63
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
Harimau yang ditranslokasikan dan dipasangi kalung GPS selama penelitian adalah sebanyak enam ekor. Namun demikian, harimau yang
ditranslokasikan ke TNKS JD-4 ditemukan mati hanya tujuh hari setelah dilepas-liarkan akibat terperangkap jerat yang dipasang pemburu kambing
hutan di dalam kawasan taman nasional tersebut. Harimau JD-1 dan JD-2 yang dilepas-liarkan di TNBBS, diamati pergerakannya selama masing-
masing 224 hari menghasilkan 3.469 data posisi dan 253 hari 1.288 data posisi. Harimau BD-1 yang ditranslokasikan ke KHUM diobservasi selama
213 hari 6.680 data posisi, namun kemudian diketahui juga mati akibat terjerat di sebuah ladang di pinggir hutan setelah kalung GPS-nya bekerja
selama 7 bulan. Harimau JD-3 di TNGL diamati pergerakannya selama 79 hari 1.486 data posisi, dan harimau JD-5 di TNKS dipantau selama 238 hari
pengamatan 7.007 data posisi. Kalung GPS yang pasang pada harimau JD-1, JD-3 dan JD-5 rusak setelah masing-masing beroperasi selama 7,5 bulan, 2,5
bulan dan 8 bulan. Kalung GPS pada JD-2 terlepas secara otomatis sesuai rencana setelah 8,5 bulan beroperasi Tabel 6.
Tabel 6. Jadwal operasi dan jumlah data posisi yang berhasil dikumpulkan melalui kerah GPS pada masing-masing harimau sumatera
translokasi selama penelitian antara 2008-2011.
Harimau Lokasi
Tanggal operasi kerah GPS
N hari operasi
N data posisi
Keterangan Nama Kls umur
JD-1 Jantan
dewasa TNBBS
22072008- 03032009
224 3.469
GPS rusak
JD-2 Jantan
dewasa TNBBS
22072008- 31032009
253 1.288
GPS lepas otomatis
BD-1 Betina
dewasa KHUM
21122008- 21072009
213 6.680
Harimau mati
JD-3 Jantan
dewasa TNGL
27122008- 15032009
79 1.486
GPS rusak
JD-4 Jantan
dewasa TNKS
05062009- 11062009
7 71
Harimau mati
JD-5 Jantan
dewasa TNKS
20122010- 14082011
238 7.007
GPS rusak
Sebelum ditranslokasikan, harimau jantan dewasa JD-1 dan JD-2 ditangkap oleh petugas Balai KSDA Aceh di lokasi yang sama, yaitu di satu
desa pesisir Kabupaten Aceh Selatan. Harimau JD-1 dan JD-2 masing- masing ditangkap pada 9 Nopember 2007 dan 25 Nopember 2007, dengan
alasan bahwa kedua harimau tersebut sering memasuki perkampungan hingga meresahkan masyarakat. Habitat di tempat asal JD-1 dan JD-2 merupakan
hutan dataran rendah kering, yang umumnya merupakan hutan bekas HPH yang bertopografi perbukitan. Kawasan tersebut terletak di kaki Pegunungan
Bukit Barisan sebelah barat. Setelah tertangkap, baik JD-1 maupun JD-2 dirawat di dalam kandang berbentuk kotak berjeruji besi di halaman belakang
kantor Balai KSDA Aceh selama sekitar 7 bulan. Kemudian, keduanya dipindahkan ke karantina pemulihan di dekat lokasi translokasi di dalam
kawasan TNBBS di Lampung. JD-1 dan JD-2 ditranslokasikan dengan jarak sekitar 1.350 km dari tempat asalnya di Aceh Selatan, ke kawasan hutan
TNBBS di Lampung. Harimau jantan JD-3 ditangkap 15 Nopember 2008 di satu desa tepi
pantai di Aceh Barat. JD-3 juga ditangkap akibat sering memasuki desa dan diduga telah sering memangsa hewan-hewan ternak milik masyarakat desa.
Tempat hidup asal JD-3 di Aceh Barat merupakan hutan dataran rendah kering dan hutan-hutan bekas HPH yang topografinya berbukit-bukit di kaki
Pegunungan Bukit Barisan sebelah barat. Setelah mendapat perawatan selama 42 hari, JD-3 ditranslokasikan dengan jarak sekitar 200 km dari tempat
asalnya di kawasan pantai barat Aceh ke kawasan hutan di TNGL yang berbatasan dengan kawasan bekas HPH di kaki bagian timur Pegunungan
Bukit Barisan. Harimau betina dewasa BD-1 ditangkap pada 3 Desember 2008 di satu
desa di Kabupaten Aceh Utara, di wilayah timur laut Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. BD-1 evakuasi karena sering memasuki pemukiman dan
memangsa hewan ternak masyarakat. Habitat asal BD-1 di Aceh Utara merupakan hutan perbukitan dan pegunungan rendah. Kawasan tersebut
merupakan sisi timur dari Pegunungan Bukit Barisan. Setelah 18 hari