Ekstrapolasi Model Analisis Pemilihan Habitat

harinya. Pada jantan JD-5 Z= -2,667; P= 0,008 terdapat perbedaan jarak pergerakan antara siang dan malam hari, dimana pada malam hari harimau ini menempuh jarak lebih panjang dibandingkan siang hari. Hal ini kemungkinan diakibatkan oleh kondisi lokasi pelepas-liaran JD-5 di TNKS, yang mana daerah jelajah JD-5 didominasi oleh habitat belukarsekunder muda 47,0 serta mayoritas elevasinya adalah 0-500 meter dpl 59,8. Pada kondisi tersebut dapat diprediksi bahwa suhu udara lingkungan umumnya panas pada siang hari, sehingga pergerakan atau penjelajahan akan lebih nyaman dilakukan pada malam hari yang suhu udara lingkungannya lebih dingin. Namun, secara umum tidak ada perbedaan yang signifikan antara rata-rata jarak pergerakan siang dan malam hari pada harimau jantan Z= -1,348; P= 0,178. Rata-rata jarak pergerakan siang hari dan malam hari pada harimau betina secara signifikan berbeda Z= -3,711; P= 0,000, dimana pada harimau betina rata-rata jarak jelajah pada siang hari 2,27 km lebih panjang daripada malam hari 1,74 km. Lokasi pelepas-liaran harimau BD-1 di Ulu Masen didominasi oleh habitat hutan pegunungan rendah 37,0 dan elevasi umumnya diatas 1.500 meter dpl 55,1. Secara alamiah suhu udara lingkungan di dalam daerah jelajah BD-1 sejuk meskipun pada siang hari, sehingga pergerakan dan penjelajahan tetap nyaman meskipun dilakukan pada siang hari. Hamilton 1976 dan Sunquist 1981 melaporkan bahwa aktivitas macan tutul dan harimau erat kaitannya dengan temperatur udara, mereka umumnya tidak beraktivitas pada saat suhu udara panas di siang hari. Menurut Sunquist 2010 meskipun harimau merupakan satwa yang cenderung nokturnal, pada beberapa kasus perburuan hewan mangsa juga terjadi pada siang hari. Berdasarkan distribusi frekuensi jarak tempuh hariannya, ternyata umumnya harimau menempuh jarak 5 km dalam sehari 76,9 Gambar 11. Sementara itu, masing-masing 19,0 dan 29,3 frekuensi rata-rata jarak tempuh harian harimau jantan dan betina adalah antara 5-10 km, sedangkan frekuensi untuk jarak tempuh diatas 10 kmhari hanya 1,3 pada jantan dan 71 1,9 pada betina. Hal ini memberi indikasi bahwa hanya pada kondisi dan situasi tertentu saja harimau menempuh perjalanan panjang dalam satu hari. Perjalanan panjang mungkin dilakukan harimau pada saat-saat mereka ingin menuju satu sasaran tertentu, misalnya lokasi tempat perburuan hewan mangsa atau pada jantan ketika menuju daerah jelajah betina untuk kawin. Gambar 11. Persentase distribusi frekuensi jarak pergerakan harian harimau sumatera yang ditranslokasikan. 5.1.2 Daerah Jelajah 5.1.2.1 Waktu Pembentukan Daerah Jelajah Kajian terhadap data posisi setiap minggu menggunakan MCP100 memberi indikasi bahwa setiap harimau yang ditranslokasikan membutuhkan waktu yang berbeda, berkisar antara 8-17 minggu, untuk menetapkan daerah jelajah di lokasinya yang baru Gambar 12. Pada harimau jantan daerah jelajah tersebut terbentuk masing-masing setelah 10 minggu untuk harimau JD-1, 11 minggu untuk JD-2, 8 minggu untuk JD-3, dan 13 minggu untuk JD-5. Sementara itu, harimau betina BD-1 membutuhkan waktu 17 minggu untuk menetapkan daerah jelajahnya.