Analisis Regresi Logistik Analisis Pemilihan Habitat

67 belukarsekunder muda dengan kelerengan datar-landai hingga curam. Konsekuensi dari perbedaan ketinggian tempat, medan dan tipe habitat adalah terjadinya perbedaan dalam keragaman dan kelimpahan hewan mangsa. Menurut Griffiths 1994, keanekaragaman dan kelimpahan hewan mangsa harimau di hutan dataran rendah dengan ketinggian 100-600 meter dpl lebih tinggi dibandingkan dengan di hutan pegunungan rendah dengan ketinggian 900-1.700 meter dpl. Dengan demikian, harimau BD-1 di Ulu Masen membutuhkan usaha yang lebih besar dengan melakukan perjalanan yang lebih panjang untuk mendapatkan hewan mangsanya. Data hasil observasi juga menunjukkan bahwa KHUM tempat BD-1 ditranslokasikan, memiliki kelimpahan relatif hewan mangsa utama rusa, kijang dan babi hutan yang paling rendah dibandingkan dengan lokasi pelepas-liaran harimau lainnya Lampiran 1. Menurut Sunquist 2010 sebagian besar waktu harimau di alam dihabiskan untuk mencari pakan dan umumnya mereka menjelajah areal yang luas untuk memenuhi kebutuhan pakannya. Pendapat lain Nowak 1991 menyatakan bahwa di Rusia timur jauh, dimana hewan mangsa tersebar secara luas, harimau siberia melakukan pergerakan hingga 60 km per hari. Selain itu, mengingat BD-1 adalah harimau betina, panjangnya perjalanan harian yang ditempuhnya mungkin juga ada kaitannya dengan upaya menemukan jantan siap kawin karena masa estrus harimau betina terjadi pada setiap tiga sampai sembilan minggu sekali Nowak 1991, Ahearn et al. 2001. Lamanya masa estrus adalah tiga sampai enam hari pada setiap periode Nowak 1991. Pada masa estrusnya harimau betina sering mengeluarkan suara auman untuk menarik harimau jantan Sunquist 1981. Jackson 1996 menemukan bukti bahwa pada musim kawin, macan salju betina melakukan pergerakan satu setengah kali lebih panjang daripada biasanya. Barlow et al. 2011 melakukan studi menggunakan kalung GPS memperoleh rata-rata jarak tempuh harimau betina di hutan bakau Sundarbans, Bangladesh adalah sekitar 2,9 kmhari dengan jarak pergerakan maksimum 10,8 km. Adanya perbedaan jarak tempuh antara harimau betina di dua lokasi yang sangat berjauhan ini kemungkinan disebabkan oleh perbedaan tipe habitat, dimana Sundarbans merupakan kawasan hutan bakau yang didominasi lahan basah, sementara KHUM merupakan kawasan yang didominasi oleh hutan pegunungan, yang secara alamiah memiliki kelimpahan hewan mangsa lebih rendah dibandingkan kawasan dataran rendah Sunquist et al. 1999. Menurut Sunquist 2010 panjang atau pendeknya jarak tempuh harimau ada hubungannya dengan kelimpahan hewan mangsa, dimana di kawasan yang kelimpahan hewan mangsanya tinggi harimau tidak melakukan pencarian mangsa secara aktif. Namun, jarak pergerakan harimau sangat bervariasi tergantung lokasi dan habitat. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa secara umum bentuk lintasan pergerakan semua harimau translokasi dilakukan secara zig-zag ketika melakukan eksplorasi di dalam daerah jelajahnya. Hal ini kemungkinan ada kaitannya dengan pemilihan jalan lintasan dalam pergerakannya. Sunquist 2010 berpendapat bahwa harimau sering ditemukan menggunakan jalan- jalan bekas logging, jalan setapak dan alur-alur sungai di dalam hutan, dalam melakukan pergerakan di antara lokasi perburuan hewan mangsa. Hasil pengamatan pada saat observasi lapangan, juga menunjukkan bahwa jejak- jekak harimau sangat sering ditemukan di jalan setapak yang biasa digunakan manusia di dalam hutan. Data pergerakan juga menunjukkan bahwa kadang-kadang sesekali harimau translokasi terlihat melakukan perjalanan panjang membentuk garis lurus, yang langsung menuju ke suatu tempat. Pergerakan seperti ini sepertinya berhubungan dengan perilaku kawin terutama pada harimau jantan, kemungkinan harimau akan langsung bergerak menuju daerah jelajah betina ketika mendapat tanda dari harimau betina yang siap kawin. Ahearn et al. 2001 berpendapat bahwa harimau jantan akan melakukan perjalanan langsung menuju sasaran ketika mencari hewan mangsa dan pasangan kawin, dan biasanya bergerak lebih lambat ketika berada pada daerah jelajah betina.