Tabel 4. Lanjutan
Tujuan Penelitian
Metode Pengumpulan Data
Variabel yang Diukur Metode Pengolahan dan Analisis
Data Hsl
Karakteristik habitat yang
digunakan oleh harimau
translokasi, terutama
untuk mengetahui
komponen habitat yang
paling menentukan
harimau translokasi
dalam menggunakan
ruangnya kasus Ulu
Masen 1. Mendapatkan peta-
peta citra Landsat 5TM, peta DEM,
peta kawasan dan RBI
2. Observasi lapang menggunakan
metode transek sign untuk mencatat
semua pertemuan langsung dan tanda-
tanda keberadaan harimau lokal dan
hewan mangsa
3. Mengumpulkan seluruh data
koordinat posisi yang diambil oleh
kalung GPS yang dipasang pada
harimau BD-1 di Ulu Masen
1. Variabel terikat: titik posisi harimau
translokasi yang diambil oleh kalung
GPS harimau BD-1
2. Variabel bebas faktor ekologis:
elevasi, kelerenganslope,
jarak dari sungai, jarak dari
pemukiman, jarak dari jalan, jarak dari
tepi hutan, dan NDVI
3. Mencari variabel- variabel ekologis
yang paling mempengaruhi
kehadiran harimau 1. Upload 50 data posisi ke
ArcGIS. 2. Membuat peta tutupan hutan-non
hutan dan tutupan lahanvegetasi dari Landsat 5TM menggunakan
Erdas Imagine 9.1. 3. Membuat peta NDVI
4. Peta tutupan vegetasi dan tutupan hutan yang telah ada di-overlay
dengan peta topografi, DEM, RBI dan file database koordinat
posisi harimau dari kalung GPS
5. Mencari nilai-nilai variabel bebas untuk setiap titik data posisi pada
ArcGIS 9.3, ArcView 3.3 dan Erdas Imagine 9.1
6. Melakukan uji Chi-square dan Neu untuk mengetahui apakah
masing-masing variabel bebas mempengaruhi kehadiran
harimau pada suatu tempat
7. Uji VIF untuk menentukan multikolinearitas masing-masing
variabel bebas 8. Analisis regresi logistik
digunakan untuk menentukan persamaan regresi dan peluang
penggunaan areal. M
o d
el d
an P
eta Ke
se su
aian Ha
b it
at
Membuat model
kesesuaian habitat bagi
harimau translokasi
kasus Ulu Masen.
1. Mengumpulkan seluruh data posisi
harimau BD-1 di Ulu Masen yang
yang memiliki akurasi tinggi
2. 50 data untuk membuat model,
50 lainnya untuk validasi
1. Elevasi, kelerengan slope, jarak dari
sungai, jarak dari pemukiman, jarak
dari jalan, jarak dari tepi hutan, dan NDVI
1. Analisis spasial dengan raster calculator pada ArcGIS 9.3
2. Overlay dengan pembobotan 3. Uji kelayakan dan validasi model
4. Uji akurasi model 5. Ekstrapolasi model
Menyusun atau
merumuskan kriteria
kawasan yang sesuai untuk
dijadikan lokasi
translokasi harimau di
masa depan kasus Ulu
Masen. 1. Menggunakan data
hasil survey lapang dan studi literatur
2. Peta batas kawasan hutan Ulu Masen
3. Citra Landsat 5TM untuk semua
kawasan hutan Ulu Masen
4. Mengumpulkan data hasil transek
sign harimau lokal dan hewan mangsa
utama 1. Peta kesesuaian
habitat harimau translokasi
2. Peta kelimpahan relatif harimau lokal
dan hewan mangsa di kawasan hutan Ulu
Masen 1. Membuat peta distribusi
kelimpahan relatif harimau lokal dan hewan mangsa utama
2. Overlay peta kesesuaian habitat dengan peta kelimpahan relatif
harimau lokal dan hewan mangsa 3. Akan disajikan dalam bentuk
peta habitatkawasan yang sesuai untuk lokasi translokasi harimau
P eta l
o k
asi t ra
n slo
k asi
53
4.5.1 Analisis Penggunaan Ruang
4.5.1.1 Analisis Pergerakan dan Pola Aktivitas Harimau A. Pergerakan
Untuk mendapatkan informasi rata-rata jarak pergerakan dan pola pergerakan, data yang berhasil dikumpulkan melalui kalung GPS yang
dipasangkan pada harimau JD-1, JD-3, JD-5 dan BD-1 yang berupa file excell di-upload ke dalam ArcGIS 9.3 untuk dijadikan file shp. Hanya data
yang lengkap saja data dengan pengamatan hari penuh selama 24 jam setiap harinya yang digunakan dalam penghitungan rata-rata jarak pergerakan.
