79 sedang berjumlah 13 siswa 46,43, kategori tinggi berjumlah 5 siswa
17,86, dan kategori sangat tinggi tidak ada 0. Hasil dari rata-rata skor pre-test di kelas X.1 menunjukkan bahwa
46,43 siswa memiliki kecemasan pada kategori sedang, namun masih terdapat 17,86 siswa yang memiliki kecemasan pada kategori tinggi,
sehingga penelitian ini tetap dilaksanakan karena dalam penelitian ini siswa yang dikenai tindakan adalah mereka yang memiliki tingkat kecemasan pada
kategori tinggi. Peneliti beserta guru bimbingan dan konseling sepakat untuk
melakukan tindakan guna menurunkan kecemasan siswa dalam menghadapi Ujian Semester pada 5 siswa dikelas X.1 dengan kategorisasi tingkat
kecemasan tinggi. Berdasarkan wawancara 5 siswa dengan kategorisasi tingkat kecemasan tinggi terungkap bahwa kecemasan muncul cukup sering
dan tidak dapat dikendalikan sampai mengganggu aktivitas sehari-hari.
D. Hasil Pelaksanaan Tindakan
1. Perencanaan
Perencanaan awal yang dilakukan oleh peneliti yaitu menyusun dan menyiapkan skala pre-test untuk mengetahui kondisi awal tingkat
kecemasan pada peserta didik dalam menghadapi Ujian Semester. Peneliti juga membuat kriteria indikator keberhasilan pada penelitian ini yaitu
penelitian dikatakan berhasil apabila skor kecemasan minimal mencapai 101,25 atau kecemasan dengan kategori sedang sampai rendah. Sebelum
80 melaksanakan penelitian, peneliti mengurus surat izin penelitian,
berdiskusi dengan guru bimbingan dan konseling di SMA N 1 Pleret untuk merencanakan proses pemberian tindakan secara kolaboratif, membuat
kesepakatan jadwal untuk pelaksanaan pemberian tindakan, menyiapkan sarana dan prasarana yang dibutuhkan selama penelitian berlangsung dan
membentuk tim penelitian. Peneliti membentuk tim peneliti yang terdiri atas 2 guru bimbingan
dan konseling SMA N 1 Pleret dan 2 mahasiswa prodi bimbingan dan konseling angkatan 2011 serta peneliti sendiri. Dengan demikian, tim
peneliti berjumlah 5 orang yaitu Drs. Rusdiyanto, Siti Qomariyah S.Pd, peneliti sendiri Hadiya Risyadi, Denny Sulistyanta, dan Febrian Amir.
Peneliti memilih Drs. Rusdiyanto sebagai pendamping dan penasehat selama penelitian berlangsung, Siti Qomariyah S.Pd sebagai guru
bimbingan dan konseling yang mengarahkan siswa selama penelitian, dan Denny Sulistyanta beserta Febrian Amir membantu pelaksanaan proses
tindakan selama penelitian. Pemilihan tim penelitian berdasarkan pada kompetensi yang dimiliki untuk melaksanakan tindakan yaitu berupa
teknik desensitisasi sistematis dengan baik.
