Model Spasial Kesesuaian Habitat
maksimum 10,8 km. Adanya perbedaan jarak tempuh antara harimau betina di dua lokasi yang sangat berjauhan ini kemungkinan disebabkan oleh
perbedaan tipe habitat, dimana Sundarbans merupakan kawasan hutan bakau yang didominasi lahan basah, sementara KHUM merupakan kawasan yang
didominasi oleh hutan pegunungan, yang secara alamiah memiliki kelimpahan hewan mangsa lebih rendah dibandingkan kawasan dataran
rendah Sunquist et al. 1999. Menurut Sunquist 2010 panjang atau pendeknya jarak tempuh harimau ada hubungannya dengan kelimpahan
hewan mangsa, dimana di kawasan yang kelimpahan hewan mangsanya tinggi harimau tidak melakukan pencarian mangsa secara aktif. Namun,
jarak pergerakan harimau sangat bervariasi tergantung lokasi dan habitat. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa secara umum bentuk lintasan
pergerakan semua harimau translokasi dilakukan secara zig-zag ketika melakukan eksplorasi di dalam daerah jelajahnya. Hal ini kemungkinan ada
kaitannya dengan pemilihan jalan lintasan dalam pergerakannya. Sunquist 2010 berpendapat bahwa harimau sering ditemukan menggunakan jalan-
jalan bekas logging, jalan setapak dan alur-alur sungai di dalam hutan, dalam melakukan pergerakan di antara lokasi perburuan hewan mangsa. Hasil
pengamatan pada saat observasi lapangan, juga menunjukkan bahwa jejak- jekak harimau sangat sering ditemukan di jalan setapak yang biasa digunakan
manusia di dalam hutan. Data pergerakan juga menunjukkan bahwa kadang-kadang sesekali
harimau translokasi terlihat melakukan perjalanan panjang membentuk garis lurus, yang langsung menuju ke suatu tempat. Pergerakan seperti ini
sepertinya berhubungan dengan perilaku kawin terutama pada harimau jantan, kemungkinan harimau akan langsung bergerak menuju daerah jelajah betina
ketika mendapat tanda dari harimau betina yang siap kawin. Ahearn et al. 2001 berpendapat bahwa harimau jantan akan melakukan perjalanan
langsung menuju sasaran ketika mencari hewan mangsa dan pasangan kawin, dan biasanya bergerak lebih lambat ketika berada pada daerah jelajah betina.
69 Harimau juga akan tinggal selama beberapa hari pada lokasi yang sama
setelah mendapatkan hewan mangsa. Selain itu, harimau-harimau translokasi juga melakukan pergerakan
memutar kembali mengunjungi tempat-tempat yang sebelumnya didatangi, setelah menjelajah selama beberapa hari atau beberapa minggu. Menurut
Sunquist 2010, dalam pencarian hewan mangsanya harimau jarang sekali melakukan pengembaraan, tetapi pergerakan mereka sangat terarah. Harimau
juga dapat mengingat dengan baik areal-areal tempat berburu hewan mangsa di dalam daerah jelajahnya, dan mereka juga hafal akan jalur-jalur yang
terbaik di antara dua lokasi berburu mangsanya tersebut. Pergerakan harimau-harimau translokasi selalu diarahkan menuju batas-
batas dua tipe habitat yang berbeda dan ke tepi-tepi hutan antara hutan dataran rendah dan vegetasi belukarhutan sekunder muda. Pola pergerakan
ini sepertinya erat kaitannya dengan kebiasaan hewan mangsa harimau yang selalu mencari makan di tepi-tepi atau batas hutan dengan vegetasi belukar.
Karanth Sunquist 1992 menyatakan bahwa mosaik lansekap yang terdiri atas hamparan hutan dan padang rumput, merupakan habitat yang sangat
mendukung kehidupan hewan ungulata. Dalam penjelajahannya, terdapat kecenderungan bahwa harimau bergerak mengikuti kontur topografi dan
punggungan bukit pada areal perbukitan dan pegunungan. Harimau umumnya menghindari daerah yang sangat terjal, dan akan memilih
punggung bukit yang terendah apabila ingin melintasinya. Bentuk serta pola lintasan harimau translokasi setiap bulan disajikan pada Lampiran 2, 3, 4, 5
dan 6. 5.1.1.2 Panjang Pergerakan pada Siang dan Malam
Rata-rata jarak pergerakan harimau pada siang hari berkisar antara 1,43-2,27 km, sedangkan pada malam hari antara 1,37-1,78 km. Secara
individu, hasil uji menunjukkan bahwa pada dua harimau jantan, yaitu JD-1 Z= -0,184; P= 0,854 dan JD-3 Z= -0,706; P= 0,480, tidak ada perbedaan
yang signifikan antara rata-rata jarak pergerakan pada siang dengan malam
harinya. Pada jantan JD-5 Z= -2,667; P= 0,008 terdapat perbedaan jarak pergerakan antara siang dan malam hari, dimana pada malam hari harimau ini
menempuh jarak lebih panjang dibandingkan siang hari. Hal ini kemungkinan diakibatkan oleh kondisi lokasi pelepas-liaran JD-5 di TNKS, yang mana
daerah jelajah JD-5 didominasi oleh habitat belukarsekunder muda 47,0 serta mayoritas elevasinya adalah 0-500 meter dpl 59,8. Pada kondisi
tersebut dapat diprediksi bahwa suhu udara lingkungan umumnya panas pada siang hari, sehingga pergerakan atau penjelajahan akan lebih nyaman
dilakukan pada malam hari yang suhu udara lingkungannya lebih dingin. Namun, secara umum tidak ada perbedaan yang signifikan antara rata-rata
jarak pergerakan siang dan malam hari pada harimau jantan Z= -1,348; P= 0,178.
Rata-rata jarak pergerakan siang hari dan malam hari pada harimau betina secara signifikan berbeda Z= -3,711; P= 0,000, dimana pada harimau
betina rata-rata jarak jelajah pada siang hari 2,27 km lebih panjang daripada malam hari 1,74 km. Lokasi pelepas-liaran harimau BD-1 di Ulu Masen
didominasi oleh habitat hutan pegunungan rendah 37,0 dan elevasi umumnya diatas 1.500 meter dpl 55,1. Secara alamiah suhu udara
lingkungan di dalam daerah jelajah BD-1 sejuk meskipun pada siang hari, sehingga pergerakan dan penjelajahan tetap nyaman meskipun dilakukan
pada siang hari. Hamilton 1976 dan Sunquist 1981 melaporkan bahwa aktivitas macan tutul dan harimau erat kaitannya dengan temperatur udara,
mereka umumnya tidak beraktivitas pada saat suhu udara panas di siang hari. Menurut Sunquist 2010 meskipun harimau merupakan satwa yang
cenderung nokturnal, pada beberapa kasus perburuan hewan mangsa juga terjadi pada siang hari.
Berdasarkan distribusi frekuensi jarak tempuh hariannya, ternyata umumnya harimau menempuh jarak 5 km dalam sehari 76,9 Gambar
11. Sementara itu, masing-masing 19,0 dan 29,3 frekuensi rata-rata jarak tempuh harian harimau jantan dan betina adalah antara 5-10 km, sedangkan
frekuensi untuk jarak tempuh diatas 10 kmhari hanya 1,3 pada jantan dan