Selanjutnya dengan ekstensi X-tool pada ArcGIS 9.3 ESRI, Redland, California dilakukan pengukuran jarak antar point data posisi yang
terkumpul setiap hari. Prosedur yang sama dilakukan untuk mendapatkan jarak tempuh harimau pada siang dan malam hari, namun sebelumnya data
posisi telah dipisahkan terlebih dahulu. Untuk melihat perbedaan jarak pergerakan rata-rata harian antara
harimau jantan dan betina digunakan Uji U Mann-Whitney uji dua sampel tidak berpasangan Siegel 1992, Zar 1996, Pratisto 2009, sedangkan uji
Wilcoxon uji dua sampel berpasangan digunakan untuk menentukan perbedaan jarak pergerakan harimau antara siang hari dan malam hari.
B. Pola Aktivitas
Selain mengambil data posisi, dua kalung GPS yang dipasang pada dua harimau jantan dewasa JD-1 dan JD-5 juga memberikan informasi aktivitas
dan pergerakannya, yang dikumpulkan bersamaan dengan data posisi. Ada dua signal yang merekam aktivitas harimau, yaitu signal X yang menandakan
bahwa kalung GPS yang dikenakan harimau bergerak vertikal ke depan dan ke belakang, sedangkan signal Y menandakan kalung GPS bergerak
horizontal ke kiri dan ke kanan. Pola aktivitas harimau selama 24 jam dibagi kedalam 6 interval waktu, yaitu pagi 06:00-09:59, siang 10:00-
13:59, sore 14:00-17:59, petangmalam 18:00-21:59, tengan malam 22:00-01:59 dan subuh 02:00-05:59.
Uji Chi-square Siegel 1992, Zar 1996 digunakan untuk menentukan waktu tertentu dalam sehari-semalam yang paling aktif digunakan. Apabila
ada preferensi terhadap periode waktu tertentu, perhitungan dilanjutkan dengan indeks Neu Neu et al. 1974, Bibby et al. 1988 untuk mengetahui
waktu paling aktif harimau jantan di dalam periode waktu 24 jam. 4.5.1.2 Analisis Luas Daerah Jelajah Harimau
A. Kelimpahan Relatif Harimau Lokal dan Hewan Mangsa
Data-data keberadaan harimau lokal dan hewan mangsa utama rusa, kijang dan babi di kawasan translokasi harimau yang berhasil dikumpulkan
berdasarkan survey dengan metode transek sign dihitung dengan pendekatan Encounter Rate ER seperti yang telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya
Lancia et al. 1994, Dinata Sugardjito 2008 dengan formula sebagai berikut:
ER = Nkm
Keterangan: N = jumlah perjumpaan dengan jejaktandasign
Km = panjang jalur transek
B. Luas Daerah Jelajah
Perkiraan luas daerah jelajah harimau diperlukan untuk mengetahui kualitas habitatnya di Sumatera. Selain itu, luas daerah juga penting untuk
memperkirakan daya dukung carrying capacity suatu kawasan terhadap jumlah populasi harimau Barlow et al. 2011.
Ukuran daerah jelajah masing-masing harimau sumatera JD-1, JD-2, JD-3, JD-5 dan BD-1 didapatkan dengan cara meng-upload seluruh data
koordinat posisi masing-masing harimau yang dikumpulkan dari kalung GPS dalam bentuk file database ke ArcGIS 9.3, kemudian dianalisis dengan
menggunakan ekstensi Hawthstool v. 3.6 Hawthorne L. Beyer, Spatial Ecology LLC dan Home Range Tools Rodgers et al. 2005 yang
dioperasikan melalui ArcGIS v. 9.3 ESRI, Redlands, California. Luas daerah jelajah ditentukan dengan menggunakan metode MCP Minimum