Ekstrapolasi Model Model Kesesuaian Habitat .1 Penentuan Titik

115 sekunder muda, maka translokasi harimau ke lokasi-lokasi terpencil di daerah pegunungan yang berbiaya sangat mahal tidak perlu dilakukan karena hasilnya tidak akan sesuai dengan harapan. Dengan dihasilkannya model spasial kesesuaian habitat meskipun model yang digunakan belum tepat, serta teridentifikasinya beberapa areal yang dapat dijadikan sebagai lokasi translokasi harimau di kawasan hutan Ulu Masen, paling tidak hasil ini dapat dijadikan panduan bagi pihak berwenang apabila akan melaksanakan kegiatan translokasi harimau sumatera di wilayah Sumatera bagian utara pada masa yang akan datang. 117

VI. SIMPULAN DAN SARAN

6.1 Simpulan Rata-rata jarak jelajah harian harimau sumatera translokasi bervariasi antara 2,8 km-4,0 km. Jarak pergerakan ini ada kaitannya dengan kondisi topografi medan dan tipe tutupan vegetasi yang mendominasi wilayah jelajahnya. Pola pergerakan dan penjelajahannya tidak dilakukan secara acak, namun umumnya mengikuti batas edge antara dua tipe tutupan lahan, terutama pada batas antara hutan dataran rendah dan belukar hutan sekunder muda. Waktu yang paling disukai untuk melakukan aktivitas pergerakan dan perburuan hewan mangsa adalah pada petang hingga menjelang tengah malam antara pukul 18.00 sampai dengan 22.00 WIB. Terdapat variasi baik pada bentuk maupun ukuran daerah jelajah harimau sumatera yang ditranslokasikan. Luas daerah jelajah jantan berkisar antara 37,5 km 2 – 188,1 km 2 sedangkan luas daerah jelajah betina 376,8 km 2 . Ukuran daerah jelajah ini dibangun berdasarkan ketersediaan hewan mangsa utama di lokasi pelepas-liaran. Karakteristik areal yang disukai harimau sumatera translokasi adalah batas-batas hutan, yang berada pada ketinggian elevasi dibawah 1.000 meter dpl serta bertopografi datar hingga landai, yang terdapat di dalam wilayah jelajahnya. Harimau translokasi membutuhkan waktu antara 8-17 minggu untuk membangun daerah jelajah tetapnya. Keberadaan harimau lokal yang sudah lebih dahulu mendiami kawasan pelepas-liaran, terbukti berpengaruh terhadap lamanya waktu dalam penetapan daerah jelajah mereka. Walaupun tidak terbukti secara signifikan, ada kecenderungan bahwa umur harimau ketika dilepas-liarkan serta kelimpahan hewan mangsa di areal pelepas-liaran turut mempengaruhi lamanya waktu penetapan daerah jelajah. Selain itu, perbedaan karakteristik daerah jelajah harimau di tempat asal dengan karakteristik di areal translokasi, mungkin juga turut berpengaruh pada lamamnya waktu penetapan daerah jelajah tersebut.