Meskipun demikian, penelitian ini akan tetap dilaksanakan sesuai dengan kegiatan pemberian tindakan yang telah dibuat sebelumnya. Kegiatan penutup pada pertemuan ini, peneliti menyimpulkan dan review ulang penjelasan pada pertemuan hari ini yaitu mengenai kecemasan, teknik yang digunakan untuk menurunkan tingkat kecemasan, hasil hirarki dari identifikasi kecemasan siswa, dan dilanjutkan dengan memberikan informasi tentang kegiatan pada pertemuan berikutnya. Kegiatan pada pertemuan ini diakhiri dengan doa. Kesimpulan pada tindakan I yaitu dari hasil wawancara dan pengamatan peneliti secara langsung, siswa mengaku menjadi memahami dan mengerti tentang kecemasan dan tipe-tipe kecemasan, selain itu siswa juga jadi menyadari jika kecemasan yang dialaminya dapat diturunkan dengan teknik desensitisasi sistematis. Siswa berharap kecemasan yang dialami saat ini dapat diturunkan. b. Pertemuan Kedua, 12 Agustus 2015 Pertemuan kedua dilaksanakan pada hari rabu, 12 Agustus 2015 pukul 12:45 WIB sampai dengan selesai. Kegiatan pada pertemuan kedua adalah pelatihan membuat diri siswa relaks atau nyaman. Media yang digunakan untuk pelatihan adalah musik- musik relaksasi. 88 Kegiatan diawali dengan berdoa dan dilanjutkan dengan penjelasan prosedur pelaksanaan kegiatan pada pertemuan kegiatan yaitu pelatihan relaksasiatau membayangkan sesuatu hal yang membuat diri menjadi lebih nyaman. Setelah peneliti menjelaskan prosedur kegiatan pada pertemuan kedua, selanjutnya peneliti merefleksi hasil kegiatan pada pertemua pertama yang dilaksanakan pada tanggal 8 Agustus 2015, dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan tentang kecemasan dan teknik desensitisasi sistematis, hasilnya siswa masih ingat dan masih memahami serta mengerti maksud dari kecemasan dan teknik desensitisasi sistematis. Pada kegiatan inti pertemuan kedua ini, peneliti memberikan stimulus bahwa kecemasan dalam menghadapi Ujian Semester dapat diturunkan dengan menggunakan teknik desensitisasi sistematis yang mana penggunaan relaksasi ditekankan dalam penggunaan teknik ini. Siswa tampak antusias untuk mengikuti proses pelatihan relaksasi atau membuat kondisi menjadi lebih nyaman. Antusiasme yang ditunjukkan siswa membuat peneliti menjadi lebih mudah dalam memberikan pelatihan relaksasi. Peneliti memulai dengan memberikan penjelasan mengenai tahapan-tahapan untuk mencapai kondisi nyaman, kemudian peneliti memberikan contoh terlebih dahulu pada salah satu siswa 89 dan siswa yang lainnya memperhatikan terlebih dahulu. Kondisi lingkungan yang kurang kondusif menjadi penghambat proses relaksasi namun peneliti mencoba mengalihkan perhatian siswa terhadap lingkungan yang sedikit kurang kondusif ke musik relaksasi. Setelah proses pelatihan relaksasi pada satu siswa selesai, sebelum melanjutkan ke pelatihan pada semua siswa, terlebih dahulu peneliti menanyakan kepada siswa yang telah direlaksasi prihal yang dirasakan, siswa lain juga mendapatkan kesempatan untuk bertanya pada teman yang telah direlaksasi. Dari jawaban siswa atas pertanyaan yang dilontarkan dapat disimpulkan bahwa awalnya siswa tersebut mengaku terganggu dengan suara siswa dari kelas lain yang sedang mengikuti kegiatan ektrakulikuler bola voli namun lambat laun menghilang dan berganti menjadi alunan suara musik yang membuat kondisi menjadi nyaman, siswa juga mengakui kalau dirinya menjadi seperti lebih ringan dari yang sebelumnya yaitu, pikiran menjadi lebih tenang. Pelatihan dilanjutkan pada 4 siswa yang tersisa secara bersamaan dan 1 siswa mengamati proses pelatihan relaksasi. Sama halnya dengan yang sebelumnya proses pelatihan pada 4 siswa secara bersamaanpun berjalan dengan baik, selanjutnya diadakan diskusi untuk menanyakan perasan siswa setelah direlaksasi. 90 Sebelum kegiatan diakhiri peneliti menyimpulkan kegiatan pada pertemuan kedua ini. Secara umum semua siswa dapat mengikuti pelatihan dengan baik dan dapat mengikuti kegiatan kedua ini dengan baik dan antusias. Siswa sudah memahami makna relaksasi dalam teknik desensitisasi sistematis ini, siswa juga mampu mencapai titik kenyamanan dengan sangat baik. Hasil dari pertemuan kedua ini, berdasarkan hasil wawancara atau diskusi dengan siswa, walaupun masih tahap pelatihan namun siswa mengakui menjadi lebih semangat dan optimis, hal itu terlihat saat siswa menjadi lebih merasa lebih bahagia setelah memahami manfaat teknik desensitisasi sistematis. Kegiatan pada hari kedua ini ditutup dengan evaluasi dan refleksi oleh peneliti dan diakhiri dengan doa oleh guru bimbingan dan konseling. c. Pertemuan ketiga, 15 Agustus 2015 Pertemuan ketiga dilaksanakan pada hari sabtu, 15 Agustus 2015 pukul 10:45 WIB sampai dengan selesai. Pertemuan ketiga