peningkatan ketersediaan air untuk memenuhi kebutuhan air domestik di wilayah DKI Jakarta.
Analisis Luas RTH yang dibutuhkan untuk daerah resapan pada model dinamik dengan menggunakan rumus pendekatan perhitungan luas hutan kota
didasarkan pada data jumlah penduduk, konsumsi air per kapita, laju pemakaian air, kapasitas suplai PAM, potensi lain yaitu dari danau atau situ dan curah hujan
rata-rata untuk memperhitungan kemampuan RTH menyimpan air. Hubungan antara tujuan penelitian, jenis data, sumber data, teknik analisis data dan hasil
yang diharapkan tertera pada Tabel 3. Tabel 3
Hubungan Antara Tujuan Penelitian, Jenis Data, Sumber Data, Teknik Analisis Data dan Hasil yang Diharapkan
No Tujuan Penelitian
Jenis Kebutuhan
Data Sumber Teknik
Pengumpulan Data
Teknik Analisis Data
Hasil yang Diharapkan
Output
1 Mengkaji keberadaan RTH
yang ada dan kemampuannya
dalam memenuhi kebutuhan air
tanah domestik Luas
Keberadaan RTH
penggunaan lahan
Data Spasial olahan Citra Landsat
PathRow 122064 1 Oktober thn 2006
Data GPS lokasi RTH di Wil DKI Jakarta
- Analisa spasial peta kesesuaian
lahan GIS Erdas E. 8.5 Arc View 3.3
- Identifikasi RTH di Wil DKI Jakarta
1. Jumlah luas dan keberadaan RTH
2. Kemampuan RTH dlm memenuhi
kebutuhan air tanah domestik
3. Identifikasi RTH
Peta muka air tanah
Data sekunder Dinas Disbang DKI Jakarta
Peta sebaran laju resapan
Data sekunder Dinas Pertambangan DKI
Jakarta Kepadatan
penduduk Data sekunder BPS
2 Menyusun peta
alokasi RTH potensial sebagai
daerah resapan
Curah hujan jam-jaman
Data sekunder BMG dan Balai Besar Wil.
Cilicis Dirjend SDA Dep. PU
-Analisis spasial menentukan peta
alokasi RTH potensial sebagai
daerah resapan Arc View 3.3
- Analisa spasial peta kesesuaian
lahan GIS Erdas E. 8.5 Arc View 3.3
1. Alokasi RTH potensial sebagai daerah
resapan
Jumlah dan laju penduduk
Data sekunder BPS Kapasitas
Suplai PAM Data sekunder PAM
Jaya Curah hujan
tahunan Data sekunder BMG
dan Balai Besar Wil. Cilicis Dirjend SDA
Dep. PU Peta Alokasi
RTH potensial sebagai daerah
resapan Dari hasil olahan peta
alokasi RTH potensial diatas
3 Model Pengelolaan
RTH sebagai daerah resapan
Ruang terbangun,
ruang terbuka RTH dan R.
