lapisan tanah yang lebih dalam menjadi air infiltrasi dan air tanah. Dengan demikian hutan kota yang dibangun pada daerah resapan air dari kota yang
bersangkutan akan dapat membantu mengatasi masalah air dengan kualitas yang baik. Menurut Manan 1976 tanaman yang mempunyai daya evapotranspirasi
yang rendah antara lain : cemara laut Casuarina equisetifolia, Ficus elastica, karet Hevea brasiliensis, manggis Garcinia mangostana, bungur
Lagerstroemia speciosa, Fragraea fragrans dan kelapa Cocos nucifera. Luas RTH yang dibutuhkan sebagai tempat meresapkan air dapat dihitung
dengan menggunakan modifikasi pendekatan luas hutan kota berdasarkan kebutuhan air dengan rumus sebagai berikut Fakuara, 1987:
La = Po. K 1 + r - c
t
- PAM - Pa z
La : luas hutan kota yang harus dibangun
Po : jumlah penduduk
K : konsumsi air per kapita lhari
r : laju peningkatan pemakaian air
c : faktor pengendali
PAM : kapasitas suplai perusahaan air minum t
: tahun Pa
: potensi air tanah z
: kemampuan hutan kota dalam menyimpan air
2.3.4 Ruang Terbuka Hijau dan Pengaruhnya terhadap Konservasi Air
RTH adalah komponen utama penyedia air bersih kota. Taman kota, jalur hijau, situ, waduk, danau, atau empang merupakan daerah resapan dan
penampung air tanah alam yang belum tergantikan fungsinya. Pada dasarnya, luasan RTH kota menjamin luasan resapan air dan besar
kapasitas serapan dan penampungan air tanah, baik di musim hujan maupun di musim kemarau. Semakin sempit RTH kota yang tersedia, semakin sedikit air
yang dapat diserap dan ditampung dalam tanah. Menurut Suripin 2002, konservasi tanah dan air secara vegetatif
menjalankan fungsinya melalui :
1. Pengurangan daya perusak butiran hujan yang jatuh akibat intersepsi butiran hujan oleh dedaunan tanaman atau tajuk tanaman.
2. Pengurangan volume aliran permukaan akibat meningkatnya kapasitas infiitrasi oleh aktivitas perakaran tanaman dan penambahan bahan organik.
3. Peningkatan kehilangan air tanah akibat meningkatnya evaporasi sehingga tanah cepat lapar air.
4. Memperlambat aliran permukaan akibat meningkatnya panjang lintasan aliran permukaan oleh keberadaan batang-batang tanaman.
5. Pengurangan daya rusak aliran permukaan sebagai akibat pengurangan volume aliran permukaan, dan kecepatan aliran permukaan akibat
meningkatnya panjang lintasan dan kekasaran permukaan. Air merupakan sumber kehidupan bagi semua mahluk hidup, sedangkan
komposisi air di bumi ini menunjukkan bahwa air tawar hanyalah sebagian kecil di bumi dari total volume air yang ada. Oleh karena itu, sangat penting untuk
melakukan kegiatan konservasi air dengan menggunakan komponen utama penyedia air bersih kota, yaitu RTH.
2.4 Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau
Berdasarkan Inmendagri Nomor 14 tahun 1988, Penyusunan Perencanaan pembangunan Ruang Terbuka Hijau merupakan wewenang
Pemerintah Daerah, kecuali Pemerintah Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Dalam Penyusunan rencana tersebut, Pemerintah Daerah dibantu instansi
terkait sesuai dengan fungsi dan bidang tugasnya. Tugas dan tanggung jawab Pemerintah Daerah tersebut meliputi:
1 Penelitian, penyusunan rencana, penetapan rencana, dan peninjauan kembali Ruang Terbuka Hijau Kota.
2 Melaksanakan Program kegiatan Ruang Terbuka Hijau Kota sesuai dengan ciri dan watak wilayah kota.
Pelaksanaan kegiatan pembangunan Ruang Terbuka Hijau Kota selain dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah, juga menuntut peranserta swasta dan
masyarakat. Pembangunan Ruang Terbuka Hijau Kota dilaksanakan di bawah
tanggung jawab Dinas Pertamanan dan atau DinasSatuan Kerja yang ditunjuk melaksanakan kegiatan tersebut.
Selanjutnya dalam Inmendagri No. 14 tahun 1988, Pemerintah Daerah menyediakan prasarana dan sarana yang diperlukan berupa tenaga ahli, pusat
pendidikan dan latihan pembibitan dengan dibantu Dinasinstansi yang terkait untuk menunjang keberhasilan program pengembangan Ruang Terbuka Hijau
Kota. Selain itu juga, Pemerintah Daerah menyediakan dana yang dialokasikan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah APBD serta mendorong
dana dan swadaya masyarakatswasta untuk pembangunan Ruang Terbuka Hijau Kota.
Dalam pengendalian Ruang Terbuka Hijau Kota, Pemerintah daerah ikut mengendalikan seluruh kegiatan pembangunan Ruang Terbuka Hijau Kota
dengan tidak memberikan ijin perubahan penggunaan Ruang Terbuka Hijau Kota untuk kepentinganperuntukan lainnva. Pemerintah Daerah juga
melakukan pengendalian secara ketat tentang pemberian dan pencabutan ijin pembangunan Ruang Terbuka Hijau Kota dan pelaksanaan pengendalian
tersebut mengikutsertakan Instansi Teknis sesuai dengan bidang tugasnya Inmendagri Nomor 14 tahun 1988.
Menurut Aji 2000 penataan ruang perkotaan termasuk di dalamnya RTH dapat diartikan sebagai proses perencanaan, pemanfaatan, dan pengendalian
wilayah perkotaan dari kondisi yang ada menjadi kondisi yang lebih baik interpretasi dari UUPR. Pada ketiga proses tersebut, selain mempertimbangkan
skenario pengembangan kota yang diinginkan, juga dipengaruhi oleh sistem kelembagaan yang terlibat. Dengan demikian dibutuhkan pula penataan atau
manajemen sistem kelembagaan yang ada untuk menunjang perwujudan wilayah perkotaan yang diinginkan tersebut.
Pada umumnya kelembagaan pengelolaan RTH perkotaan di Indonesia didominasi oleh lembaga pemerintahan lokal daerah, sedangkan peranserta
pihak swasta private sector maupun peran warga kota masih sangat kecil. Lembaga pemerintahan daerah ini pada umumnya memiliki kewenangan untuk
menangani tugas-tugas perencanaan, pembangunan, pengaturan, dan pengawasan. Dalam proses perencanaan, pihak pemerintah daerah jarang sekali melibatkan