Arahan Strategi Pengembangan Usaha Persuteraan Alam

41 Gambar 7. Hasil Analisis Strategis terhadap Usaha Persuteraan Alam di Kecamatan Pangalengan Agar analisis strategis dapat memberikan informasi lebih banyak sehingga memenuhi tujuan penelitian, maka perlu kajian yang lebih mendalam terhadap hasil tersebut pada Gambar 7. Hasil kajian tersebut dijelaskan berikut ini. 1. Kekuatan Dari peubah-peubah yang bersifat strategis unsur kekuatan diperoleh hasil bahwa pengaruh yang paling kuat adalah kondisi biofisik lingkungan yang sangat menunjang bagi keberhasilan usaha persuteraan alam di Unsur Internal KEKUATAN Kondisi biofisik lingkungan menunjang 0,618 Keuntungan yang cukup tinggi 0,444 Dapat dilakukan oleh pria, wanita, dewasa maupun anak-anak 0,433 Peningkatan penghasilan 0,381 Ketersediaan SDM 0,376 Waktu dari penanaman murbei hingga produksi kokon relatif singkat 0,374 Pemanfaatan lahan kehutanan 0,355 Teknologi cukup sederhana 0,321 KELEMAHAN Keterbatasan modal 0,492 Sarana dan prasarana kurang memadai 0,306 Keterbatasan akses pemasaran 0,300 Kelembagaan masyarakat masih lemah 0,283 Tenaga pelatihan masih terbatas 0,259 Kualitas SDM rendah 0,247 Kurangnya penerapan teknologi 0,209 Anggapan rendahnya nilai ekonomi sutera alam 0,163 PELUANG Permintaan akan benang sutera meningkat tiap tahun 0,648 Harga jual kain sutera yang tinggi 0,597 Adanya dukungan dari pemerintah 0,582 Belum ada usaha persuteraan di wilayah Pangalengan 0,551 Masih ada lahan kehutanan yang tidak produktif 0,401 Adanya pola kemitraan 0,365 ANCAMAN Penghasilan yang lebih menjanjikan dari bidang selain sutera 0,533 Adanya hama dan penyakit tanaman murbei dan ulat sutera 0,438 Kurang stabilnya mutu bibittelur sutera 0,350 Ketergantungan petani sutera kepada pihak lain masih sangat tinggi 0,333 Persaingan dengan komoditas lainnya 0,310 Harga kokon masih rendah 0,295 Unsur Internal USAHA PERSUTERAAN ALAM DI KECAMATAN PANGALENGAN 42 Pangalengan. Ketinggian tempat di daerah Pangalengan adalah 1200 m dpl – 1400 m dpl. Besarnya curah hujan berkisar pada 2.518 mm pertahun dengan jumlah hari hujan rata-rata 138 hari. Temperaturnya berkisar antara 20 °C-26°C, dengan kelembaban udara sekitar 75 - 90. Dan berdasarkan persyaratan teknis budidaya tanaman murbei, khususnya mengenai jenis dan tingkat keadaan pH tanah pada wilayah Pangalengan, sangat mendukung untuk pertumbuhan tanaman murbei. Sehingga dengan kondisi seperti itu ketersediaan makanan bagi ulat sutera dapat terjamin.

2. Kelemahan

Peubah unsur kelemahan yang dirasakan sebagai kelemahan mayor atau kelemahan yang paling berpengaruh adalah keterbatasan modal. Pemerintah diharapkan dapat memberikan bantuan modal berupa kredit usaha dengan bungan yang rendah agar usaha persuteraan alam di Pangalengan tidak terhambat. Selain itu peubah sarana dan prasarana yang kurang memadai juga berpengaruh terhadap berkembangnya usaha persuteraan alam di Pangalengan. Karena hingga saat ini prasarana berupa rumah ulat dan sarana berupa alat-alat yang dibutuhkan untuk usaha persuteraan alam masih sangat kurang. Padahal sarana dan prasarana tersebut dapat mendukung kegiatan pengenalan dan pelatihan bagi masyarakat Pangalengan agar masyarakat mendapat pelatihan mengenai usaha persuteraan alam. Dan diharapkan setelah mendapatkan pelatihan tersebut, masyarakat dapat melakukan kegiatan tersebut sebagai usaha rumah tangga. 3. Peluang Peluang usaha persuteraan alam di BKPH Pangalengan sangat prospektif. Banyak peluang yang ada dalam usaha tersebut, dan yang paling utama adalah terus meningkatnya permintaan akan kokon dan kain sutera tiap tahunnya. Hal tersebut menjadi sangat prospektif karena banyak hal yang menunjang dalam usaha tersebut yang juga menjadi kekuatan daerah Pangalengan dalm usaha persuteraan alam. Namun hal 43 tersebut perlu ditunjang dengan niatan dan modal yang cukup kuat, agar usaha persuteraan alam dapat berkembang dengan baik di Pangalengan. Jalinan kerjasama antar berbagai pihak yang terkait seperti petani, pengusaha, akademisi dan terutama sangat berperan dalam pengembangan usaha persuteraan alam di Pangalengan. Dengan adanya kerjasama tersebut diharapkan para petani akan mendapatkan kredit usaha yang dapat digunakan untuk pengembangan usaha mereka.