ini dilaksanakan pada mulai jam ke enam pembelajaran dalam kelas. Peneliti sebelumnya meminta izin kepada guru mata pelajaran yang bersangkutan untuk meminjam 5 siswanya yang menjadi subjek dalam penelitian ini. Peneliti, mempersiapkan ruangan dan alat-alat atau media yang akan digunakan pada pertemuan ketiga ini. Kegiatan pada pertemuan ketiga adalah tahapan utama pelaksanaan tindakan dengan pemberian teknik desensitisasi sistematis pada 91 siswa untuk menurunkan kecemasan dalam menghadapi Ujian Semester. Kegiatan diawali dengan berdoa, setelah itu peneliti menjelaskan prosedur kegiatan pada pertemuan ketiga ini. Sebelum memulai proses pemberian tindakan, peneliti melakukan refleksi terlebih dahulu dengan menanyakan hasil pertemuan kedua pada tanggal 8 Agustus 2015, peneliti menanyakan “apakah adik-adik masih ingat tahapan bagaimana cara mencapai rasa nyaman?”, semua siswa menjawab dengan tegas masih ingat tapi masih butuh bantuan untuk menyamankan diri. Hasil dari refleksi dengan siswa, peneliti dapat memprediksikan jika pertemuan ketiga ini juga akan dapat diikuti siswa dengan baik. Kegiatan inti pada pertemuan ketiga ini adalah sebelum memulai proses pemberian tindakan peneliti memberikan stimulus bahwa kecemasan yang dialami siswa dalam menghadapi Ujian Semester dapat diturunkan dimulai dari saat ini. Pada tahapan ini peneliti melakukan proses membantu siswa menurunkan tingkat kecemasan dalam menghadapi Ujian Semester. Proses ini dilaksanakan secara bersamaan, peneliti memulai tahapan ketiga dengan membantu kelima siswa mencapai kondisi senyaman mungkin dalam dirinya melalui relaksasi. Media musik relaksasi yang digunakan sangat membantu siswa mencapai kenyamanan yang maksimal meskipun tempat yang digunakan 92 tidak begitu kondusif karena terganggu dengan proses pembunganan gedung baru. Setelah semua siswa sampai pada kondisi yang sangat nyaman, dengan mata yang terpejam peneliti memberikan stimulus untuk dibayangkan oleh siswa. Stimulus yang diberikan oleh peneliti adalah empat tingkatan hirarki kecemasan yang telah disepakati bersama pada pertemuan sebelumnya. Peneliti memulai dengan situasi yang paling ringan menimbulkan kecemasan sampai pada situasi yang paling berat yang menimbulkan kecemasan. Proses ini dilakukan berulang- ulang sampai dengan siswa merasa nyaman dan kondisi siswa tidak mengalami kecemasan lagi. Setelah proses pemberian tindakan berakhir peneliti memberikan semangat kepada siswa dengan kata-kata mutiara yang membangkitkan semangat, sehingga rasa cemas yang disebabkan oleh Ujian Semester perlahan benar-benar menurun dan berubah menjadi kondisi atau sitausi yang membuat siswa lebih nyaman. Langkah selanjutnya, peneliti melakukan evaluasi untuk mengetahui kondisi dan situasi siswa setelah pemeberian tindakan. Siswa mengakui jika awalnya benar-benar takut atau cemas, namun lama kelamaan berangsur menurun rasa takutnya. Siswa juga mengungkapkan bahwa sudah tidak membayangkan hal buruk akan menimpa terkait dengan Ujian Semester, siswa menjadi percaya diri, lebih semangat, dan siap untuk menghadapi Ujian 93 Semester dan siswa tidak murung lagi bahkan sudah dapat mengontrol emosinya. Siswa juga mengakui kalau rasa cemasnya terhadap Ujian Semester sudah menurun. Setelah peneliti dan guru bimbingan dan konseling mengetahui kondisi siswa benar-benar sudah dapat menurunkan tingkat kecemasannya dalam menghadapi Ujian Semester, kemudian peneliti memberikan skala post-test pada siswa untuk mengetahui tingkat kecemasan siswa setelah diberikan tindakan. Hasil dari post-test ini nantinya akan digunakan untuk membandingkan dengan hasil pre-test yang telah dilakukan sebelumnya Setelah semua kegiatan selesai dilaksanakan peneliti menyampaikan kesimpulan dari kegiatan hari ini dan juga seluruh rangkaian kegiatan dari awal sampai pertemuan terakhir. Guru bimbingan dan konseling juga memberikan motivasi dan saran agar siswa selalu optimis dan dapat selalu membuat situasi atau kondisi nyaman dalam segala keadaan yang menyebabkan kecemasan. Sebelum mengakhiri kegiatan, peneliti memberikan pujian pada semua siswa yang sudah mengikuti semua proses kegiatan pemberian tindakan dan akan melakukan proses tindak lanjut apabila pemberian tindakan pada satu siklus ini ternyata belum mampu menurunkan tingkat kecemasan siswa dalam menghadapai Ujian Semester sampai kategori sedang atau rendah. Selanjutnya 94 siswa diminta untuk memberikan kesan-kesannya selama mengikuti proses pemberian tindakan melalui teknik desensitisasi sistematis., siswa mengucapkan terima kasih banyak dan merasa menjadi pribadi yang baru dan lebih baik. Kegiatan diakhiri dengan ucapan terima kasih dari tim peneliti dan ditutup dengan doa.

