Strategi Pengembangan Stategi Pengembangan Usaha Persuteraan Alam di Kecamatan Pangalengan BPKH Pangalengan, KPH Bandung Selatan Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten

61 pembudidayaan tanaman murbei sehingga pakan ulat sutera dapat terjamin ketersediaannya. Kebutuhan yang paling penting adalah adanya permodalan dalam usaha persuteraan alam. Sedangkan di Kecamatan Pangalengan permodalan merupakan unsur kelemahan yang sangat mempengaruhi usaha tersebut. Masyarakat masih membutuhkan bantuan berupa kredit usaha serta penyediaan sarana dan prasarana dari pemerintah atau dari para investor. Beberapa analisis menyatakan bahwa sutera alam mempunyai prospek yang baik, dan diperkirakan permintaan sutera akan meningkat antara 2 – 3 per tahun ISA sementara FAO meramalkan lebih besar hingga 5, sementara peningkatan permintaan di Indonesia sendiri diperkirakan mencapai 12,24 Kuncoro, 2000 dalam Pemda Kabupaten Tasikmalaya, 2003. Peluang tersebut sangat baik dan dapat dimanfaatkan oleh masyarakat Kecamatan Pangalengan untuk mengembangkan usaha persuteraan alam. Ancaman yang paling berpengaruh dalam usaha persuteraan alam di Pangalengan adalah adanya penghasilan yang lebih besar selain dari usaha persuteraan alam. Hal ini karena usaha persuteraan alam di Pangalengan belum cukup besar dan kuat, sehingga kontribusi dalam memenuhi pendapatan petani belum begitu terasa. Petani murbei dan ulat sutera adalah sektor masyarakat yang terpengaruhi dan merupakan kunci keberhasilan usaha persuteraan alam di Pangalengan. Oleh karena itu petani harus lebih aktif dalam upaya pengembangan usaha persuteraan alam. Pengembangan usaha persuteraan alam memiliki beberapa tujuan salah satunya adalah meningkatkan kegiatan persuteraan alam agar dapat memenuhi permintaan akan benang sutera yang makin meningkat tiap tahunnya. Maka diharapka pengembangan usaha persuteraan alam dapat memenuhi kebutuhan akan benang sutera juga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat Pangalengan. Permodalan merupakan kebutuhan yang sangat dibutuhkan dalam pengembangan usaha persuteraan alam. Pemerintah perlu memberikan fasilitas kepada petani agar para petani dan pengusaha persuteraan alam 62 mendapatkan kredit usaha untuk melakukan usaha pesuteraan alam. Namun bantuan tersebut hingga saat ini belum dapat terpenuhi, oleh karena itu pada pengembangan usaha persuteraan alam di Pangalengan, permodalan merupakan kendala utamanya. Lembaga yang berhubungan langsung dengan pengembangan usaha persuteraan alam antara lain BKPH Pangalengan dan KPH Bandung Selatan karena Kecamatan Pangalengan adalah merupakan bagian dari wilayahnya. Keterlibatan BKPH Pangalengan dan KPH Badung Selatan meliputi penyusunan rencana pengembangan usaha persuteraan alam di Kecamatan Pangalengan serta pembinaan dan penyuluhan pada para petani. Peningkatan kualitas sumberdaya manusia perlu dilakukan dalam usaha persuteraan alam. Selain itu pengembangan usaha sutera alam juga membutuhkan beberapa implikasi yang perlu diperhatikan, di antaranya reorientasi arah dan kebijakan pengembangan secara terpadu dan beroreintasi ekonomi, perlunya iklim usaha yang kondusif, revitalisasi dan optimalisasi lembaga pendukung dan lembaga pelayanan, peningkatan keterlibatan dan investasi pemerintah, pembinaan intensif, pemberian kredit usaha, penelitian dan pengembangan teknologi secara dinamis Tim Peneliti IPB, 2006. Dari hasil analisis strategis dan analisis struktural dapat dirumuskan beberapa strategi yang dapat dilakukan dalam rangka pengembangan usaha persutraan alam di Pangalengan, antara lain pemanfaatan kondisi alamuntuk memperluas usaha, pemanfaatan sumberdaya manusia, pemberian kredit usaha dan penguatan kelembagaan. VI. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Pada pengembangan usaha persuteraan alam di Pangalengan dapat diketahui unsur kekuatan yang paling berpengaruh adalah kondisi biofisik yang menunjang usaha persuteraan alam. Unsur kelemahan yang paling berpengaruh adalah keterbatasan modal. Unsur peluang yang paling berpengaruh adalah meningkatnya permintaan akan kain sutera tiap tahun. Sedangkan unsur ancaman yang paling berpengaruh adalah adanya penghasilan yang lebih menjanjikan dari bidang selain persuteraan alam. 2. Pada model interpretasi struktural, sub-elemen kunci pada elemen sektor masyarakat yang terpengaruhi dan lembaga yang terkait dengan program berada pada sektor 3 yang berarti bahwa dalam melakukan tindakan terhadap sub-elemen harus hati-hati karena akan mempengaruhi sub-elemen lainnya. Sub-elemen kunci pada elemen kebutuhan dari program dan perubahan yang dimungkinkan termasuk dalam sektor 4 yang berarti bahwa sub-elemen kunci tersebut harus dapat mengerakkan sub-elemen lainnya usaha persuteraan alam dapat terus berkembang. Dan sub-elemen kunci pada elemen tujuan program, kendala utama dan lembaga yang terkait dengan program termasuk pada sektor 3 dan 4. Sub-elemen tersebut memerlukan perhatian agar dapat menunjang usaha persuteraan alam. 3. Beberapa strategi yang dapat dilakukan dalam rangka pengembangan usaha persuteraan alam di Pangalengan, antara lain pemanfaatan kondisi alam untuk memperluas usaha, pemanfaatan sumberdaya manusia, pemberian kredit usaha dan penguatan kelembagaan.

