Bibit Tanaman Hias Peluang Agribisnis Tanaman Hias

3. Tanaman Hias Batang Seperti halnya dengan tanaman hias bunga dan daun, tanaman hias batang pun memiliki keistimewaan tersendiri. Tanaman hias batang mengandalkan keindahan batangnya dalam pajangan. Keindahan batang yang dapat ditampilkan dalam bentuk atau warnanya. Palem botol yang berukuran kecil dapat menampilkan bentuk warna yang menarik bila dipajang dalam ruangan, karena bentuknya mirip botol. Demikian pula dengan palem merah, warna merah yang menyala seolah-olah ditampilkan oleh batang, padahal berasal dari seludang yang membungkus batang. Contoh lain dari tanaman hias batang ini yaitu palem kuning dan kaktus.

2.2 Bibit Tanaman Hias

Bibit tanaman hias adalah tanaman hias yang belum dewasa dan belum mengalami proses pembungaan. Benih tanaman hias diperoleh dari hasil perbanyakan tanaman melalui biji yang belum berkecambah Palungkun, dkk 2002. Bibit tanaman hias dapat diperoleh dengan 2 cara, yaitu dengan melalui perbanyakan generatif ataupun vegetatif. 1. Perbanyakan generatif, mengacu pada suatu pengertian perkawinan antara 2 tanaman induk yang terpilih melalui organ bunga pada salah satu induk, kemudian terjadi penyerbukan dan menjadi buah dengan kandungan biji di dalamnya. Apabila biji-biji ini ditanam dan tumbuh, maka akan memunculkan bibit-bibit tanaman yang memungkinkan terjadinya variasikeragaman off type karakter baik itu mulai dari sistem perakaran, batang, daun dan bunga. Hal ini tergantung dari tetuaindukan yang terpilih. 2. Perbanyakan vegetatif, mempunyai pengertian perbanyakan tanaman dengan menggunakan organ vegetatif tanaman seperti batang yang mempunyai tunas samping aksilarlateral dan mata tunas dari induk yang terpilih. Induk terpilih misal mempunyai warna dan corak bunga yang indah dan belum pernah ada adenium, plumeria, euphorbia, warna daun bervariasi aglaonema, philodendron. Kemudian teknik memperbanyak tanaman tersebut dengan cara stek batang, cangkok, sambung grafting dan okulasi. Dapat pula dengan cara lebih cepat dalam kondisi steril, yaitu dengan menggunakan kultur jaringan tissue culture. Hasil akhir dari perbanyakan vegetatif ini adalah bibit atau tanaman yang sama dengan induk yang terpilih yang telah dicontohkan di atas atau diistilahkan dengan fotocopy atau true to type

2.3 Komoditas Bunga Potong

Menurut Soekartawi 1996, Komoditas tanaman hias bunga memiliki prosek yang baik, Indonesia disamping mengekspor bunga juga mengimpor bunga. Hal ini menunjukkan bahwa komoditas bunga bersifat elastis terhadap permintaan. Komoditas hortikultura khususnya bunga potong dicirikan oleh hal-hal berikut: a produknya bersifat musiman; b diperlukan dalam kondisi segar; c tidak dapat disimpan dalam waktu yang relatif lama; d sifatnya bulky volumenya besar tetapi nilainya relatif kecil; e khusus untuk bunga potong diusahakan pada daerah atau lokasi yang khusus pula tidak dapt diusahakan di sembarang tempat; dan f Pengusaha bunga potong umumnya memerlukan biaya yang relatif tinggi dan memerlukan penguasaan teknologi atau keterampilan khusus. Beberapa jenis bunga potong yang sedang berkembang baik dari segi luas tanaman maupun produksi diantaranya krisan dan anyelir.

