22 Kawasan hutan BKPH Pangalengan merupakan daerah pegunungan
dengan ketinggian diatas 1.400 m dpl-1.700 m dpl, beriklim dingin dengan suhu udara rata-rata 20
o
C, kelembaban udara sekitar 75-90, curah hujan 1.250 mmtahun serta mempunyai kesuburan tanah pegunungan yang
memadai untuk pertanian dan perkebunan. Kawasan BKPH Pangalengan sebagian besar berbentuk lapangan bergelombang. Pada kawasan ini juga
terdapat hulu sungai DAS Citarum yang sangat potensial, sungai tersebut mengalir sampai ke Pantai Utara Jawa Barat, sehingga perlu perhatian serius
untuk menjaga baik keamanannya maupun kelestariannya. Sesuai dengan kondisi fisiknya, kawasan hutan BKPH Pangalengan
terbagi menjadi Blok Perlindungan seluas 5.699,17 ha dan Blok Pemanfaatan seluas 3.035,50 ha.
Jenis tanaman kehutanan pada BKPH Pangalengan berupa rimba campur yang terdiri dari rasamala, eucalyptus, pinus, dan lain-lain. Selain itu
kawasan hutan BKPH Pangalengan juga memiliki potensi lahan yang cukup subur untuk ditanami oleh jenis tanaman tertentu diantara tanaman kehutanan.
Saat ini program yang sedang digalakkan oleh BKPH Pangalengan yakni program PHBM Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat di bidang
agroforestry dengan mengembangkan beberapa komoditi yang ditanam di antara tanaman kehutanan yakni rumput gajah, kopi, murbei, terong kori, dan
lain-lain. Program ini bertujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan mengurangi para perambah hutan selain itu juga lingkungan hutan akan
terjamin baik keamanan maupun kelestariannya. Melalui sistem PHBM yang sedang digalakkan, dari 16 desa hutan di
BKPH Pangalengan, saat ini telah terbentuk 14 Lembaga Masyarakat Desa Hutan LMDH yang terdiri dari 72 Kelompok Tani Hutan KTH. Dari 14
LMDH, 11 LMDH diantaranya telah mempunyai Akta Notaris. Sedangkan yang telah melakukan perjanjian kerjasama dengan Perum Perhutani sebanyak
10 LMDH. Potensi lain di kawasan hutan BKPH Pangalengan berupa wana wisata
hulu sungai Citarum RPH Wayang Windu dan pemandian air panas Cibolang, namun masih perlu dikembangkan terus guna meningkatkan minat
23 pengunjung. Potensi wisata lain yang belum dikembangkan berupa arung
jeram di Rahong RPH Pangalengan, dan Kawah Gunung Wayang.
B. Keadaan Sosial Ekonomi Penduduk
Berdasarkan data monografi, penduduk Kecamatan Pangalengan berjumlah 124.498 jiwa dengan 35.576 kepala keluarga. Berdasarkan jenis
kelamin penduduk Kecamatan Pangalengan terdiri dari 62.363 jiwa laki-laki dan 62.135 jiwa perempuan Pemerintah Kabupaten Bandung, 2005.
Sebagian besar mata pencaharian penduduk Kecamatan Pangalengan adalah petani dengan jumlah 52.270 orang, pengusaha sedangbesar sebanyak
993 orang, perajin 2.675 orang, pedagang 3.466 orang, buruh perkebunan sebanyak 10.230 orang, transportasi 1.687 orang, pegawai negeri sipil 3.627
orang, ABRI 190 orang, dan pensiunan ABRIPNS 2.271 orang. Jumlah pencari kerja pria sebanyak 1.953 orang dan wanita berjumlah 1.302 orang.
Mayoritas penduduk Kecamatan Pangalengan mengandalkan sektor pertanian sebagai mata pencaharian utama Pemerintah Kabupaten Bandung, 2005.
Jumlah penduduk Kecamatan Pangalengan yang belum sekolah sebesar 22.326 orang, tidak tamat sekolah SD sebanyak 526 orang, tamat SD
sebanyak 53.816 orang, tamat SMP 24.321 orang, tamat SMU 6.076 orang, tamat akademi 2.344 orang, tamat perguruan tinggi 694 orang, dan penduduk
yang buta huruf sebanyak 1.119 orang Pemerintah Kabupaten Bandung, 2005.
Jumlah penduduk dan pendidikan masyarakat sangat berpengaruh terhadap keadaan ekonomi, dimana sebagian besar masyarakat bermata
pencaharian sebagai petani hortikultura. Hal tersebut karena keadaan topografi dan iklim yang cocok di Kecamatan Pangalengan sangat menunjang
perekonomian di bidang pertanian.
24
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Identifikasi dan Evaluasi Faktor Internal dan Faktor Eksternal
Identifikasi dan evaluasi faktor internal dan eksternal pada usaha persuteraan alam ini dilakukan dengan menggunakan metode SWOT. Metode
SWOT adalah membandingkan antara faktor eksternal peluang opportunities dan ancaman threats dengan faktor internal kekuatan strengths dan
kelemahan weaknesses Rangkuti, 2000. Analisis ini menghasilkan peubah-peubah yang bersifat strategis unsur
internal dan unsur eksternal serta nilai pengaruh yang bersifat strategis terhadap pengembangan usaha persuteraan alam Selanjutnya dengan
menggunakan diagram SWOT dan matriks SWOT akan menghasilkan arahan strategi dalam pengembangan usaha persuteraan alam.
1. Kekuatan
Tabel 6 menyajikan peubah-peubah unsur kekuatan yang berpengaruh terhadap pembangunan usaha persuteraan alam dan nilai pengaruhnya.
Peubah-peubah ini harus dipertahankan dan ditingkatkan supaya usaha persuteraan alam dapat berkembang.
Tabel 6. Peubah-peubah Unsur Kekuatan dan Nilai Pengaruhnya
No. 1
Peubah 2
Nilai Pengaruh
3 1. Kondisi
biofisik lingkungan
menunjang 0,618
2. Keuntungan yang cukup tinggi 0,444
3. Dapat dilakukan oleh pria, wanita, dewasa dan anak-anak 0,433
4. Peningkatan penghasilan
0,381 5. Ketersediaan
SDM 0,376
6. Waktu dari penanaman murbei hingga produksi kokon singkat 0,374
7. Pemanfaatan lahan
kehutanan 0,355
8. Teknologi cukup
sederhana 0,321
Jumlah 3,302