2. Tindakan
Tindakan yang dilaksanakan selama penelitian pada umumnya berjalan dengan baik dan lancar. Proses pelaksanaan dalam penelitian ini
terdapat tiga tindakan dengan tiga kali pertemuan, setiap pemberian
81 tindakan selalu dihadiri oleh semua siswa yang menjadi subjek dalam
penelitian ini. Kegiatan pada setiap tindakan berjalan sesuai dengan daftar kegiatan yang telah dibuat sehingga semua tindakan berjalan dengan
lancar. Berikut ini hasil pelaksanaan tindakan dalam setiap pertemuan:
a. Pertemuan pertama, 8 Agustus 2015 Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari sabtu, 8 Agustus
2015 pukul 12.45 sampai dengan selesai. kegiatan pada pertemuan pertama ini adalah diskusi tentang kecemasan dan penjelasan
menganai teknik desensitisasi sistematis yang akan digunakan untuk menurunkan kecemasan siswa dalam menghadapi Ujian
Semester. Kegiatan ini bertujuan agar siswa mengetahui tujuan, manfaat, dan proses pelaksanaan teknik desensitisasi sistematis
dengan baik dan benar. Kegiatan selanjutnya pada pertemuan pertama adalah siswa mengidentifikasi kecemasan yang dialaminya
terutama kecemasan yang timbul karena Ujian Semester, kemudian siswa mendaftar dan mengurutkan kondisi atau situasi yang
membuat cemas tersebut dari mulai yang paling ringan hingga ke yang paling berat. Selanjutnya peneliti dan siswa melakukan focus
group discussion diskusi kelompok terarah untuk menyimpulkan dan menyepakati hasil dari daftar kondisi atau situasi siswa yang
menyebabkan kecemasan menjadi suatu hirarki kecemasan dengan empat tingkatan kondisi atau situasi yang menyebabkan kecemasan
secara umum hasil terinci akan diuraikan di halaman 80-81.
82 Kegiatan awal dibuka oleh Bu Siti Qomariyah S.Pd selaku
guru bimbingan dan konseling dan dilanjutkan dengan saling memperkenalkan diri baik dari pihak tim peneliti maupun siswa
dengan tujuan agar saling mengenal, saling memahami dan membangun hubungan yang baik antara tim peneliti dengan siswa
sehingga menimbulkan keakraban. Kegiatan selanjutnya adalah peneliti menjelaskan prosedur
kegiatan pada pertemuan pertama. Melihat kondisi siswa yang tampak sedikit lelah dan kurang konsentrasi, peneliti memberikan
joke-joke lucu dengan tujuan agar siswa tidak terlihat tegang dan kembali bersemangat. Peneliti juga mengajak siswa agar
menceritakan pengalaman-pengalaman lucu yang pernah dialami dengan tim peneliti dan siswa lainnya, setiap siswa menceritakan
pengalamannya dan siswa lain beserta tim peneliti meledek dengan pertanyaan-pertanyaan lucu yang tidak membuat siswa yang
bercerita tersinggung. Hal ini menimbulkan semua siswa tertawa termasuk tim peneliti.
Setelah beberapa siswa bercerita, peneliti menjelaskan makna dari bercerita pengalaman-pengalaman lucu dalam suatu kelompok
pertemanan akan menimbulkan rasa nyaman yang ditunjukan dengan tawa, sehingga dapat melupakan masalah-masalah yang
menyebabkan kecemasan. Sama halnya proses pemberian tindakkan dalam penelitian ini yang mengedepankan proses
83 relaksasi yang membuat siswa sampai pada kondisi atau situasi
paling nyaman. Selanjutnya pada kegiatan inti, peneliti menjelaskan
pengertian kecemasan, gejala-gejala kecemasan, dan tingkatan kecemasan, kemudian peneliti menjabarkan mengenai pengertian,
tujuan, dan manfaat dari penggunaan teknik desensitisasi sistematis. Bu Siti Qomariyah menambahkan mengenai formula
baru yang diterapakan sebagai dasar penentuan kelulusan yaitu kelulusan tidak hanya ditentukan dengan nilai Ujian Nasional
namun juga Ujian Semester yang berperan sangat penting dalam penentuan kelulusan, sehingga siswa harus lebih serius dan siap
dalam mengerjakan Ujian Semester. Kegiatan ini bersifat diskusi, sehingga siswa boleh melontarkan pertanyaan apabila kurang
memahami atau mengerti dengan yang dijelaskan oleh peneliti dan guru bimbingan dan konseling.
Beberapa siswa sebelumnya beranggapan dengan penjelasan yang diberikan oleh peneliti mengenai teknik desensitisasi
sistematis yang digunakan untuk menurunkan kecemasan dalam menghadapi Ujian Semester siswa mengira bahwa teknik yang
akan diberikan sama dengan teknik hipnotis aktor UK di televisi yang
juga menggunakan
kata relaksasi
dalam setiap
pertunjukannya, siswa takut apabila aibnya akan terbongkar semuanya.