2.3.1 Bunga Potong Krisan

Krisan merupakan tanaman bunga hias berupa perdu dengan sebutan lain Seruni atau Bunga emas Golden Flower berasal dari dataran Cina Sekitar abad keempat, Jepang mulai membudidayakan krisan, dan pada tahun 797 bunga krisan dijadikan sebagai simbol kekaisaran Jepang dengan sebutan Queen of The East. Krisan masuk ke Indonesia pada tahun 1800. Sejak tahun 1940, krisan dikembangkan secara komersial. Beberapa daerah sentra produksi tanaman hias krisan diantaranya adalah Cipanas Cianjur, Sukabumi, Lembang Bandung, Bandungan Jawa Tengah, Malang Jawa Timur, dan Brastagi Sumatera Utara. Pada saat ini krisan telah dibudidayakan di daerah-daerah lain, seperti NTB, Bali, Sulawesi Utara dan Sumatera Selatan. Bunga Krisan tumbuh menyemak dengan daur hidup yang pada umumnya sebagai tanaman semusim. Bunga krisan tumbuh tegak dengan batang yang lunak dan berwarna hijau. Bagian tepi daun memiliki celah dan bergerigi dan tersusun dengan berselang seling pada batang. Bungan krisan memiliki akar yang rentan kerusakan akibat dari lingkungan yang kurang mendukung. Perakaran menyebar hingga kedalaman 30cm-40cm. Berdasarkan jumlah bunga yang dipelihara dalam satu tangkai, bunga krisan dibagi dalam dua tipe standar dan tipe spray. Jenis dan varietas tanaman krisan di Indonesia umumnya hibrida berasal dari Belanda, Amerika Serikat dan Jepang. Krisan yang ditanam di Indonesia terdiri atas: a Krisan lokal krisan kuno Berasal dari luar negri, tetapi telah lama dan beradaptasi di Indoenesia maka dianggap sebagai krisan lokal. Ciri-cirinya antara lain sifat hidup di hari netral dan siklus hidup antara 7-12 bulan dalam satu kali penanaman. Contoh C. maximum berbunga kuning banyak ditanam di Lembang dan berbunga putih di Cipanas Cianjur. b Krisan introduksi krisan modern atau krisan hibrida Hidupnya berhari pendek dan bersifat sebagai tanaman annual. Contoh krisan ini adalah C. indicum hybr. Dark Flamingo, C. i.hybr. Dolaroid,C. i. Hybr. Indianapolis berbunga kuning Cossa, Clingo, Fleyer berbunga putih, Alexandra Van Zaal berbunga merah dan Pink Pingpong berbunga pink. c Krisan produk Indonesia Balai Penelitian Tanaman Hias Cipanas telah melepas varietas krisan buatan Indonesia yaitu varietas Balithi 27.108, 13.97, 27.177, 28.7 dan 30.13A. Tanaman krisan membutuhkan air yang memadai, tetapi tidak tahan terhadap terpaan air hujan. Oleh karena itu, untuk daerah yang curah hujannya tinggi, penanaman dilakukan di dalam bangunan rumah plastik. Selain itu, untuk pembungaan bunga krisan membutuhkan cahaya yang lebih lama biasanya dengan bantuan cahaya dari lampu TL dan lampu pijar. Suhu udara terbaik untuk daerah tropis seperti Indonesia adalah antara 20-26 C. Toleran suhu udara untuk tetap tumbuh adalah 17-30 C. Tanaman krisan membutuhkan kelembaban yang tinggi untuk awal pembentukan akar bibit, untuk stek diperlukan sekitar 90-95. Tanaman muda sampai dewasa antara 70- 80, diimbangi dengan sirkulasi udara yang memadai. Kadar CO 2 yang ideal untuk memacu fotosistesa antara 600-900 ppm. Pada pembudidayaan tanaman krisan dalam bangunan tertutup, seperti rumah plastik, greenhouse, dapat ditambahkan CO 2 , hingga mencapai kadar yang dianjurkan. Tanah yang ideal untuk tanaman krisan adalah bertekstur liat berpasir, subur, gembur dan drainasenya baik, tidak mengandung hama dan penyakit. Derajat keasaman tanah yang baik untuk pertumbuhan tanaman sekitar 5,5-6,7. Ketinggian tempat yang ideal untuk budidaya tanaman ini antara 700–1200 m dpl. A. Budidaya Bunga Potong Krisan Persyaratan bibit untuk bunga krisan yaitu harus berasal dari induk yang sehat, berkualitas prima, daya tumbuh tanaman