18 Hasil akhir Reachibility Matrix dapat menunjukkan hubungan antar
sub elemen yang diaplikasikan dalam bentuk grafis pada diagram model struktural tiap elemen program.
Tabel 4. Keterkaitan Antar Sub-elemen pada Teknik ISM No.
Jenis Interpretasi
1. Perbandingan comparative
• A lebih pentingbesarindah daripada B
2. Pernyataan definitive
• A adalah atribut B • A termasuk dalam B
• A mengartikan B 3. Pengaruh
infleunce • A menyebabkan B
• A adalah sebagian penyebab B • A mengembangkan B
• A menggerakkan B • A meningkatkan B
4. Keruangan spatial
• A adalah selatanutara B • A di atas B
• A sebelah kiri B 5. Kewaktuan
temporal time scale
• A mendahului B • A mengikuti B
• A mempunyai prioritas lebih dari B
Sumber : Eriyatno, 1999
b. Klasifikasi Sub-elemen
Pada penentuan model interptretasi struktural dengan teknik ISM, beragam sub-elemen dalam suatu elemen yang telah disusun dengan
Structural Self–Interaction Matrix SSIM dan Reachability Matrix
kemudian disusun dalam Driver–Power–Dependence Matrix, yaitu mengklasifikasikan sub-elemen ke dalam 4 sektor yakni :
Sektor 1: Weak driver-weak dependent variables. AUTONOMOUS. Peubah di sektor ini umumnya tidak berkaitan dengan sistem,
dan mungkin mempunyai hubungan kecil, meskipun hubungan itu bisa saja kuat.
Sektor 2: Weak driver-strongly dependent variables. DEPENDENT. Umumnya peubah di sini adalah peubah tidak bebas.
19 Sektor 3: Strong driver-strongly dependent variables. LINKAGES.
Peubah pada sektor ini harus dikaji secara hati-hati sebab hubungan antar peubah adalah tidak stabil. Setiap tindakan
pada peubah itu akan memberikan dampak terhadap lainnya dan umpan balik pengaruhnya bisa memperbesar dampak.
Sektor 4 : Strong drive-weak dependent variables. INDEPENDENT. Peubah pada sektor ini merupakan bagian sisa dari sistem dan
disebut peubah bebas. Dalam keseluruhan proses teknik ISM maka berbagai urutan kerja
dari tahap penyusunan hierarki sampai hasil analisis dapat dilihat pada Gambar 4.
20
Gambar 4. Diagram Teknik ISM Eriyatno, 1999
PROGRAM
Tentukan hubungan kontekstual antara sub-elemen pada setiap elemen Uraikan setiap elemen menjadi sub-elemen
Susunlah SSIM untuk setiap elemen Uraikan program menjadi perencanaan
Bentuk Reachibility matrix setiap elemen Uji matriks dengan aturan transtivity
Modifikasi SSIM
Tentukan level melalui pemilihan
Ubah RM menjadi format Lower
Triangular RM
Susun diagram dari Lower Triangular
RM Tetapkan driver
dependence matrix setiap
elemen Tentukan rank dan hierarki
dari sub elemen Tetapkan Driver dan Driver
power setiap sub elemen
Klasifikasi sub elemen pada empat peubah
kategori Plot sub elemen pada
empat sektor Susunlah ISM dari setiap
elemen OK ?
IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN
A. Kondisi Fisik
Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan BKPH Pangalengan merupakan salah satu bagian dari unit kerja Kesatuan Pemangkuan Hutan KPH
Bandung Selatan di bawah pengelolaan Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten.
Wilayah BKPH Pangalengan secara administratif berada pada Kecamatan Kertasari dan Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung,
Propinsi Jawa Barat. Kecamatan Pangalengan terdiri dari 11 desa hutan dan Kecamatan Kertasari terdiri dari 5 desa hutan. Penelitian ini dilaksanakan
pada Kecamatan Pengalengan yang merupakan bagian dari BKPH Pangalengan.
Batas wilayah kerja BKPH Pangalengan yaitu : Sebelah Utara
: Perkebunan teh Kertamanah, wilayah hutan BKPH Banjaran dan BKPH Ciparay KPH Bandung Selatan.
Sebelah Timur : Batas hutan KPH Garut.
Sebelah Selatan : Perkebunan teh Pasir Malang dan wilayah hutan
BKPH Cileuleuy KPH Garut. Sebelah Barat
: Wilayah hutan BKPH Ciwidey KPH Bandung Selatan. Luas kawasan hutan BKPH Pangalengan adalah 8.736,81 ha yang
seluruhnya berstatus Hutan Lindung. Pembagian luas hutan BKPH Pangalengan dapat dilihat pada Tabel 5 berikut ini.
Tabel 5. Luas Kawasan Hutan BKPH Pangalengan No.
1
Resort Pemangkuan Hutan RPH
2
Luas Hutan ha
3
1. Papandayan 1.077,00
2. Wayang Windu
2.749,38 3. Pangalengan
1.935,77 4. Kancana
2.974,66 Jumlah
8.736,81
Sumber : BKPH Pangalengan, 2005
22 Kawasan hutan BKPH Pangalengan merupakan daerah pegunungan
dengan ketinggian diatas 1.400 m dpl-1.700 m dpl, beriklim dingin dengan suhu udara rata-rata 20
o
C, kelembaban udara sekitar 75-90, curah hujan 1.250 mmtahun serta mempunyai kesuburan tanah pegunungan yang
memadai untuk pertanian dan perkebunan. Kawasan BKPH Pangalengan sebagian besar berbentuk lapangan bergelombang. Pada kawasan ini juga
terdapat hulu sungai DAS Citarum yang sangat potensial, sungai tersebut mengalir sampai ke Pantai Utara Jawa Barat, sehingga perlu perhatian serius
untuk menjaga baik keamanannya maupun kelestariannya. Sesuai dengan kondisi fisiknya, kawasan hutan BKPH Pangalengan
terbagi menjadi Blok Perlindungan seluas 5.699,17 ha dan Blok Pemanfaatan seluas 3.035,50 ha.
Jenis tanaman kehutanan pada BKPH Pangalengan berupa rimba campur yang terdiri dari rasamala, eucalyptus, pinus, dan lain-lain. Selain itu
kawasan hutan BKPH Pangalengan juga memiliki potensi lahan yang cukup subur untuk ditanami oleh jenis tanaman tertentu diantara tanaman kehutanan.
Saat ini program yang sedang digalakkan oleh BKPH Pangalengan yakni program PHBM Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat di bidang
agroforestry dengan mengembangkan beberapa komoditi yang ditanam di antara tanaman kehutanan yakni rumput gajah, kopi, murbei, terong kori, dan
lain-lain. Program ini bertujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan mengurangi para perambah hutan selain itu juga lingkungan hutan akan
terjamin baik keamanan maupun kelestariannya. Melalui sistem PHBM yang sedang digalakkan, dari 16 desa hutan di
BKPH Pangalengan, saat ini telah terbentuk 14 Lembaga Masyarakat Desa Hutan LMDH yang terdiri dari 72 Kelompok Tani Hutan KTH. Dari 14
LMDH, 11 LMDH diantaranya telah mempunyai Akta Notaris. Sedangkan yang telah melakukan perjanjian kerjasama dengan Perum Perhutani sebanyak
10 LMDH. Potensi lain di kawasan hutan BKPH Pangalengan berupa wana wisata
hulu sungai Citarum RPH Wayang Windu dan pemandian air panas Cibolang, namun masih perlu dikembangkan terus guna meningkatkan minat