Terbuka dan DanauSitu
Dari hasil olahan peta kesesuaian lahan
diatas tujuan 1 Analisis ;
- Menyusun model dinamik pengelolaan
RTH sebagai daerah resapan Stella
Research 8 dengan pendekat-an system
analisis dinamik - Perhitungan luas
RTH yang dibutuhkan utk
daerah resapan rumus pendekatan
luas hutan kota 1. Model Pengelolaan
RTH sebagai daerah resapan
2. Luas RTH yang dibutuhkan sebagai
daerah resapan berdasarkan :
• Kebutuhan Air Domestik penduduk
• Kemampuan PAM mensuplai kebutuhan
air penduduk • Potensi danau dan situ
• Jml air hujan yg jatuh ke permukaan bumi
• Laju resapan akhir • Koefisien Resapan
• Jml air yg dapat me- resap ke dalam tanah
4 Menyusun cenario
kecukupan air tanah dalam
pengelolaan RTH sebagai daerah
resapan air Kebutuhan air
domestik, pasokan PAM,
potensi lain, RTH
Hasil olahan tujuan 3 Berdasarkan tujuan
1, 2 3 disusun 5 skenario
pengelolaan Skenario pengelolaan
RTH sebagai daerah resapan
Tabel 3 Lanjutan
5 Merumuskan
arahan kebijakan pengelola-an RTH
sebagai daerah resapan air
Arahan kebi- jakan RTH
sebagai daerah resapan
Hasil olahan tujuan 1, 2, 3, 4
Berdasarkan Hasil dari tujuan 1,2,3 4
disusun reko- mendasi-rekomen-
dasi pengelolaan RTH
Arahan kebijakan pengelolaan RTH
sebagai daerah resapan
3.4.1 Analisis Alokasi RTH Potensial sebagai Daerah Resapan dan Kondisi Keberadaan RTH
Analisis alokasi RTH potensial sebagai daerah resapan didasarkan pada nilai laju resapan akhir, muka air tanah, kepadatan penduduk dan keberadaan dan
luas daerah terbuka yang ada di wilayah DKI Jakarta, dengan mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut :
a Pada daerah zona resapan tinggi b Pada lokasi muka air tanah di daerah potensial sedang keatas
muka air tanah 6 m c Dengan kepadatan penduduk memiliki kepadatan menengah
rendah 51 – 100 jiwaha d Tersedianya lokasi dan luasan lahan terbuka di wilayah DKI
Jakarta Penghitungan kondisi keberadaan RTH dilakukan dengan analisis spasial
dengan menggunakan Sistem Informasi Geografis yang terdapat pada paket
perangkat Arc View dan Erdas E 8.5. Hasil analisis alokasi RTH potensial sebagai daerah resapan dan kondisi keberadaan RTH selanjutnya menjadi input model
dinamik pengelolaan RTH sebagai daerah resapan untuk menentukan kebutuhan luas dan lokasi RTH sebagai daerah resapan dalam rangka peningkatan
ketersediaan air untuk memenuhi kebutuhan air domestik di wilayah DKI Jakarta.
3.4.2 Analisis Luas RTH yang dibutuhkan sebagai Daerah Resapan
Luas RTH yang dibutuhkan sebagai tempat meresapkan air dihitung dengan menggunakan modifikasi pendekatan luas hutan kota berdasarkan
kebutuhan air dengan rumus sebagai berikut Fakuara, 1987: La = Po. K 1 + r
t
- PAM - Pa z
Keterangan : La : luas ruang terbuka hijau m
2
Po : jumlah penduduk jiwa
K : konsumsi air per kapita lharijiwa
r : laju peningkatan pemakaian air
c : koefisien resapan
PAM : kapasitas suplai perusahaan air minum m
3
tahun t
: tahun Pa
: potensi air diluar PAM misalnya danau m
3
tahun z
: kemampuan tanahmedia dalam menyerap air c x i mtahun
i : curah hujan per tahun mtahun
Dalam studi ini, beberapa asumsi yang digunakan adalah sebagai berikut : 1. Luas RTH yang dimaksud adalah RTH yang memiliki kemampuan untuk
meresapkan air yaitu RTH yang berada diatas permukaan tanah dan tidak ada perkerasan.
2. Penduduk Jakarta mendapatkan air tanah dari wilayahnya sendiri dan tidak mendapat bantuan dari daerah lain merupakan daerah tertutup.
3. Air tanah yang dikaji adalah air tanah pada zona akuifer bebas saja tanpa memperhitungkan akuifer tertekan.
4. Tanpa memperhitungkan perubahan iklim mencolok yang terjadi akhir- akhir ini.
5. Debit limpasan tidak diperhitungkan karena untuk memperhitungkan Debit Minimum
6. Seluruh jenis vegetasi yang digunakan mempunyai kemampuan yang sama dalam meresapkan air.
7. Pendekatan perhitungan yang dipakai hanya untuk menghitung konsumsi air oleh penduduk rumah tangga rata-rata, tidak termasuk untuk daerah
elitluxury, sedangkan konsumsi industri tidak termasuk karena diasumsikan menggunakan air tanah dalam dan PAM.