kuat, bebas dari hama dan penyakit dan komersial di pasar. Pembibitan ini dilakukan dengan cara vegetatif yaitu dengan anakan, setek pucuk dan kultur jaringan. Untuk mendapatkan bibit asal stek pucuk, dipilih tunas pucuk yang tumbuh sehat dengan diameter pangkal 3-5 mm dan panjang 5 cm serta mempunyai 3 helai daun dewasa berwarna hijau terang. Setelah itu, pucuk yang telah dimasukkan ke dalam kantong plastik disemaikan dan disimpan dalam ruangan dengan suhu dan kelembaban tertentu. Bibit dengan teknik kultur jaringan diperoleh dengan cara mengambil mata tunas atau eksplan dari salah satu tanaman yang baik kemudian disterilisasi dengan sublimate 0,04 HgCL selama 10 menit dan bilas dengan air suling atau air yang telah disterilkan. Untuk penanaman bibit hasil kultur jaringan, digunakan media MS berbentuk padat. Bibit stek pucuk siap dipindahtanamkan ke kebun pada umur 10-14 hari setelah semai dan bibit dari kultur jaringan bibit siap pindah yang sudah berdaun 5-7 helai dan setinggi 7,5-10 cm. Pengolahan tanah untuk media tanam krisan terdiri dari pembentukan bedengan dan pengapuran. Pengapuran dilakukan untuk tanah yang memiliki pH 5,5, perlu diberi pengapuran berupa kapur pertanian misalnya dengan dolomit, kalsit, zeagro. Dosis yang diberikan tergantung pH tanah. Kebutuhan dolomit pada pH 5 digunakan sebanyak 5,02 tonha, untuk tanah dengan pH 5,2 diberi dosis sebanyak 4,08 tonha, tanah dengan pH 5,3 diberi dosis sebanyak 3,60 tonha sedangkan untuk tanah dengan pH 5,4 diberi dosis sebanyak 3,12 tonha. Pengapuran dilakukan dengan cara disebar merata pada permukaan bedengan. Tanaman bunga krisan merupakan tanaman yang dibudidayakan secara monokultur. Jarak lubang tanam 10 cm x 10 cm, 20 cm x 20 cm. Penanaman biasanya disesuaikan dengan waktu panen yaitu pada hari-hari besar. Waktu tanam yang baik antara pagi atau sore hari. Pupuk yang digunakan untuk penanaman adalah pupuk dasar dan pestisida yaitu Furadan 3G, campuran pupuk ZA ditambah dengan TSP dan KCl, diberikan secara merata pada tanah sambil diaduk. Setelah penanaman, siram dengan air dan pasang naungan sementara dari sungkup plastik transparan. B. Panen dan Pascapanen Penentuan stadium panen adalah ketika bunga telah setengah mekar atau 3-4 hari sebelum mekar penuh. Tipe spray 75-80 dari seluruh tanaman. Umur tanaman siap panen yaitu setelah 3-4 bulan setelah tanam. Panen sebaiknya dilakukan pagi hari, saat suhu udara tidak terlalu tinggi dan saat bunga krisan berturgor optimum. Pemanenan dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu dipotong tangkainya dan dicabut seluruh tanaman. Tata cara panen bunga krisan: tentukan tanaman siap panen, potong tangkai bunga dengan gunting steril sepanjang 60-80 cm dengan menyisakan tunggul batang setinggi 20-30 cm dari permukaan tanah. Perkiraan hasil bunga krisan pada jarak 10 x 10 cm seluas 1 ha yaitu 800.000 tanaman. Bunga yang telah dipanen dikumpulkan kemudian mengikat tangkai- tangkai bunga tersebut berisi sekitar 50-1000 tangkai. Setelah itu, dilakukan penyortiran dan penggolongan tipe bunga, warna dan varietasnya. Kriteria utama bunga potong meliputi penampilan yang baik, menarik, sehat dan bebas hama dan penyakit. Kriteria ini dibedakan menjadi 3 kelas yaitu Kelas I untuk konsumen di hotel dan florist besar, yaitu panjang tangkai bunga lebih dari 70 cm, diameter pangkal tangkai bunga lebih 5 mm, Kelas II dan III untuk konsumen rumah tangga, florits menengah dan dekorasi massal yaitu panjang tangkai bunga kurang dari 70 cm dan diameter pangkal tangkai bunga kurang dari 5 mm. Setelah penyortiran dan penggolongan selesai, dilakukan pengemasan dan pengangkutan. 4