Peneliti menjelaskan
bahwa teknik
relaksasi
84 membongkar aib tidak pernah ada, peneliti juga menambahkan
bahwa yang ditunjukkan oleh aktor UK ditelevisi hanya untuk hiburan dan pertunjukan semata untuk menaikan ratting stasiun
televisi yang bersangkutan. Peneliti juga menjelaskan jika teknik desensitisasi sistematis tidak sama dengan hipnotis, proses relaksasi
dalam teknik ini digunakan untuk merubah tingkah laku atau respon negatif yang tidak adaptif dengan respon yang lebih adaptif.
Setelah siswa memahami dan mengerti mengenai kecemasan dan teknik desensitisasi sistematis, guru bimbingan dan konseling
mengulang dalam memberikan informasi-informasi atau penjelasan terbaru terkait sistem atau formula baru yang dikira belum banyak
diketahui oleh siswa yang dapat menjadi sumber-sumber kecemasan baru bagi siswa. Hal ini dilakukan agar saat
mengidentifikasi kecemasan nanti hasilnya akan lebih maksimal. Selanjutnya
guru bimbingan
dan konseling
memberikan kesempatan kembali untuk bertanya mengenai sistem atau formula
baru yang diterapkan untuk menenutukan kelulusan. Setelah menunggu beberapa saat tidak ada siswa yang bertanya, namun
terdapat beberapa siswa yang mengungkapkan rasa kaget melaui sebuah pernyataan diantaranya “wah takut bu, jadi makin banyak
yang harus dipikirin”,”iya bu, jadi ribet banget, pusing deh jadinya”.
85 Kegiatan selanjutnya yaitu peneliti membagikan lembar
identifikasi kecemasan, peneliti membuat 4 tingkatan untuk mengidentifikasi kondisi atau masalah kecemasan yang dialami
siswa dalam menghadapi Ujian Semester. Langkah berikutnya peneliti memberikan instruksi pada siswa untuk mengidentifikasi
kondisi-kondisi kecemasan yang muncul akibat dari Ujian Semester dalam pikiran mereka. Siswa menulis kemudian
mendaftar dan
mengurutkan kondisi
atau situasi
yang menyebabkan kecemasan berlebih dalam menghadapi Ujian
Semester. Kondisi kecemasan diurutkan mulai dari kondisi atau situasi kecemasan yang paling rendah ke kondisi atau situasi
kecemasan yang paling tinggi menurut siswa. Hasil dari identifikasi tersebut yang paling dominan adalah siswa khawatir tidak mampu
mengerjakan soal. Peneliti dan siswa melakukan focus group discussion diskusi
kelompok terarah untuk menyimpulkan dan menyepakati hasil identifikasi dari 5 siswa tersebut dan menjadikan urutan hirarki
kecemasan secara umum untuk dasar pemberian tindakan pada teknik desensitisasi sistematis sebagai berikut:
1 Khawatir tidak mampu mengerjakan soal. 2 Takut gagal dan mengecewakan orang tua.
3 Khawatir akan mendapatkan hambatan dalam Ujian Semester.
86 4 Khawatir tidak memiliki harapan dan cita-cita terhenti.
