kawasan dari permukaan laut Linkie et al. 2006, Wibisono 2006, Wibisono et al. 2009.
Penyebaran suatu spesies pada suatu wilayah dipengaruhi beberapa faktor, diantaranya sejarah evolusi spesies, perubahan geografis, interaksi
antar spesies dan respon lingkungan, serta dampak aktivitas manusia pada suatu wilayah Jarvis 2000. Namun, penyebaran harimau sumatera saat ini
lebih banyak dipengaruhi oleh aktivitas manusia, terutama seperti kegiatan konversi kawasan hutan untuk perkebunan, transmigrasi, pemukiman, serta
kegiatan pembangunan infrastuktur lainnya Soehartono et al. 2007. Smirnov Miquelle 1999 menyatakan bahwa penyebaran dan kepadatan
hewan mangsa juga merupakan faktor yang turut mempengaruhi penyebaran harimau pada suatu wilayah.
Keberadaan harimau sumatera di alam belum seutuhnya diketahui dengan akurat. Perpaduan antara kajian-kajian sebelumnya Faust Tilson
1994, Seal et al. 1994, Sanderson et al. 2006 dengan beberapa hasil survey terkini, memprediksi bahwa saat ini harimau sumatera setidaknya tersebar di
19 fragmen kawasan konservasi dan kawasan-kawasan hutan lainnya, yang letaknya masing-masing terpisah satu sama lain Soehartono et al. 2007.
Namun, analisis yang dilakukan Wibisono Pusparini 2010 menyebutkan bahwa harimau sumatera terbukti masih ditemukan pada 27 fragmen habitat
yang ukurannya lebih dari 250 km
2
Gambar 4.
2.1.5 Populasi
Sekitar satu abad lalu, di dunia masih terdapat sekitar 100.000 ekor harimau yang berkeliaran pada berbagai habitat di wilayah sejarah
penyebarannya GTI 2010. Jumlah populasi harimau saat ini terus menurun seiring dengan berkurangnya luas habitat harimau dunia yang mencapai 93
Dinerstein et al. 2006, Sanderson et al. 2006. Penurunan tersebut terutama diakibatkan oleh perdagangan ilegal bagian tubuh harimau untuk obat-obatan
tradisional, penangkapan atas harimau-harimau yang berkonflik Tilson et al. 1994, Sunquist et al. 1999, berkurangnya hewan mangsa Seidensticker
21 1986, Karanth Stith 1999, serta hilangnya habitat alami Dinerstein et al.
2006. Jumlah populasi harimau di dunia saat ini diperkirakan hanya tinggal sekitar 3.000-3.500 ekor yang hidup pada habitat alaminya Sanderson et al.
2006, Morrel 2007, GTI 2010.
Gambar 4. Peta distribusi harimau di Pulau Sumatera pada lima tahun ter-
akhir Wibisono Pusparini 2010. Borner 1978 pernah memperkirakan bahwa jumlah populasi harimau
sumatera ketika itu sekitar 1.000 ekor. Kemudian pada tahun 1985 perkiraan tersebut menurun menjadi 800 ekor harimau yang hidup di 26 kawasan
konservasi dan hutan lindung lainnya Santiapillai Ramono 1987. Penilaian status distribusi dan populasi yang dilakukan tahun 1992 lalu,
menunjukkan bahwa populasi harimau sumatera di alam diperkirakan hanya tinggal sekitar 500 individu Tilson et al. 1994. Melihat pada semakin
tingginya ancaman terhadap kelangsungan hidup harimau saat ini, para ilmuwan dan pakar konservasi percaya bahwa jumlah harimau sumatera di
alam telah mengalami penurunan yang drastis dalam beberapa dekade terakhir Wibisono Pusparini 2010. Bahkan diyakini jumlah harimau
sumatera di alam saat ini hanya tinggal sekitar 300 ekor Soehartono et al. 2007.
Kelangsungan hidup suatu populasi di alam berhubungan erat dengan demografi, genetik, serta faktor-faktor lingkungan Noss et al. 1996. Selain
itu, rendahnya angka kelahiran, tingginya angka kematian anak, tingginya tingkat ancaman, serta rendahnya populasi hewan mangsa merupakan faktor
yang mempengaruhi kepadatan populasi satu spesies di alam Alikodra 1990. Menurut Karanth et al. 2002, secara alamiah populasi harimau di
alam tergolong rendah. Di hutan daratan rendah Sumatera kepadatan populasi harimau berkisar antara 1-3 ekor100 km
2
, sedangkan di hutan dataran tinggi atau pegunungan kepadatan populasinya sekitar 1 ekor100 km
2
Santiapillai Ramono 1993. Jenis-jenis hewan mangsa yang mendukung penyebaran
populasi harimau sumatera diantaranya adalah rusa sambar, babi hutan, kijang, kancil atau napu serta beruk Franklin et al. 1999,
O‟Brien et al. 2003.
2.2 Habitat dan Daerah Jelajah
2.2.1 Habitat
Habitat adalah satu atau serangkaian komunitas biotik yang ditempati oleh satwa atau populasi kehidupan. Habitat yang sesuai menyediakan semua
kelengkapan habitat bagi satu spesies selama musim tertentu atau sepanjang tahun. Kelengkapan habitat terdiri dari berbagai macam komponen termasuk
pakan, perlindungan, dan faktor-faktor lainnya yang diperlukan oleh spesies hidupan liar untuk bertahan hidup serta melangsungkan reproduksinya secara
berhasil Bailey 1984. Habitat satwaliar menyediakan kebutuhan-kebutuhan yang mendasar
seperti pelindung cover atau shelter, pakan, air, tempat berkembang biak