8. Penelitian tidak membahas faktor pencemaran yang berpengaruh terhadap berkurangnya ketersediaan air.
9. Penelitian hanya dilakukan di lima wilayah DKI Jakarta, dan tidak
termasuk wilayah Kepulauan Seribu. Data terkait dengan air yang terdiri dari jumlah penduduk, konsumsi air
per kapita. kapasitas suplai PAM, potensi air diluar PAM dan air tanah, dan curah hujan dianalisis dengan menggunakan pendekatan perhitungan luas hutan kota,
sedangkan data terkait dengan RTH seperti jenis tanah, tata guna lahan dan curah hujan digunakan sebagai data penunjang yang dianalisis secara kuantitatif.
3.4.3 Sistem Informasi Geografi
Untuk mengetahui kondisi luas RTH sekarang, peta sebaran atau zona alokasi RTH potensial digunakan analisis spasial dengan teknik tumpang tindih
overlay menggunakan GIS. GIS adalah sistem informasi yang digunakan untuk memasukkan, menyimpan, memanggil kembali, mengolah, menganalisis dan
menghasilkan data bereferensi geografis atau data geospasial untuk mendukung pengambilan keputusan. Software yang digunakan adalah arcview GIS 3.3 dan
Erdas E 8.5.
3.4.4 Pendekatan Sistem
Permasalahan pengelolaan RTH sebagai daerah resapan sangat komplek dan terkait satu sama lain. Oleh karena itu, konsep penanganan harus dilakukan
dengan berorientasi pada tujuan cybernetic, secara utuh dan menyeluruh holistik, dan efektif berdasarkan pendekatan sistem system approach.
Upaya penyelesaian permasalahan pengelolaan RTH sebagai daerah resapan akan optimal apabila pemangku kepentingan stakeholder dapat
menjalankan fungsi pengelolaan dengan baik. Kebutuhan stakeholder dalam pengelolaan Ruang Terbuka Hijau sebagai daerah resapan di wilayah DKI Jakarta
disajikan pada Tabel 4. Tabel 4
Kebutuhan stakeholder dalam pengelolaan Ruang Terbuka Hijau sebagai daerah resapan di wilayah DKI Jakarta
No Stake holder
Kebutuhan RTH sebagai daerah resapan
1 Masyarakat pengguna
air • Terpenuhi kebutuhan air tanah
• Berkurangnya air yang mengalirbanjir • Kemudahan memperoleh air dan murah
2 PDAM • Pemenuhan kebutuhan air masyarakat dan industri
• Harga air yang ideal • Kemudahan memperoleh pasokan air
Tabel 4 Lanjutan
3 Pemerintah • Peningkatan kuantitas RTH yang sesuai dengan fungsi
resapan • Peningkatan kualitas RTH yang sesuai dengan fungsi
resapan • Konservasi air
• Peningkatan fungsi lahan terbuka kota menjadi RTH yang berfungsi sebagai resapan
• Keterlibatan masy dan swasta dalam pengelolaan RTH 4
Swasta mis : Taman Mini, Ragunan dsb
• Kualitas dan Kuantitas RTH sesuai dengan kebutuhan ruang
5 LSM • Perbaikan kualitas RTH
• Peningkatan suplai air tanah • Konservasi air
Diagram lingkar sebab akibat model sistem pengelolaan RTH sebagai daerah resapan di wilayah DKI Jakarta disajikan pada Gambar 8. Diagram input-
output sistem pengelolaan RTH sebagai daerah resapan di wilayah DKI Jakarta disajikan pada Gambar 9.