Nomer 1 sampai dengan 4 adalah urutan dari kondisi atau situasi yang paling berat ke yang paling ringan, maka secara umum
menurut siswa kondisi yang paling menyebabkan kecemasan adalah khawatir apabila tidak dapat mengerjakan soal Ujian
Semester dan seterusnya sampai dengan masalah yang paling rendah secara umum menurut siswa yaitu khawatir tidak memiliki
harapan dan cita-cita terhenti. Urutan hirarki tersebut disimpulkan berdasarkan perspektif
dari frekuensi identifikasi kondisi atau situasi yang menyebabkan kecemasan menurut siswa. sedangkan menurut perspektif peneliti
urutan hirarki kecemasan seharusnya disusun berdasarkan masalah kehidupan secara keseluruhan. Jadi, urutan hirarki menurun peneliti
adalah 4, 2, 3, 1 dari yang paling berat ke yang paling ringan, hal ini dilihat dari keterkaitan situasi atau kondisi penyebab kecemasan
satu sama lain. Meskipun terdapat perbedaan perspektif antara peneliti dan siswa, penelitian ini tetap dilaksanakan dengan urutan
hirarki menurut perspektif siswa yaitu, menyimpulkan situasi atau kondisi berdasarkan frekuensi identifikasi penyebab kecemasan
melalui focus group discussion. Peneliti dapat memaklumi perihal urutan hirarki kecemasan,
karena kemungkinan usia siswa yang tergolong masih sangat muda, sehingga siswa berfikiran masalah paling berat adalah khawatir
87 tidak mampu mengerjakan soal. Meskipun demikian, penelitian ini
akan tetap dilaksanakan sesuai dengan kegiatan pemberian tindakan yang telah dibuat sebelumnya.
Kegiatan penutup pada pertemuan ini, peneliti menyimpulkan dan review ulang penjelasan pada pertemuan hari ini yaitu
mengenai kecemasan, teknik yang digunakan untuk menurunkan tingkat kecemasan, hasil hirarki dari identifikasi kecemasan siswa,
dan dilanjutkan dengan memberikan informasi tentang kegiatan pada pertemuan berikutnya. Kegiatan pada pertemuan ini diakhiri
dengan doa. Kesimpulan pada tindakan I yaitu dari hasil wawancara dan
pengamatan peneliti secara langsung, siswa mengaku menjadi memahami dan mengerti tentang kecemasan dan tipe-tipe
kecemasan, selain itu siswa juga jadi menyadari jika kecemasan yang dialaminya dapat diturunkan dengan teknik desensitisasi
sistematis. Siswa berharap kecemasan yang dialami saat ini dapat diturunkan.
b. Pertemuan Kedua, 12 Agustus 2015 Pertemuan kedua dilaksanakan pada hari rabu, 12 Agustus
2015 pukul 12:45 WIB sampai dengan selesai. Kegiatan pada pertemuan kedua adalah pelatihan membuat diri siswa relaks atau
nyaman. Media yang digunakan untuk pelatihan adalah musik- musik relaksasi.
88 Kegiatan diawali dengan berdoa dan dilanjutkan dengan
penjelasan prosedur pelaksanaan kegiatan pada pertemuan kegiatan yaitu pelatihan relaksasiatau membayangkan sesuatu hal yang
membuat diri menjadi lebih nyaman. Setelah peneliti menjelaskan prosedur kegiatan pada pertemuan kedua, selanjutnya peneliti
merefleksi hasil
kegiatan pada pertemua pertama yang dilaksanakan pada tanggal 8 Agustus 2015, dengan memberikan
pertanyaan-pertanyaan tentang kecemasan dan teknik desensitisasi sistematis, hasilnya siswa masih ingat dan masih memahami serta
mengerti maksud dari kecemasan dan teknik desensitisasi sistematis.
Pada kegiatan inti pertemuan kedua ini, peneliti memberikan stimulus bahwa kecemasan dalam menghadapi Ujian Semester
dapat diturunkan dengan menggunakan teknik desensitisasi sistematis yang mana penggunaan relaksasi ditekankan dalam
penggunaan teknik ini. Siswa tampak antusias untuk mengikuti proses pelatihan relaksasi atau membuat kondisi menjadi lebih
nyaman. Antusiasme yang ditunjukkan siswa membuat peneliti
menjadi lebih mudah dalam memberikan pelatihan relaksasi. Peneliti memulai dengan memberikan penjelasan mengenai
tahapan-tahapan untuk mencapai kondisi nyaman, kemudian peneliti memberikan contoh terlebih dahulu pada salah satu siswa
89 dan siswa yang lainnya memperhatikan terlebih dahulu. Kondisi
lingkungan yang kurang kondusif menjadi penghambat proses relaksasi namun peneliti mencoba mengalihkan perhatian siswa
terhadap lingkungan yang sedikit kurang kondusif ke musik relaksasi.