3. Hasil Tindakan

Dokumen yang terkait

UPAYA MENURUNKAN KECEMASAN SISWA MENGHADAPI UJIAN MENGGUNAKAN TEKNIK DESENSITISASI SISTEMATIS PADA SISWA KELAS VIII UNGGULAN SMP NEGERI 1 ABUNG SEMULI LAMPUNG UTARA TAHUN PELAJARAN 2010-2011

9 77 58

UPAYA MENURUNKAN KECEMASAN SISWA MENGHADAPI UJIAN MENGGUNAKAN TEKNIK DESENSITISASI SISTEMATIS PADA SISWA KELAS VIII UNGGULAN SMP NEGERI 1 ABUNG SEMULI LAMPUNG UTARA TAHUN PELAJARAN 2010-2011

2 7 9

KONTROL DIRI DAN KECEMASAN SISWA SMA DALAM MENGHADAPI UJIAN NASIONAL Kontrol Diri Dan Kecemasan Siswa Sma Dalam Menghadapi Ujian Nasional.

0 2 15

KONTROL DIRI DAN KECEMASAN SISWA SMA DALAM MENGHADAPI UJIAN NASIONAL Kontrol Diri Dan Kecemasan Siswa Sma Dalam Menghadapi Ujian Nasional.

0 2 17

UPAYA MENGURANGI KECEMASAN MENGHADAPI UJIAN MELALUI KONSELING TEKNIK SISTEMATIC DESENSITIZATION PADA SISWA KELAS X DI SMA NEGERI 1 BAHOROK TAHUN AJARAN 2014/2015.

2 7 101

PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN ANTARA SISWA KELAS X YANG MENGIKUTI DENGAN YANG TIDAK MENGIKUTI Perbedaan Tingkat Kecemasan Antara Siswa Kelas X Yang Mengikuti Dengan Yang Tidak Mengikuti Bimbingan Belajar Dalam Menghadapi Ujian Semester Di SMA N 1 Gubug.

0 1 14

PENDAHULUAN Perbedaan Tingkat Kecemasan Antara Siswa Kelas X Yang Mengikuti Dengan Yang Tidak Mengikuti Bimbingan Belajar Dalam Menghadapi Ujian Semester Di SMA N 1 Gubug.

0 2 5

EFEKTIVITAS KONSELING BEHAVIORAL DENGAN TEKNIK DESENSITISASI SISTEMATIS UNTUK MEREDUKSI KECEMASAN MENGHADAPI UJIAN: Studi Eksperimen pada Siswa Kelas X SMA Negeri 2 Singaraja Tahun Ajaran 2010/2011.

4 12 65

KEEFEKTIFAN LAYANAN KONSELING KELOMPOK TEKNIK KOGNITIF RESTRUKTURING DAN TEKNIK DESENSITISASI SISTEMATIS UNTUK MEREDUKSI KECEMASAN AKADEMIK SISWA SMA NEGERI 9 PALEMBANG -

0 0 29

MENGURANGI KECEMASAN MENGHADAPI ULANGAN SEMESTER SISWA KELAS XII SMA NEGERI 1 KALIWUNGU MELALUI DESENSITISASI SISTEMATIK

0 0 18