24
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Identifikasi dan Evaluasi Faktor Internal dan Faktor Eksternal
Identifikasi dan evaluasi faktor internal dan eksternal pada usaha persuteraan alam ini dilakukan dengan menggunakan metode SWOT. Metode
SWOT adalah membandingkan antara faktor eksternal peluang opportunities dan ancaman threats dengan faktor internal kekuatan strengths dan
kelemahan weaknesses Rangkuti, 2000. Analisis ini menghasilkan peubah-peubah yang bersifat strategis unsur
internal dan unsur eksternal serta nilai pengaruh yang bersifat strategis terhadap pengembangan usaha persuteraan alam Selanjutnya dengan
menggunakan diagram SWOT dan matriks SWOT akan menghasilkan arahan strategi dalam pengembangan usaha persuteraan alam.
1. Kekuatan
Tabel 6 menyajikan peubah-peubah unsur kekuatan yang berpengaruh terhadap pembangunan usaha persuteraan alam dan nilai pengaruhnya.
Peubah-peubah ini harus dipertahankan dan ditingkatkan supaya usaha persuteraan alam dapat berkembang.
Tabel 6. Peubah-peubah Unsur Kekuatan dan Nilai Pengaruhnya
No. 1
Peubah 2
Nilai Pengaruh
3 1. Kondisi
biofisik lingkungan
menunjang 0,618
2. Keuntungan yang cukup tinggi 0,444
3. Dapat dilakukan oleh pria, wanita, dewasa dan anak-anak 0,433
4. Peningkatan penghasilan
0,381 5. Ketersediaan
SDM 0,376
6. Waktu dari penanaman murbei hingga produksi kokon singkat 0,374
7. Pemanfaatan lahan
kehutanan 0,355
8. Teknologi cukup
sederhana 0,321
Jumlah 3,302
25 Penjelasan setiap peubah yang bersifat strategis unsur kekuatan disajikan
berikut ini. a. Kondisi biofisik lingkungan menunjang
Kesesuaian suhu udara akan mempermudah usaha persuteraan alam, karena tidak memerlukan perlakuan-perlakuan khusus. Suhu udara
ideal untuk pemeliharaan ulat sutera adalah 20–30
o
C. Suhu seperti ini biasanya terdapat di tempat yang memiliki ketinggian sekitar 400 m dpl-
800 m dpl. Selain itu dalam pemeliharaan ulat sutera dibutuhkan kelembaban ideal yang berkisar antara 70-90 Tim Penulis Penebar
Swadaya, 1995. Secara umum, daerah Pangalengan merupakan daerah pegunungan
dengan suhu udara rata-rata 20
o
C dan memiliki kelembaban udara sekitar 75-90 serta mempunyai tanah yang cukup subur. Kondisi ini sangat
menunjang terhadap pemeliharaan ulat sutera dan penanaman tanaman murbei sebagai bahan makanan ulat sutera.
b. Keuntungan yang cukup tinggi Keuntungan usaha kokon per kotak per siklus produksi di
Kabupaten Garut yaitu Rp 35.278, di Sukabumi Rp 139.397, sedangkan di Soppeng Rp 83.288 Tim Peneliti IPB, 2006.
Bila diusahakan dalam skala yang cukup besar serta didukung oleh para petani sutera yang lain, maka usaha ini akan menghasilkan cukup
banyak keuntungan. Namun saat ini pengusahaan sutera alam masih dilakukan secara sederhana dengan modal yang minim sehingga
keuntungan yang didapatkan tidak begitu banyak. c. Dapat dilakukan oleh pria, wanita, dewasa dan anak-anak
Memelihara ulat sutera tidak terlalu sulit. Setiap orang baik pria maupun wanita dan baik dewasa maupun anak-anak dapat melakukannya
dengan bekal keterampilan yang cukup mengenai cara-cara pemeliharaan ulat sutera yang benar. Tetapi pada kenyataan di lapangan, usaha ini
masih didominasi oleh orang dewasa pria dan wanita. Karena di Pangalengan kegiatan ini dilakukan pada wilayah hutan yang cukup jauh
dari pemukiman petani.