termasuk dalam analisis ini, hasilnya pengaruh collinearity dan ketersediaan ruang hijau yang sebenarnya relevan dalam tujuan. Pendekatan A mixed logit digunakan
untuk menunjukkan efek dari nilai-nilai yang mendasari preferensi. Tulisan Seth et al. 2008 tentang penilaian manfaat hutan kota dengan
pendekatan hedonic tata ruang adalah mengukur manfaat dari hutan kota dengan memeriksa dampaknya pada harga perumahan. Sebuah Sistem Informasi
Geografis digunakan untuk mengembangkan ukuran dari hutan kota, the Normalised Difference Vegetation Index, dari citra satelit dan untuk membangun
variabel lain dari berbagai sumber serta memperhitungkan spasial model harga hedonik perumahan untuk daerah IndianapolisCounty Marion. Hasil model
menunjukkan bahwa vegetasi hijau di sekitar properti memiliki efek positif yang signifikan pada harga perumahan. Temuan ini menunjukkan bahwa pemilik
properti yang memiliki ruang terbuka hijau, setidaknya sebagian, mereka mau membayar lebih untuk hidup di lingkungan yang lebih hijau dengan vegetasi yang
lebih padat. Temuan ini juga menunjukkan bahwa tindakan masyarakat untuk mempertahankan dan meningkatkan hutan kota dapat dibenarkan.
III. METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian adalah di wilayah DKI Jakarta, yaitu meliputi daerah administrasi Jakarta Selatan, Jakarta Utara, Jakarta Timur, Jakarta Barat dan
Jakarta Pusat Gambar 7. Untuk daerah Kepulauan Seribu tidak termasuk dalam penelitian ini karena secara aspek hidrologis tidak mempengaruhi kelima wilayah
DKI Jakarta lainnya Jakarta Selatan, Jakarta Utara, Jakarta Timur, Jakarta Barat dan Jakarta Pusat.
Pelaksanaan penelitian dilakukan dalam 2 tahap : tahap I pada bulan Oktober 2006 sampai dengan Desember 2007 dan Tahap II dari bulan Mei 2010
sampai dengan Juni 2010.
Gambar 7. Peta Wilayah DKI Jakarta
3.2 Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang diperlukan pada penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan cara observasi langsung ke lokasiobyek
penelitian, diskusi, wawancara dan pengecekan data sekunder di lokasi penelitian. Data sekunder diperoleh dengan cara menelusuri hasil penelitian publikasi ilmiah
dan dokumen ilmiah dari berbagai sumber instansi terkait. Secara rinci jenis dan sumber data yang diperlukan dalam penelitian ini disajikan dalam Tabel 3.
Data yang dikumpulkan dibagi dalam tiga kelompok yaitu data alokasi RTH potensial sebagai daerah resapan, luas serta keberadaan RTH dan luas RTH
yang dibutuhkan sebagai daerah resapan. Data alokasi RTH menyangkut data muka air tanah, peta sebaran laju resapan, kepadatan penduduk dan curah hujan.
Luas serta keberadaan RTH yang ada memerlukan data spasial Citra Landsat. Luas RTH yang dibutuhkan sebagai daerah resapan menggunakan data jumlah
serta laju jumlah penduduk, jumlah konsumsi air per kapita, kapasitas suplai PAM, potensi danau atau situ, curah hujan pertahun, hasil olahan dari alokasi
RTH potensial dan luas serta keberadaan RTH.
3.3 Teknik Pengumpulan
Data
Pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi lapangan, diskusi, wawancara, menelusuri berbagai sumber pustaka seperti hasil penelitian, publikasi
ilmiah dan dokumen ilmiah dari instansi terkait seperti Dinas Pertambangan DKI Jakarta, Dinas Pertamanan dan Pemakaman DKI Jakarta, Dinas Kelautan dan
Pertanian DKI Jakarta dulu Dinas Kehutanan dan Pertanian DKI Jakarta, Dinas Olahraga dan Pemuda DKI Jakarta, Badan Meteorologi dan Geofisika dan Balai
Besar Wilayah Cilicis Ditjen SDA Dep. PU.