Setelah proses pelatihan relaksasi pada satu siswa selesai, sebelum melanjutkan ke pelatihan pada semua siswa, terlebih
dahulu peneliti menanyakan kepada siswa yang telah direlaksasi prihal yang dirasakan, siswa lain juga mendapatkan kesempatan
untuk bertanya pada teman yang telah direlaksasi. Dari jawaban siswa atas pertanyaan yang dilontarkan dapat disimpulkan bahwa
awalnya siswa tersebut mengaku terganggu dengan suara siswa dari kelas lain yang sedang mengikuti kegiatan ektrakulikuler bola voli
namun lambat laun menghilang dan berganti menjadi alunan suara musik yang membuat kondisi menjadi nyaman, siswa juga
mengakui kalau dirinya menjadi seperti lebih ringan dari yang sebelumnya yaitu, pikiran menjadi lebih tenang.
Pelatihan dilanjutkan pada 4 siswa yang tersisa secara bersamaan dan 1 siswa mengamati proses pelatihan relaksasi. Sama
halnya dengan yang sebelumnya proses pelatihan pada 4 siswa secara bersamaanpun berjalan dengan baik, selanjutnya diadakan
diskusi untuk menanyakan perasan siswa setelah direlaksasi.
90 Sebelum kegiatan diakhiri peneliti menyimpulkan kegiatan
pada pertemuan kedua ini. Secara umum semua siswa dapat mengikuti pelatihan dengan baik dan dapat mengikuti kegiatan
kedua ini dengan baik dan antusias. Siswa sudah memahami makna relaksasi dalam teknik desensitisasi sistematis ini, siswa juga
mampu mencapai titik kenyamanan dengan sangat baik. Hasil dari pertemuan kedua ini, berdasarkan hasil wawancara
atau diskusi dengan siswa, walaupun masih tahap pelatihan namun siswa mengakui menjadi lebih semangat dan optimis, hal itu
terlihat saat siswa menjadi lebih merasa lebih bahagia setelah memahami manfaat teknik desensitisasi sistematis. Kegiatan pada
hari kedua ini ditutup dengan evaluasi dan refleksi oleh peneliti dan diakhiri dengan doa oleh guru bimbingan dan konseling.
c. Pertemuan ketiga, 15 Agustus 2015 Pertemuan ketiga dilaksanakan pada hari sabtu, 15 Agustus
2015 pukul 10:45 WIB sampai dengan selesai. Pertemuan ketiga ini dilaksanakan pada mulai jam ke enam pembelajaran dalam kelas.
Peneliti sebelumnya meminta izin kepada guru mata pelajaran yang bersangkutan untuk meminjam 5 siswanya yang menjadi subjek
dalam penelitian ini. Peneliti, mempersiapkan ruangan dan alat-alat atau media yang akan digunakan pada pertemuan ketiga ini.