4. Ancaman

Ancaman yang paling berpengaruh dalam usaha persuteraan alam di Pangalengan adalah adanya penghasilan yang lebih besar selain dari usaha persuteraan alam. Hal ini karena usaha persuteraan alam di Pangalengan belum cukup besar dan kuat, sehingga kontribusi dalam memenuhi pendapatan petani belum begitu terasa. Dalam mengusahakan tanaman murbei banyak menghadapi masalah gangguan hama dan penyakit. Upaya mengatasi gangguan hama dan penyakit perlu diketahui dan dikenal terlebih dahulu apakan itu hama atau penyakit serta bagaimana tanda atau gejala kerusakan yang dapat ditimbulkan sehingga penaggulangan secara dini dapat dilakukan Samsijah dan Andadari, 1992b. Upaya untuk mengurangi ketergantungan petani terhadap pihak lain yakni dengan melakukan penguatan kelembagaan yang ada serta srringnya dilakukan kegiatan penyuluhan dan bimbingan yang intensif agar para petani mampu lebih mandiri.

B. Model Interpretasi Struktural

Analisis struktural dalam usaha persuteraan alam ini menggunakan teknik ISM Interpretative Structural Modelling. Prinsip dasar teknik ISM adalah identifikasi dari struktur di dalam suatu sistem yang memberikan nilai manfaat yang tinggi guna meramu sistem secara efektif untuk pengambilan keputusan yang lebih baik Eriyatno, 1999. Saxena, 1992 dalam Eriyatno, 1999 menyatakan bahwa suatu program dengan teknik ISM dapat dibagi menjadi 9 elemen. Namun pada penelitian 44 inidibatasi hanyas 6 elemen yakni : 1 Sektor masyarakat yang terpengaruhi; 2 Tujuan dari program; 3 Kebutuhan dari program; 4 Kendala utama; 5 Lembaga yang terkait dengan pelaksanaan program; 6 Perubahan yang dimungkinkan. Selanjutnya keenam elemen ini diuraikan menjadi sejumlah sub-elemen yang saling terkait berdasarkan pendapat para responden. Hasil dan pembahasan analisis struktural diuraikan di bawah ini.

1. Sektor Masyarakat yang Terpengaruhi

Elemen sektor masyarakat yang terpengaruhi memiliki delapan sub- elemen berdasarkan wawancara yang mendalam in-depth interview terhadap pakar yang terpilih. Sub-elemen tersebut adalah 1 petani murbei dan ulat sutera, 2 pengusaha industri persuteraan alam, 3 tenaga kerja persuteraan alam, 4 pedagang kain sutera, 5 konsumen kain sutera, 6 petugas penyuluh lapangan, 7 tenaga ahli di bidang persuteraan alam dan 8 masyarakat sekitar. Pada Reachibility Matrix RM yang tersaji pada Tabel 11 menunjukkan bahwa sub elemen 1 petani murbei dan ulat sutera memiliki ranking yang tinggi yang berarti bahwa sub-elemen tersebut kekuatan penggerak terbesar dan merupakan kunci keberhasilan pada usaha persuteraan alam di Pangalengan. Gambar 8 berupa diagram model struktural untuk elemen sektor masyarakat yang terpengaruh menunjukkan bahwa 6 petugas penyuluh lapangan dan 7 tenaga ahli di bidang persuteraan alam memiliki hubungan saling menggerakkan satu sama lain. Kedua sub-elemen tersebut merupakan kekuatan penggerak terbesar untuk menggerakkan sektor masyarakat lainnya yang berada pada bagian atas diagram model struktural. Secara umum Gambar 8 menyatakan bahwa sektor masyarakat pada bagian bawah diagram model struktural akan mempengaruhi dan menggerakkan sektor masyarakat yang berada di atasnya sehingga sektor masyarakat yang berada paling atas pada diagram tersebut merupakan akibat dari sektor masyarakat lainnya. Sedangkan sektor masyarakat yang memiliki jenjang level yang sama menunjukkan bahwa sektor masyarakat tersebut saling menggerakkan.