yaitu pemasukan data, manajemen data penyimpanan dan pemanggilan kembali, manipulasi dan analisis serta keluaran output Aronoff, 1989.
Dalam konteks organisasi organization based, SIG didefinisikan sebagai seperangkat fungsi-fungsi otomatis yang professional, dengan kemampuan
lebih baik dalam hal penyimpanan, pemanggilan kembali, manipulasi dan tampilan lokasi data secara geografis Ozemoy et al. dalam Burrough, 1986.
Definisi yang lain juga dikemukakan Eldrandaly et al. 2003, SIG adalah teknologi berbasis komputer dan metodologi untuk pengumpulan,
manajemen, analisis, modeling dan tampilan data geografi untuk berbagai penerapan. SIG adalah sistem perangkat lunak untuk acquisition, manajemen,
analisis, dan menampilkan data yang memiliki referensi geografik. Bila dicermati dari definisi-definisi di atas, domain yang dilakukan oleh SIG pada prinsipnya
sama yaitu pemasukan data, penyimpanan, pemanggilan, manipulasi, analisis dan keluaran.
SIG sebagai bahan literatur, dimulai awal tahun 1960 Lo dan Yeung, 2002; Eldrandaly et al., 2003, maksudnya SIG masih sebagai konsep belum ada
tindakan operasional dan digunakan untuk analisis mulai akhir tahun 1970 Eldrandaly et al., 2003. Kemudian SIG sukses digunakan untuk memecahkan
masalah, karena kemampuannya untuk melakukan operasi overlay yaitu integrasi dari layar-layar yang berbeda Jia, 2000 dan buffering yaitu zona dan jarak
spesifik sekitar feature Carver, 1991; Jia, 2000; Eldandary et al., 2003. SIG memiliki ciri khas untuk menangani data-data spasial Zeng dan Zhou,
2001, memiliki kemampuan yang ideal untuk analisis data-data spasial Caver, 1991, untuk memformulasikan dan mengimplementasikan strategi
pembangunan berkelanjutan, khususnya untuk menunjukkan lokasi sumberdaya alam Yeh dan Li, 1998. Saat ini, SIG telah banyak diaplikasikan di berbagai
bidang, antara lain kehutanan, pertanian, geologi, geografi, arkeologi, pengembangan wilayah, pariwisata dan sebagainya.
2.8 Model, Tujuan Model dan Tipe Model
Model merupakan penyederhanaan sistem. Karena sistem sangat kompleks, tidak mungkin membuat model yang dapat menggambarkan seluruh
proses yang terjadi dalam sistem. Model disusun dan digunakan untuk memudahkan dalam pengkajian sistem karena sulit dan hampir tidak mungkin untuk
bekerja pada keadaan sebenarnya. Oleh sebab itu, model hanya memperhitungkan beberapa faktor dalam sistem dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan
sebelumnya. Banyak yang menyatakan bahwa semua komponen sistem perlu
dipertimbangkan dalam model dan tidak boleh dibatasi. Hal ini menyebabkan model yang disusun terdiri dari sangat banyak komponen seperti pada dunia nyata.
Penyusunan model seperti ini akan mengakibatkan model tidak dapat diselesaikan karena ruang lingkup dan batasan sistem menjadi sangat luas bahkan tak terhingga.
Seandainya pun model semacam ini dapat diselesaikan, maka akan sulit sekali mendapatkan data yang lengkap untuk pengujian model, sehingga model
didasarkan pada banyak asumsi. Dengan demikian maka model semacam ini tidak akan dapat diuji kebenarannya.
Model disusun untuk beberapa tujuan, yaitu :
1. Pemahaman proses yang terjadi dalam sistem
Model harus dapat menggambarkan mekanisme proses yang terjadi dalam sistem dalam kaitannya dengan tujuan yang akan dicapai. Misalnya,
penyusunan model tentang pengelolaan sampah harus dapat menjelaskan proses pembentukan sampah di tingkat rumah tangga, pasar maupun industri
hingga proses pengangkutan ke tempat pembuangan sampah sementara TPS serta tempat pembuangan sampah akhir TPA. Model yang disusun
berdasarkan pemahaman proses dapat menjelaskan mekanisme proses yang terjadi dalam sistem.
2. Prediksi
Hanya model yang bersifat kuantitatif yang dapat melakukan prediksi. Dalam hubungan ini, ketepatan accuracy model menjadi hal yang penting. Sebagai
contoh, ketepatan prediksi jumlah timbunan sampah di TPS merupakan tujuan model sebagai dasar penentuan frekuensi pengangkutan serta jumlah truk
sampah yang diperlukan guna mengangkut sampah menuju TPA.
3. Menunjang pengambilan keputusan
Model yang disusun berdasarkan pemahaman proses serta yang mempunyai
kemampuan prediksi dapat dijadikan alat untuk perencana guna membantu proses pengambilan keputusan. Simulasi model dapat
dilakukan dengan menggunakan berbagai skenario sebagai input. Berdasarkan variasi output yang dihasilkan dapat dipilih alternatif terbaik dari
berbagai skenario yang merupakan input model tersebut. Dalam hal ini, model berfungsi sebagai alat bantu dalam menunjang pengambilan keputusan.
Forrester 1961 memberikan ilustrasi tentang fungsi model sebagai penunjang dalam pengambilan keputusan. Jay Forrester, dalam bukunya
tentang system dynamics, menanyakan hal sebagai berikut : Siapa orang yang paling bertanggung-jawab dalam keselamatan pengoperasian pesawat terbang T
Sebagian besar orang akan menjawab: Tentu saja pilot pesawat terbang, padahal, jawaban yang benar adalah desainer pesawat terbang.Pilot yang trampil
dan terlatih memang merupakan faktor kritis, tetapi desainer pesawat terbang lebih penting karena harus menghasilkan rancangan pesawat terbang yang stabil, tahan
terhadap goncangan akibat turbulensi udara dan bahkan harus dilengkapi dengan alat pengatur kendali otomatis sehingga pilot dapat mengendarai pesawat tersebut
meskipun dalam keadaan mengantuk ataupun kelelahan. Pilot, dalam hal ini adalah pengambil keputusan di dunia nyata, sedangkan desainer memberikan
bantuan pada dunia virtual dengan modelnya. Ilustrasi tersebut menyatakan bahwa seorang penyusun model adalah desainer yang harus menyediakan
rancangan terbaik bagi pengguna model yang bertindak sebagai pilot. Pada dunia nyata, misalnya pada sistem bisnis dan industri, seorang
direktur harus berfungsi ganda, sebagai pilot dan desainer pesawat terbang. Sebagai pilot pesawat terbang, direktur tersebut harus mengambil keputusan
penerimaan pegawai, penentuan harga jual, kapan memproduksi produk baru dan sebagainya. Sebagai desainer, seorang direktur harus menentukan struktur organisasi,
operasi dan strategi organisasi yang akan mempengaruhi pengambilan keputusan. Ironisnya, direktur kadangkala lebih banyak menghabiskan waktu untuk bertindak
sebagai pilot membuat keputusan, mengendalikan bawahan daripada memikirkan secara kreatif dari sisi pandang dan ketrampilan mereka agar dapat mengoperasikan
oganisasi secara sederhana supaya orang biasa pun dapat menjalankan organisasi Sterman, 2000.