Kegiatan pada pertemuan ketiga adalah tahapan utama pelaksanaan tindakan dengan pemberian teknik desensitisasi sistematis pada
91 siswa untuk menurunkan kecemasan dalam menghadapi Ujian
Semester. Kegiatan diawali dengan berdoa, setelah itu peneliti
menjelaskan prosedur kegiatan pada pertemuan ketiga ini. Sebelum memulai proses pemberian tindakan, peneliti melakukan refleksi
terlebih dahulu dengan menanyakan hasil pertemuan kedua pada tanggal 8 Agustus 2015, peneliti menanyakan “apakah adik-adik
masih ingat tahapan bagaimana cara mencapai rasa nyaman?”, semua siswa menjawab dengan tegas masih ingat tapi masih butuh
bantuan untuk menyamankan diri. Hasil dari refleksi dengan siswa, peneliti dapat memprediksikan jika pertemuan ketiga ini juga akan
dapat diikuti siswa dengan baik. Kegiatan inti pada pertemuan ketiga ini adalah sebelum
memulai proses pemberian tindakan peneliti memberikan stimulus bahwa kecemasan yang dialami siswa dalam menghadapi Ujian
Semester dapat diturunkan dimulai dari saat ini. Pada tahapan ini peneliti melakukan proses membantu siswa menurunkan tingkat
kecemasan dalam menghadapi Ujian Semester. Proses ini dilaksanakan secara bersamaan, peneliti memulai
tahapan ketiga dengan membantu kelima siswa mencapai kondisi senyaman mungkin dalam dirinya melalui relaksasi. Media musik
relaksasi yang digunakan sangat membantu siswa mencapai kenyamanan yang maksimal meskipun tempat yang digunakan
92 tidak
begitu kondusif
karena terganggu
dengan proses
pembunganan gedung baru. Setelah semua siswa sampai pada kondisi yang sangat nyaman, dengan mata yang terpejam peneliti
memberikan stimulus untuk dibayangkan oleh siswa. Stimulus yang diberikan oleh peneliti adalah empat tingkatan hirarki
kecemasan yang telah disepakati bersama pada pertemuan sebelumnya. Peneliti memulai dengan situasi yang paling ringan
menimbulkan kecemasan sampai pada situasi yang paling berat yang menimbulkan kecemasan. Proses ini dilakukan berulang-
ulang sampai dengan siswa merasa nyaman dan kondisi siswa tidak mengalami kecemasan lagi.
Setelah proses pemberian tindakan berakhir peneliti memberikan semangat kepada siswa dengan kata-kata mutiara yang
membangkitkan semangat, sehingga rasa cemas yang disebabkan oleh Ujian Semester perlahan benar-benar menurun dan berubah
menjadi kondisi atau sitausi yang membuat siswa lebih nyaman. Langkah
selanjutnya, peneliti
melakukan evaluasi
untuk mengetahui kondisi dan situasi siswa setelah pemeberian tindakan.
Siswa mengakui jika awalnya benar-benar takut atau cemas, namun lama kelamaan berangsur menurun rasa takutnya. Siswa juga
mengungkapkan bahwa sudah tidak membayangkan hal buruk akan menimpa terkait dengan Ujian Semester, siswa menjadi
percaya diri, lebih semangat, dan siap untuk menghadapi Ujian
93 Semester dan siswa tidak murung lagi bahkan sudah dapat
mengontrol emosinya. Siswa juga mengakui kalau rasa cemasnya terhadap Ujian Semester sudah menurun.
Setelah peneliti dan guru bimbingan dan konseling mengetahui kondisi siswa benar-benar sudah dapat menurunkan
tingkat kecemasannya dalam menghadapi Ujian Semester, kemudian peneliti memberikan skala post-test pada siswa untuk
mengetahui tingkat kecemasan siswa setelah diberikan tindakan. Hasil dari post-test ini nantinya akan digunakan untuk
membandingkan dengan hasil pre-test yang telah dilakukan sebelumnya
Setelah semua kegiatan selesai dilaksanakan peneliti menyampaikan kesimpulan dari kegiatan hari ini dan juga seluruh
rangkaian kegiatan dari awal sampai pertemuan terakhir. Guru bimbingan dan konseling juga memberikan motivasi dan saran agar
siswa selalu optimis dan dapat selalu membuat situasi atau kondisi nyaman dalam segala keadaan yang menyebabkan kecemasan.
Sebelum mengakhiri kegiatan, peneliti memberikan pujian pada semua siswa yang sudah mengikuti semua proses kegiatan
pemberian tindakan dan akan melakukan proses tindak lanjut apabila pemberian tindakan pada satu siklus ini ternyata belum
mampu menurunkan tingkat kecemasan siswa dalam menghadapai Ujian Semester sampai kategori sedang atau rendah. Selanjutnya
94 siswa diminta untuk memberikan kesan-kesannya selama
mengikuti proses pemberian tindakan melalui teknik desensitisasi sistematis., siswa mengucapkan terima kasih banyak dan merasa
menjadi pribadi yang baru dan lebih baik. Kegiatan diakhiri dengan ucapan terima kasih dari tim peneliti dan ditutup dengan doa.
3. Hasil Tindakan