2.3.2 Bunga Potong Anyelir

Bunga anyelir telah banyak dijual di pasaran dan telah dibudidayakan di Indonesia sekian lama. Pada masa sekarang, bunga anyelirsudah jauh berbeda dari bunga asalnya. Menurut Rismunandar dalam Soekartawi 2002, sejak William Sin pada tahun 1938 berhasil menyoilangkan bunga ini, lahirlah ratusan varietas baru dengan sifat-sifat yang unggul, seperti tangkainya panjang, mahkota bunga lebih besar dan penuh, gradasi warna yang halus serta mampu berbunga terus sepanjang tahun. 4 http:www.ristek.go.id . Tentang Budidaya Pertanian: Krisan. Diakses tanggal 14 januari 2008. A. Budidaya Bunga Potong Anyelir Seperti tanaman bunag yang lain, daerah tumbuh bunga anyelir sifatnya tertentu. Untuk dapat menghasilkan bunga potong yang baik, anyelir menghendaki iklim cerah karena merupakan tanaman yang menyukai sinar matahari. Tanaman anyelir menyukai tanah yang gembur dengan pH 6-8 dan tanah yang berkadar humus tinggi, tetapi tidak menghendaki air yang menggenang dalam waktu yang relatif lama. Oleh karena itu, anyelir menghendaki tanah yang daya serap airnya cukup tinggi. Dengan demikian bila kekurangan air pada saat musim kemarau perlu diperhatikan pengairannya. Teknik pemupukan bunga anyelir di Indonesia, bervariasi. Namun, dapat dianjurkan setiap 100 m 2 lahan dapat diberi pupuk kandang atau kompos 1-3 m 3 atau lebih, tergantung pada kesuburan tanahnya. Kemudian ditambah dengan 5kg superfosfat atau 2.5kg DS. Kedua pupuk ini dimasukkan ke dalam tanah bersamaan dengan penggarapan tanah. Maksudnya agar tercipta media tumbuh yang memadai. Sedangkan pemupukan tambahan dapat diberikan dalam bentuk pupuk campuran sebanyak 1-2 kg per 100 m 2 dengan dua kali pengulangan atau tergantung kopndisi tanahnya. Tanaman anyelir yang berasal dari stek akan berbunga setelah 2-3 bula kemudian tergantung jenisnya. Untuk mendapatkan ukuran bunga yang besar, dapat dilakukan dengan cara membuang bunga samping dan memelihara bunga yang tersisa bunga pokok. Selanjutnya perlu diperhatikan pula tentang pemberian naungan dari plastik di atas bedengan agar diperoleh bunga yang bermutu baik. Hujan yang langsung turun di atas bunga yang sedang berkembang dapat menurunkan kualitas bunga. Begitu pula halnya dengan sengatan matahari yang dapat merusak helaian mahkota bunga dan dapat memudarkan warna bunga. Oleh karena itu peranan naungan sangat penting untuk diperhatikan. B. Pembentukan Batang dan Panen Pembentukan batang baru atau perbanyakan anyelir dapat dilakukan melalui biji dan stek. Perkembangbiakan dengan biji dapat dilakukan dengan cara menyemaikan biji dalam bak yang diisi dengan media pasir, kompos, dan tanah gembur dengan perbandingan yang sama. Setiap 1 cm 2 bak disemaikan satu gram biji, setelah berumur satu bulan semaian dipindahakan ke tempat pembiakan dengan jarak tanam 5x5 cm. Sebulan kemudian, semaian sudah dapat dipindahkan ke lapangan. Selain perkembangbiakan dengan biji, dapat pula dikembangbiakan dengan cara stek. Pengambilan stek sebaiknya dari bagian tengah batang karena stek pucuk masih merupakan stek yang lemah. Sebelum stek ditanam sebaiknya diberikan zat penumbuh akar misalnya rootone. Setelah itu, stek dimasukkan ke dalam pasir atau sekam bakar. Hal yang harus diperhatikan, kelembaban lingkungan stek harus tetap terjamin agar terhindar dari kepanasan. Pembiakan dengan stek ini paling banyak dilakukan dalam membudidayakan bunga potong anyelir. Jarak tanam anyelir dapat bervariasi, dapat dilakukan dengan jarak tanam rata-rata 25 cm x 25 cm atau 30 cm x 30 cm. Umumnya anyelir ditanam diatas bedengan satu meter agar mudah dipelihara. Hal ini maksudnya untuk menjaga iklim mikro tanaman yang baik untuk perkembangan vegetatifnya. Kegiatan pemotongan bunga sebaiknya dilakukan pagi hari bila bunga sudahn membuka dan sudah tidak ada embun yang melekat pada bunga. Setelah itu, batang bunga segera dimasukkan ke dalam air untuk kemudian dibawa ke tempat penampungan atau tempat penyortiran. Penyortiran dilakukan sesuai dengan mutu dan warna. Bunga yang cacat, rusak serta terkena penyakit sebaiknya dipisahkan.