Volume kekurangan
Air Tanah Domestik
Pasokan RTH yg ada
Pasokan Potensi
lain Pasokan
PAM Konsumsi Air
perkapita Juml
Pendd Laju Pertumb
Pdd Luas
RTH renc Pasokan
RTH renc Curah Hujan
Luas Danau Situ
Luas RTHyg ada
Volume PAM Kebutuhan
Air Domestik
Laju PAM Koef Resp
Gambar 8. Diagram Sebab Akibat Sistem Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau sebagai Daerah Resapan di Wilayah DKI Jakarta
Gambar 9. Diagram Input-Output Sistem Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau sebagai Daerah Resapan di Wilayah DKI Jakarta
Input Lingkungan : • UU No 24 thn 1992 :
• UU 26 thn 2007 • PP No 47 thn 1997
• PP No 69 thn1996 • Inmendagri No 14 thn 1988
• Kebijakan Pemerintah Daerah • Kelembagaan
• Perda DKI Jakarta No 6 thn 1999 Input Tak Terkontrol :
• Konversi Lahan • Pengambilan air tanah
• Iklim, tanah • Pertumbuhan penduduk
• Topografi dan jenis tanah
Input Terkontrol : • Penggunaan Lahan
• Tata Ruang Wilayah RTH • Suplai PDAM
Output yang dikehendaki: • Perbaikan Kinerja RTH
• Peningkatan Kuantitas dan Kualitas RTH
• Peningkatan Kuantitas dan Kualitas Daerah Resapan
• Tersedianya air tanah yang mencukupi
Output yang tidak dikehendaki: • Penurunan kualitas dan kuantitas RTH
• Penurunan Kualitas dan Kuantitas Daerah Resapan
• Penurunan Kualitas dan Kuantitas air tanah
• Berkurangnya air tanah, terjadinya amblesan intrusi air laut
Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau sebagai Daerah Resapan di
Wilayah DKI Jakarta
Manajemen Pengendalian RTH
IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN
4.1 Kondisi Geografis
4.1.1 Letak Dan Kedudukan
Kota Jakarta merupakan dataran rendah dengan ketinggian rata-rata ±7 meter di atas permukaan laut, terletak pada posisi 6
° 12’ Lintang Selatan dan 106° 48’ Bujur Timur Gambar 10. Luas wilayah Propinsi DKI Jakarta berdasarkan
SK. Gubernur Nomor 1227 tahun 1989 adalah berupa daratan seluas 661,52 km
2
dan berupa lautan seluas 6.977,5 km
2
, terdapat tidak kurang dari 110 buah pulau yang tersebar di Kepulauan Seribu. Di sebelah utara membentang pantai barat
sampai timur sepanjang 35 km yang menjadi tempat bermuaranya 9 buah sungai dan 2 buah kanal, sementara sebelah selatan dan timur berbatasan dengan wilayah
Propinsi Jawa Barat, sebelah barat dengan Propinsi Banten sedangkan di sebelah utara berbatasan dengan Laut Jawa.
4.1.2 Administrasi Dan Luas Lahan
Secara administrasi Propinsi DKI Jakarta terbagi atas lima Kotamadya dan satu Kabupaten Kepulauan Seribu. Kelima Kotamadya tersebut adalah Jakarta
Timur, Jakarta Barat, Jakarta Pusat, Jakarta Selatan dan Jakarta Utara Gambar 11. Jumlah kecamatan di Propinsi DKI Jakarta berjumlah 44 kecamatan dan
terbagi menjadi 267 kelurahan. Luas lahan Propinsi DKI Jakarta 66.152 ha. Kotamadya yang paling luas adalah Jakarta Timur dengan luas 18.775 ha
28,38, sedangkan luas administrasi kota yang paling kecil adalah Jakarta Pusat 4.820 ha 7,29 dari luas total Propinsi dan Kabupaten Kepulauan Seribu
1.209,44 ha 1,83 Tabel 5. Tabel 5
Luas Wilayah di DKI Jakarta Tahun 2006
No Wilayah
Luas Area ha per Wilayah Tahun 2006
Persentase
1 Jakarta Selatan
14.573,00 22,03
2 Jakarta Barat
12.819,00 19,38
3 Jakarta Pusat
4.820,00 7,29
4 Jakarta Timur
18.775,00 28,38
5 Jakarta Utara
13.955,56 21,10
6 Kepulauan Seribu
1.209,44 1,83
DKI Jakarta 66.152,00
100,00
54
Gambar 10. Peta Orientasi Propinsi DKI Jakarta