Negara-negara lain yang berperan dalam perdagangan dunia florikultura antara lain adalah Belanda 59, Kolumbia 10, Italia 6, Israel 4,
Spanyol 2, dan Kenya 1. Di kawasan Asia Tenggara, beberapa negara produsen florikultura yang perlu diperhitungkan memiliki prospek untuk
perdagangan florikultura adalah Thailand dan Malaysia. Jenis tanaman hias di Indonesia masih memiliki peluang pasar yang sangat potensial untuk
dikembangkan. Dengan melihat peluang pasar dunia untuk negara-negara ekspor florikultura, kemungkinan besar Indonesia masih diperhitungkan termasuk di
dalam list pangsa pasar ekspor dunia BPS, 2006.
5
2.4 Peluang Agribisnis Bibit Tanaman Hias
Sejalan dengan berkembangnya bisnis tanaman hias, bisnis bibit tanaman hias pun semakin menjanjikan. Bisnis tanaman hias telah menjadi sebuah industri
yang semakin berkembang di Indonesia. Tidak hanya pebisnis tanaman hias, hobbis tanaman hias pun semakin bertambah. Selain itu, banyak pula yang terus
mengembangkan bisnis tanaman hias ini sebagai usaha sampingan. Hal-hal tersebut membuka peluang bisnis baru, yakni bisnis pembibitan atau bakal
tanaman. Kebutuhan bibit tanaman hias masih cukup tinggi, produksi lokal baru bisa memenuhi sekitar 50 dari total permintaan bibit dalam negeri.
Hal ini dapat dimanfaatkan oleh para importir untuk bergerak dalam bisnis impor bibit tanaman hias.
Bergerak dalam bisnis bibit tanaman hias ini bukan tanpa resiko. Selain dalam negeri, banyak pula negara-negara lain seperti Thailand yang
mengembangkan bisnis bibit ini. Kebutuhan domestik baru dapat dipenuhi sebanyak 50 persen. Sisa kebutuhan ini dapat dimanfaatkan oleh para penjual bibit
5
http: www.rawabelong.com
. Peluang Pasar Tanaman Hias Ekspor Ke Mancanegara. Diakses tanggal 14 Jan 2008.
di luar negeri untuk memasarkan bibit tanaman hias ke Indonesia. Oleh karena itu, para petani tanaman hias yang bergerak di bidang bibit harus mampu bersaing
dengan produk dari luar dengan terus meningkatkan kualitas produknya.
6
2.5 Penelitian Terdahulu Tentang Optimalisasi Produksi
Penelitian tentang
optimalisasi sering kali menggunakan metode Linier Programming atau Goal programming. Dalam penelitian optimalisasi yang
menggunakan Linier programming adalah penelitian yang dilakukan oleh: Siahaan 2003, meneliti tentang optimalisasi produksi sayuran
hidroponik. Penelitian ini dilakukan di kebun Sayuran Segar Parung Farm. Menyatakan bahwa perusahaan belum dapat melakukan kegiatan produksinya
secara optimal, hal ini dapat dilihat dari nilai fungsi tujuan pada kondisi optimal yang lebih tinggi dibandingkan dengan keuntungan aktual yang dihasilkan oleh
perusahaan. Dalam penelitian ini, dilakukan analisis kelangkaan sumberdaya hasil yang diperoleh menunjukkan sumberdaya langka pembatas adalah lahan, benih
pakcoy putih, benih selada kering dan benih selada merah. Selain analisis kelangkaan sumberdaya juga dilakukan analisis post optimal yang dibagi atas dua
skenario, skenario I dibuat untuk melihat permintaan yang sesuai dengan perminataan konsumen. Skenario II dijadikan sebagai alternatif perbaikan dimana
kendala pesanan diabaikan. Solusi yang diperoleh dari skenario II ini menghasilkan keuntungan lebih besar.
Hotmora 2004, meneliti optimalisasi produksi anggrek yang dilakukan di Parung Farm. Hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa produksi
tanaman yang dimulai dari kompot, sidling, remaja dan dewasa yang dilakukan di kebun anggrek Parung pada tahun 2002 belum optimal akibat produksi yang
6
http:www. agribisnis.deptan.go.id. Ekspor Benih Tanaman Hortikultura. Diakses tanggal 20 Juli 2008.
digunakan belum menggunakan seluruh sumber daya yang ada di kebun anggrek Parung. Pada kondisi optimal tingkat penggunaan sumberdaya meliputi semua
variabel yang diamati sebagai kendala yang terdiri dari lahan, bibit, pestisida, nutrisi, media tanam, tenaga kerja dan pasar. Pada penelitian ini dilakukan pula
post optimal dengan menaikkan harga jual tanaman sidling pada triwulan pertama menjadi Rp 3.500 per pot. Hal ini mengakibatkan koefisien fungsi tujuan naik dan
berada di luar sensitivitasnya. Perubahan tersebut mengakibatkan koefisien fungsi tujuan naik lebih tinggi dari kondisi optimal awal. Dilihat dari keuntungan yang
dihasilkan maka solusi optimal awal kurang menguntungkan dibandingkan dengan post optimal, tetapi jika dibandingkan dengan kondisi actual perusahaan
kondisi optimal versi awal lebih menguntungkan. Jadi pada penelitian ini, disarankan unttuk menerapkan solusi optimal versi awal dan pos optimal yang
telah diperoleh. Silalahi 2006, meneliti tentang optimalisasi produksi bunga potong pada
Pri’s Farm Kecamatan Caringin Bogor. Penelitian dilakukan melalui tiga skenario untuk analisis post optimal, yaitu melakukan pengurangan jumlah tanaman bunga
potong jenis garbera dan balon sebelum memasuki waktu peremajaan yaitu pada triwulan terakhir dari usia tanamnya. Hal ini dilakukan karena tanaman ini pada
usia tersebut produksinya berkurang sementara biaya produksinya meningkat, sehingga akan mengurangi keuntungan per tanamannya. Oleh karena itu, pada
triwulan 12 untuk garbera, triwulan 4 dan 10 dilakukan pengurangan jumlah tanaman, sehingga sebagian lahannya digunakan untuk membudidayakan krisan
yang memberikan keuntungan pertanamannya lebih besar dibanding jenis lain pada triwulan tersebut. Menghilangkan bunga potong jenis balon dari fungsi
tujuan. Hal ini dilakukan karena permintaan bunga jenis ini semakin berkurang setiap tahunnya. Menambah ketersediaan modal setiap triwulannya sebesar yang
menjadi pembatas dalam kegiatan produksi di Pri’s Farm.
2.5 Penelitian Terdahulu Tentang Tanaman Hias