2.4 Peluang Agribisnis Tanaman Hias

Agribisnis tanaman hias dapat menjadi potensi dan peluang bagi Indonesia. Sistem produksi dan pemasaran tanaman hias di Indonesia pada umumnya masih bersifat konvensional. Dengan usaha agribisnis tanaman hias akan dapat mendorong perekonomian bagi masyarakat yang mengembangkannya. Eksistensi usaha tanaman hias cenderung memberikan prospek yang cerah terkait dengan trend masyarakat yang cepat berubah sehingga perlunya sosialisasi antar sesama pelaku pasar tanaman hias. Budidaya tanaman hias, menuntut penanganan yang spesifik dan berbeda-beda. Peluang untuk mengembangkan budidaya tanaman Hias, sangat berguna untuk memenuhi kebutuhan baik dalam maupun luar negeri agaknya tetap terbuka. Dalam hal masalah pemasaran, memberikan resep yang sangat berguna yang selama ini dilakukan yakni dengan mengikuti kegiatan pameran yang merupakan promosi, membuka agen di kota-kota besar yang ada di Indonesia, dan membuka show room. Pameran merupakan sarana promosi yang tepat untuk memasarkan tanaman hias yang dimiliki sebuah usaha. Dalam pameran, pengusaha akan memperoleh masukan langsung dari konsumen. Pameran juga umumnya dijadikan sebagai ajang untuk memperkenalkan jenis tanaman hias baru yang berhasil dikembangkan. Negara-negara lain yang berperan dalam perdagangan dunia florikultura antara lain adalah Belanda 59, Kolumbia 10, Italia 6, Israel 4, Spanyol 2, dan Kenya 1. Di kawasan Asia Tenggara, beberapa negara produsen florikultura yang perlu diperhitungkan memiliki prospek untuk perdagangan florikultura adalah Thailand dan Malaysia. Jenis tanaman hias di Indonesia masih memiliki peluang pasar yang sangat potensial untuk dikembangkan. Dengan melihat peluang pasar dunia untuk negara-negara ekspor florikultura, kemungkinan besar Indonesia masih diperhitungkan termasuk di dalam list pangsa pasar ekspor dunia BPS, 2006. 5

2.4 Peluang Agribisnis Bibit Tanaman Hias