6.2.5 Kendala Larutan HPT
Larutan HPT yang digunakan untuk pemeliharaan dan perawatan oleh PT. Inggu Laut Abadi adalah insektisida dan fungisida. Pestisida yang digunakan
terdiri dari trigard, marshall, proclaim dan amistar yang dilarutkan dalam air setiap kali melakukan penyemprotan. Setiap kali penyemprotan, pestisida
dilarutkan dalam 16 liter air dengan konsentrasi yang berbeda-beda setiap jenis pestisida yang digunakan. Untuk menghasilkan satu liter pestisida diperlukan
biaya sebesar Rp 938,75. Penyemprotan larutan dilakukan setiap satu minggu sekali dengan jadwal
penyemprotan bergantian antara laruan insektisida dan larutan pestisida. Dalam satu minggu dilakukan dua kali penyemprotan baik untuk bibit krisan maupun
bibit anyelir. Bibit indukan krisan memiliki masa produksi selama dua minggu dari tahap pinching, sehingga untuk menghasilkan 5.000 tanaman diperlukan
larutan HPT sebanyak 64 liter. Setelah tahap pinching, bibit krisan memiliki masa produksi selama dua minggu sehingga larutan HPT yang diperlukan untuk 10.000
bibit adalah 64 liter. Berbeda dengan bibit indukan krisan, larutan HPT yang diperlukan untuk 5.000 bibit anyelir adalah 128 liter karena masa produksinya
selama satu bulan setelah tahap pinching. Koefisien untuk fungsi kedala larutan HPT ini adalah banyaknya larutan HPT yang diperlukan untuk memperoleh satu-
satuan bibit tanaman hias. Nilai ruas kanan diperoleh dari ketersediaan larutan HPT selama satu tahun. Ketersediaan larutan HPT dalam satu tahun 43.008 liter.
Fungsi kendala larutan HPT dapat dirumuskan sebagai berikut:
0.0128X1 +0.0064X2 + 0.0256X3 ≤ 43.008 liter
6.2.6 Kendala Sekam Bakar
Sekam bakar merupakan media tanam yang digunakan pada tahap aklimatisasi, runut generasi serta rooting atau perakaran bibit indukan maupun
produksi. Sekam bakar yang digunakan untuk media tanam ini terlebih dahulu diberikan larutan bakterisida untuk membunuh bakteri yang tertinggal dalam
media tersebut serta untuk meminimalkan kontaminasi bibit. Bibit indukan krisan menggunakan media sekam bakar untuk tahapan
runut generasi dan rooting. Tahapan rooting dilakukan dengan menggunakan keranjang rooting dengan kapasitas tanaman 150 bibit indukan. Satu keranjang
rooting membutuhkan satu kilogram sekam bakar, sehingga untuk satu bibit indukan krisan membutuhkan 0,0067kg dengan harga per kilogram sekam bakar
sebesar Rp 6.500,00. Biaya sekam bakar untuk satu bibit indukan krisan sebesar Rp 43,55.
Bibit produksi krisan menggunkan media sekam bakar hanya untuk kegiatan rooting. Kegiatan rooting atau perakaran ini dilakukan pada bak dengan
ukuran 1,2 m x 6 m, sehingga luas bak rooting tersebut seluas 7,2 m
2
. Kapasitas bak seluas 7,2 m
2
tersebut adalah 7.000 bibit untuk satu kali rooting. Sekam bakar yang diperlukan untuk satu bak yaitu 35 kg untuk tiga kali rooting, sehingga
sekam bakar yang diperlukan untuk satu bibit produksi krisan yaitu 0.00167kg. Biaya sekam bakar untuk satu bibit produksi krisan adalah Rp 10,855.
Berbeda dengan bibit produksi krisan, kapasitas bak rooting seluas 7,2 m
2
adalah 5.000 bibit produksi anyelir karena jarak tanam untuk rooting bibit anyelir ini lebih luas daripada krisan, sehingga sekam bakar yang digunakan untuk
menghasilkan satu bibit anyelir yaitu 0.0024kg dengan biaya Rp 15,60.
Fungsi kendala media sekam bakar untuk model optimalisasi dapat dirumuskan sebagai berikut:
0,0067X1 + 0,00167X2 + 0,0024X3 ≤ 1200kg
6.2.7 Kendala Indukan untuk bibit indukan krisan