Pola Aktivitas Analisis Pergerakan dan Pola Aktivitas Harimau A. Pergerakan

4.5.4 Analisis Kesesuaian Lokasi Translokasi

Sejak translokasi dianggap sebagai salah satu cara untuk mitigasi konflik antara konservasi harimau dengan kepentingan manusia, informasi tentang areal-areal yang sesuai bagi pelepas-liaran harimau yang terlibat konflik menjadi sangat penting. Beberapa langkah harus dilakukan dalam menentukan peta kesesuaian lokasi translokasi harimau. Pertama, memetakan nilai kelimpahan relatif KR harimau lokal dan hewan mangsa utama yang dihasilkan dari survey transek sign dengan metode intersect pada ArcGIS 9.3. Selanjutnya, kelimpahan relatif KR harimau lokal dan KR hewan mangsa dibedakan kedalam tiga katagori yaitu “kesesuaian rendah”, ”kesesuaian sedang” dan “kesesuaian tinggi”. Interval katagori didasarkan pada nilai KR terendah dan tertinggi. Semakin tinggi KR harimau lokal pada satu areal, berarti semakin rendah kesesuainya bagi translokasi harimau. Sebaliknya, semakin tinggi KR hewan mangsa pada saru areal, maka areal tersebut semakin sesuai bagi translokasi harimau. Untuk memprediksi areal-areal yang cocok bagi translokasi harimau di masa depan di kawasan hutan Ulu Masen KHUM, maka dilakukan overlay dan intersect antara peta kesesuaian lokasi translokasi berdasarkan kelimpahan hewan mangsa dan harimau lokal dengan peta kesesuaian habitat harimau hasil ekstrapolasi di seluruh KHUM. 63

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

Harimau yang ditranslokasikan dan dipasangi kalung GPS selama penelitian adalah sebanyak enam ekor. Namun demikian, harimau yang ditranslokasikan ke TNKS JD-4 ditemukan mati hanya tujuh hari setelah dilepas-liarkan akibat terperangkap jerat yang dipasang pemburu kambing hutan di dalam kawasan taman nasional tersebut. Harimau JD-1 dan JD-2 yang dilepas-liarkan di TNBBS, diamati pergerakannya selama masing- masing 224 hari menghasilkan 3.469 data posisi dan 253 hari 1.288 data posisi. Harimau BD-1 yang ditranslokasikan ke KHUM diobservasi selama 213 hari 6.680 data posisi, namun kemudian diketahui juga mati akibat terjerat di sebuah ladang di pinggir hutan setelah kalung GPS-nya bekerja selama 7 bulan. Harimau JD-3 di TNGL diamati pergerakannya selama 79 hari 1.486 data posisi, dan harimau JD-5 di TNKS dipantau selama 238 hari pengamatan 7.007 data posisi. Kalung GPS yang pasang pada harimau JD-1, JD-3 dan JD-5 rusak setelah masing-masing beroperasi selama 7,5 bulan, 2,5 bulan dan 8 bulan. Kalung GPS pada JD-2 terlepas secara otomatis sesuai rencana setelah 8,5 bulan beroperasi Tabel 6. Tabel 6. Jadwal operasi dan jumlah data posisi yang berhasil dikumpulkan melalui kerah GPS pada masing-masing harimau sumatera translokasi selama penelitian antara 2008-2011. Harimau Lokasi Tanggal operasi kerah GPS N hari operasi N data posisi Keterangan Nama Kls umur JD-1 Jantan dewasa TNBBS 22072008- 03032009 224 3.469 GPS rusak JD-2 Jantan dewasa TNBBS 22072008- 31032009 253 1.288 GPS lepas otomatis BD-1 Betina dewasa KHUM 21122008- 21072009 213 6.680 Harimau mati JD-3 Jantan dewasa TNGL 27122008- 15032009 79 1.486 GPS rusak JD-4 Jantan dewasa TNKS 05062009- 11062009 7 71 Harimau mati JD-5 Jantan dewasa TNKS 20122010- 14082011 238 7.007 GPS rusak