Daerah Jelajah Habitat dan Daerah Jelajah

2.5 Model Kesesuaian Habitat

Habitat yang sesuai adalah tempat yang mampu menyediakan kondisi yang dibutuhkan oleh satwa untuk dapat bertahan hidup dan berkembang- biak dalam waktu jangka panjang. Dengan demikian, model kesesuaian habitat dapat didefinisikan sebagai sebuah model yang menunjukkan kemampuan suatu unit habitat untuk dapat mendukung kehidupan dan perkembang-biakan satwa Nursal 2007. De La Ville et al. 1998 diacu dalam Nursal 2007 menjelaskan bahwa model kesesuaian habitat adalah sebuah model yang menunjukkan kemampuan suatu habitat untuk menyediakan kebutuhan spesies tertentu. Tujuan umum dari sebuah model adalah sebagai panduan dalam mengambil keputusan pengelolaan Shenk Franklin 2001 diacu dalam Nursal 2007. Model kesesuaian habitat dapat digunakan untuk menentukan prioritas konservasi Margules Austin 1994 diacu dalam Guisan Zimmermann 2000, serta dapat menghasilkan pengetahuan biologi untuk menjelaskan distribusi suatu spesies dan mengevaluasi aktivitas lahan. Sklar Hunsaker 2001 menyatakan bahwa model ekologi biasanya dibuat untuk satu atau dua tujuan dalam rangka lebih memahami sistem ekologi, atau untuk mengevaluasi pengaruh dari perubahan keadaan untuk membuat satu keputusan atau sekumpulan kebijakan. Lebih lanjut dijelaskan bahwa sebuah model spasial dapat didefinisikan sebagai sesuatu yang memiliki satu atau lebih variabel bebas yang merupakan fungsi suatu ruang atau sesuatu yang dapat dihubungkan dengan variabel bebas ruang lainnya. Box 1976 diacu dalam ver Hoef et al. 2001 mengemukakan bahwa semua model ekologi yang dibangun tidak mungkin ada yang benar-benar tepat karena semua model mengandung kesalahan. Constanza Sklar 1985 diacu dalam Sklar Hunsaker 2001 berpendapat bahwa semakin kompleks suatu model maka akan semakin besar data observasi dan data simulasi yang dibutuhkan. Akibatnya model tersebut menjadi semakin kurang akurat atau semakin tidak pasti. 33

III. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

3.1 Sejarah dan Status Kawasan

Kelompok hutan Ulu Masen adalah satu mosaik kesatuan hutan yang mewakili berbagai tipe ekosistem, mulai dari ekosistem pantai, hutan dataran rendah, hingga ekosistem hutan pegunungan. Penamaan Ulu Masen sendiri diambil dari nama sebuah gunung yang berada di Kecamatan Sanpoiniet, Kabupaten Aceh Jaya, Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam NAD, yang letaknya di sebelah timur laut kawasan hutan Ulu Masen. Nama Ulu Masen ini diputuskan atas kesepakatan pada pertemuan mukim jabatan setingkat kepala desa di Kota Meulaboh dan Banda Aceh pada tahun 2003, dengan pertimbangan bahwa Ulu Masen dianggap mampu mewakili ekosistem hutan yang berada di bagian utara Provinsi NAD. Pada pertemuan di tahun 2003 tersebut, selain hutan Ulu Masen juga muncul nama Gunung Sikawet yang diusulkan sebagai ekosistem hutan yang layak dilindungi, karena merupakan habitat gajah sumatera yang terancam punah. Namun, setelah didiskusikan dan dikaji lebih lanjut, Ulu Masen yang terpilih serta dianggap sebagai satu kawasan hutan yang dapat mewakili kesatuan ekosistem yang terdapat di lima kabupaten di NAD. Status kawasan hutan yang termasuk kedalam kelompok hutan Ulu Masen umumnya merupakan hutan lindung dan hutan produksi terbatas. Hingga saat ini belum ada rencana pengelolaan sinergis yang dilakukan antara pihak pemerintah pusat dengan pemerintah Provinsi NAD terhadap kawasan hutan yang berada di ujung utara Pulau Sumatera ini. Dalam pengelolaannya, kelompok hutan Ulu Masen saat ini berada dibawah pengawasan Gubernur NAD melalui Surat Keputusan No. 191999 tentang Penunjukkan Kawasan Hutan Aceh.

3.2 Letak dan Luas

Kawasan kelompok hutan Ulu Masen terbentang mulai dari ujung utara hingga ke batas hutan Kawasan Ekosistem Leuser di sebelah tenggara