Kebaruan Novelty Penelitian PENDAHULUAN

17 jantan maupun betina akan menujukkan perilaku penguasaan wilayahnya dengan cara menyemprotkan air seni urin yang bercampur dengan aroma bau scent yang diproduksi oleh kelenjar sekresi, pada pohon atau belukar di sepanjang rute penjelajahannya. Hal ini dilakukan oleh seekor harimau sebagai cara mendeklarasikan wilayah teritorialnya terhadap individu harimau lainnya. Selain itu, harimau juga meninggalkan tanda bekas cakaran scratch pada pohon serta kotoran feces pada tempat-tempat yang mudah terlihat sebagai penanda wilayahnya STF 2007 diacu dalam Soehartono et al. 2007. Smith et al. 1989 dan Sriyanto 2003 berpendapat bahwa perilaku penandaan wilayah pada harimau berkaitan dengan perilaku defekasi membuang kotoran yang biasanya diikuti dengan urinasi kencing. Penguasaan wilayah yang dilakukan oleh harimau tidak eksklusif, yang mana beberapa individu harimau mungkin saja menggunakan jalur yang sama namun pada waktu yang berbeda. Menurut Karanth 1995 wilayah teritorial seekor harimau jantan dapat mengalami tumpang-tindih overlap dengan dua sampai empat individu betina. Wilayah teritorial harimau jantan jarang tumpang-tindih, namun kadang-kadang ada harimau jantan muda pelintas transient atau jantan yang kalah bersaing melintas di dalam wilayah satu harimau jantan dalam rangka pencarian wilayah baru yang akan dijadikan daerah jelajah tetapnya.

2.1.3.4 Perilaku Kawin dan Berkembang Biak

Di kebun binatang, baik harimau jantan maupun betina dapat hidup hingga usia 20-an tahun. Kematangan seksual pada harimau betina tercapai ketika mereka berumur sekitar 3-4 tahun, sedangkan jantan sekitar usia 4-5 tahun Nowak 1991. Harimau betina dapat melahirkan anak hingga umur sekitar 15 tahun. Di daerah yang beriklim sedang temperate, estrus pada harimau betina terjadi secara bermusim. Di daerah beriklim tropis, estrus pada harimau betina terjadi sepanjang tahun kecuali ketika mereka sedang hamil atau membesarkan anak. Harimau betina akan memberikan signal kesiapannya untuk kawin dengan cara meninggalkan tanda-tanda aroma bau scent serta suara auman. Selanjutnya, kopulasi-kopulasi singkat antara harimau jantan dan betina terjadi terus-menerus selama jangka waktu sekitar lima hari. Harimau termasuk satwa ovulator yang terinduksi induced ovulator sehingga harus dirangsang melalui kopulasi yang sering agar terjadi kehamilan STF 2007 diacu dalam Soehartono et al. 2007. Periode kehamilan harimau betina adalah sekitar 103 hari. Harimau jantan tidak tinggal dengan betina setelah perkawinan. Individu jantan juga tidak berpartisipasi dalam merawat dan membesarkan anak-anaknya. Jumlah anak harimau pada setiap kelahiran biasanya 2-3 ekor, namun seekor anak umumnya mati sesaat setelah dilahirkan. Anak-anak harimau dilahirkan dalam keadaan buta dengan berat tubuh antara 0,7-1,0 kg, tergantung pada subspesies harimau STF 2007 diacu dalam Soehartono et al. 2007. Anak-anak menyusu pada induk harimau selama 6-8 minggu, kemudian setelah masa itu induk harimau akan mengajak anak-anak untuk makan hewan buruan bersama-sama. Anak-anak harimau akan mulai belajar berburu hewan mangsa sendiri pada usia sekitar 18 bulan. Setelah kawin dan melahirkan anak-anaknya, harimau betina tidak akan mengalami estrus lagi, hingga anak-anaknya berumur antara 1,5-3 tahun, dimana pada usia tersebut anak-anaknya telah memiliki keterampilan yang cukup untuk memulai hidup sendiri. Harimau betina muda cenderung untuk membangun daerah jelajahnya yang berdekatan dengan wilayah induknya STF 2007 diacu dalam Soehartono et al. 2007.

2.1.4 Distribusi

Hingga awal tahun 1900-an, rentang wilayah penyebaran harimau Panthera tigris dunia mencakup 70 derajat pada garis lintang dan 100 derajat pada garis bujur, serta tersebar di 30 negara yang dikenal saat ini yaitu mulai dari Turki dan Armenia di wilayah barat daratan Asia hingga ke Indonesia, kemudian ke timur jauh Rusia, serta hingga ke ujung selatan India Sanderson et al. 2006. Namun, Dinerstein et al. 2006 dan Sanderson et al. 2006 memperkirakan bahwa wilayah penyebaran harimau dunia yang 19 tersisa saat ini hanya tinggal sebesar 7 dari total luas berdasarkan sejarah penyebaran geografisnya Gambar 3. Gambar 3. Peta sejarah distribusi harimau cokelat muda dan wilayah pe- nyebaran saat ini hijau di seluruh dunia Dok: STF. Pada awal abad ke-19, harimau sumatera P. t. sumatrae juga penyebarannya masih ditemukan hampir di seluruh kawasan berhutan di sepanjang Pulau Sumatera, terutama di hutan-hutan dataran rendah sampai dengan pegunungan. Namun, daerah penyebaran harimau sumatera saat ini terbatas pada fragmen-fragmen hutan yang kebanyakan ukurannya kecil serta terpisah antara satu dengan lainnya. Pada kawasan-kawasan tersebut harimau sumatera menyebar pada ketinggian 0-2.000 meter dari permukaan laut dpl O‟Brien et al. 2003, tetapi kadang-kadang ditemukan juga pada ketinggian lebih dari 2.400 meter dpl Linkie et al. 2003. Menurut Griffiths 1994, hutan dataran rendah ketinggian 600 m dpl dapat mendukung populasi harimau dua kali lebih besar dari pada dataran tinggi. Di Sumatera, terbukti bahwa kelimpahan harimau berkurang seiring dengan naiknya elevasi