16 internal. Sedangkan kuadran 4 merupakan situasi yang sangat tidak
menguntungkan, usaha tersebut menghadapi berbagai ancaman dan kelemahan internal.
Peluang dan ancaman eksternal lebih sistematis bila dibandingkan dengan kekuatan dan kelemahan dalam pendekatan yang terstruktur. Hal
ini memunculkan empat pola strategi sebagai hasil perpaduan situasi internal dan eksternal perusahaan. Pendekatan ini dapat ditampilkan dalam
sebuah matriks SWOT yang disajikan pada Tabel 3. Tabel 3. Matriks SWOT
IFAS EFAS
Strengths S Weaknesses W
Opportunities O
Strategi SO Ciptakan strategi yang
menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan
peluang Strategi WO
Ciptakan strategi yang meminimalkan
kelemahan untuk memanfaatkan peluang
Threats T
Strategi ST Ciptakan strategi yang
menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman
Strategi WT Ciptakan strategi yang
meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman
Sumber : Rangkuti, 2000
Strategi SO dibuat dengan berdasarkan jalan pikiran perusahaan untuk merebut dan memanfaatkan peluang dengan sebesar-besarnya.
Strategi ST adalah strategi dalam menggunakan kekuatan yang dimiliki perusahaan untuk mengatasi ancaman. Strategi WO diterapkan
berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada. Sedangkan strategi WT didasarkan pada kegiatan
yang bersifat defensif dan berusaha meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman Rangkuti, 2000.
2. Model Interpretasi Struktural
Analisis struktural menggunakan teknik ISM Interpretative Structural Modelling
. Metodologi dan teknik ISM dibagi menjadi dua bagian yaitu penyusunan hierarki dan klasifikasi sub-elemen. Prinsip
17 dasarnya adalah identifikasi dari struktur di dalam suatu sistem akan
memberikan nilai manfaat yang tinggi guna meramu sistem secara efektif dan untuk pengembilan keputusan yang lebih baik.
a. Penyusunan Hierarki
Penyusunan hierarki adalah menentukan tingkat jenjang struktur dari suatu sistem untuk lebih menjelaskan pemahaman hal yang sedang
dikaji. Struktur menggambarkan pengaturan dari elemen-elemen dan hubungan antar elemen dalam membentuk suatu sistem.
Program yang sedang ditelaah perjenjangan strukturnya dibagi menjadi elemen-elemen dimana setiap elemen selanjutnya diuraikan
menjadi sejumlah sub-elemen. Menurut Saxena, 1992 dalam Eriyatno, 1999 program dapat dibagi menjadi 9 elemen, namun pada penelitian ini
hanya menggunakan 6 elemen yakni 1 Sektor masyarakat yang terpengaruhi; 2 Tujuan program; 3 Kebutuhan program; 4 Kendala
utama; 5 Lembaga yang terkait dengan program; dan 6 Perubahan yang dimungkinkan.
Hubungan kontekstual pada teknik ISM dinyatakan dalam terminologi sub-ordinat yang menuju perbandingan berpasangan antar
sub-elemen. Keterkaitan antar sub-elemen dapat dilihat pada Tabel 4. Berdasarkan pertimbangan hubungan kontekstual maka disusunlah
Structural Self-Interaction Matrix SSIM. Penyusunan SSIM
menggunakan simbol V, A, X dan O dimana V adalah e
ij
= 1 dan e
ji
= 0, A adalah e
ij
= 0 dan e
ji
= 1, X adalah e
ij
= 1 dan e
ji
= 1 dan O adalah e
ij
= 0 dan e
ji
= 0. Dengan pengertian simbol 1 adalah terdapat atau ada hubungan kontekstual, sedangkan simbol 0 adalah tidak tertapad
hubungan kontekstual antara elemen i dan j dan sebaliknya. Setelah SSIM dibentuk, kemudian dibuat tabel Reachibility Matrix
dengan mengganti V, A, X, O menjadi bilangan 1 dan 0. Dan setelah melalui proses modifikasi berdasarkan aturan transitivity maka dihasilkan
suatu SSIM akhir dan Reachibility Matrix akhir.