3.4 Teknik Analisis Data
Analisis perkembangan alokasi dan kondisi keberadaan RTH, digunakan pendekatan dengan menggunakan Sistem Informasi Geografis yang terdapat pada
paket perangkat Arc View menghasilkan peta sebaran atau zona daerah resapan air dan muka air tanah untuk menyusun model spasial alokasi RTH potensial sebagai
daerah resapan. Menghitung jenis dan luas RTH yang ada di wilayah DKI Jakarta digunakan Erdas E 8.5. Hasil model spasial alokasi RTH potensial sebagai daerah
resapan dan kondisi keberadaan RTH selanjutnya menjadi input model dinamik pengelolaan RTH sebagai daerah resapan, output dari model dinamik tersebut
menjadi input bagi model spasial pengelolaan RTH sebagai daerah resapan untuk menentukan kebutuhan luas dan lokasi RTH sebagai daerah resapan dalam rangka
peningkatan ketersediaan air untuk memenuhi kebutuhan air domestik di wilayah DKI Jakarta.
Analisis Luas RTH yang dibutuhkan untuk daerah resapan pada model dinamik dengan menggunakan rumus pendekatan perhitungan luas hutan kota
didasarkan pada data jumlah penduduk, konsumsi air per kapita, laju pemakaian air, kapasitas suplai PAM, potensi lain yaitu dari danau atau situ dan curah hujan
rata-rata untuk memperhitungan kemampuan RTH menyimpan air. Hubungan antara tujuan penelitian, jenis data, sumber data, teknik analisis data dan hasil
yang diharapkan tertera pada Tabel 3. Tabel 3
Hubungan Antara Tujuan Penelitian, Jenis Data, Sumber Data, Teknik Analisis Data dan Hasil yang Diharapkan
No Tujuan Penelitian
Jenis Kebutuhan
Data Sumber Teknik
Pengumpulan Data
Teknik Analisis Data
Hasil yang Diharapkan
Output
1 Mengkaji keberadaan RTH
yang ada dan kemampuannya
dalam memenuhi kebutuhan air
tanah domestik Luas
Keberadaan RTH
penggunaan lahan
Data Spasial olahan Citra Landsat
PathRow 122064 1 Oktober thn 2006
Data GPS lokasi RTH di Wil DKI Jakarta
- Analisa spasial peta kesesuaian
lahan GIS Erdas E. 8.5 Arc View 3.3
- Identifikasi RTH di Wil DKI Jakarta
1. Jumlah luas dan keberadaan RTH
2. Kemampuan RTH dlm memenuhi
kebutuhan air tanah domestik
3. Identifikasi RTH
Peta muka air tanah
Data sekunder Dinas Disbang DKI Jakarta
Peta sebaran laju resapan
Data sekunder Dinas Pertambangan DKI
Jakarta Kepadatan
penduduk Data sekunder BPS
2 Menyusun peta
alokasi RTH potensial sebagai
daerah resapan
Curah hujan jam-jaman
Data sekunder BMG dan Balai Besar Wil.
Cilicis Dirjend SDA Dep. PU
-Analisis spasial menentukan peta
alokasi RTH potensial sebagai
daerah resapan Arc View 3.3
- Analisa spasial peta kesesuaian
lahan GIS Erdas E. 8.5 Arc View 3.3
1. Alokasi RTH potensial sebagai daerah
resapan
Jumlah dan laju penduduk
Data sekunder BPS Kapasitas
Suplai PAM Data sekunder PAM
Jaya Curah hujan
tahunan Data sekunder BMG
dan Balai Besar Wil. Cilicis Dirjend SDA
Dep. PU Peta Alokasi
RTH potensial sebagai daerah
resapan Dari hasil olahan peta
alokasi RTH potensial diatas
3 Model Pengelolaan
RTH sebagai daerah resapan
Ruang terbangun,
ruang terbuka RTH dan R.
Terbuka dan DanauSitu
Dari hasil olahan peta kesesuaian lahan
diatas tujuan 1 Analisis ;
- Menyusun model dinamik pengelolaan
RTH sebagai daerah resapan Stella
Research 8 dengan pendekat-an system
analisis dinamik - Perhitungan luas
RTH yang dibutuhkan utk
daerah resapan rumus pendekatan
luas hutan kota 1. Model Pengelolaan
RTH sebagai daerah resapan
2. Luas RTH yang dibutuhkan sebagai
daerah resapan berdasarkan :
• Kebutuhan Air Domestik penduduk
• Kemampuan PAM mensuplai kebutuhan
air penduduk • Potensi danau dan situ
• Jml air hujan yg jatuh ke permukaan bumi
• Laju resapan akhir • Koefisien Resapan
• Jml air yg dapat me- resap ke dalam tanah
4 Menyusun cenario
kecukupan air tanah dalam
pengelolaan RTH sebagai daerah
resapan air Kebutuhan air
domestik, pasokan PAM,
potensi lain, RTH
Hasil olahan tujuan 3 Berdasarkan tujuan
1, 2 3 disusun 5 skenario
pengelolaan Skenario pengelolaan
RTH sebagai daerah resapan