B. Saran

1. Sebaiknya menjalin kerjasama yang baik dengan berbagai pihak agar tujuan dari kegiatan persuteraan alam dapat terwujud. 2. Membuka peluang bagi para investor untuk menanamkan modal dalam usaha persuteraan alam agar potensi alam dapat dimanfaatkan dengan baik.. DAFTAR PUSTAKA Atmosoedarjo, H.S, J. Kartasubrata, W. Saleh, dan W. Moerdoko. 2000. Sutera Alam Indonesia. Yayasan Sarana Wana Jaya. Jakarta. Balai Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah Brantas. 2000. Petunjuk Kerja Pengembangan Persuteraan Alam. Balai Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah Brantas. Surabaya. BKPH Pangalengan. 2005. Laporan Tahunan BKPH Pangalengan. BKPH Pangalengan. Bandung. ________________. 2006. Selayang Pandang Proses PHBM Budidaya Murbei. BKPH Pangalengan. Bandung Cahyono, B. 1999. Manajemen Strategi. Badan Penerbit IPWI. Jakarta. David, F. 2003. Strategic Management. Prentice Hall International, Inc. Canada. Eriyatno, 1998. Ilmu Sistem : Meningkatkan Mutu dan Efektivitas Manajemen. IPB Press. Bogor. Fauziyah, E. 2003. Strategi Pengembangan Usaha Persuteraan Alam di Kabupaten Sukabumi, Propinsi Jawa Barat. Skripsi. Jurusan Manajemen Hutan. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Guntoro, S. 1994. Budidaya Ulat Sutera. Kanisius. Yogyakarta. Herminanto. 2006. Teknologi Serikultur Ulat Sutera Standar Nasional dan Alat Pemintal Kokon. http:www.dikti.orgp3mvucer904005s.html [25 Mei 2006] Katsumata, F. 1964. Petunjuk Sederhana Bagi Pemelihara Ulat Sutera. Tokyo : Japan. Pemerintah Daerah Kabupaten Tasikmalaya. 2005. Sutera Alam. http:www.tasikmalaya.go.idsuteraalam.php. [28 Desember 2005] Pusat Penyuluhan Kehutanan dan Perkebunan. 1999. Budidaya Ulat Sutera. Departemen Kehutanan dan Perkebunan. Jakarta. Rangkuti, F. 2000. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. Gramedia. Jakarta.