Peluang Identifikasi dan Evaluasi Faktor Internal dan Faktor Eksternal
32 a. Permintaan akan benang sutera meningkat tiap tahun
Kegiatan persuteraan alam mempunyai prospek yang baik dan diperkirakan permintaan sutera akan meningkat antara 2 – 3 per tahun
ISA sementara FAO meramalkan lebih besar hingga 5, sementara peningkatan permintaan di Indonesia sendiri diperkirakan mencapai
12,24 Kuncoro, 2000 dalam Pemda Kabupaten Tasikmalaya, 2003. Proyeksi dalam tahun 2000 menunjukkan bahwa permintaan akan
produk sutera akan meningkat menjadi 179,24 ton sedangkan produksi hanya akan mencapai 148,98 ton. Sehingga dari angka ini dapat
disimpulkan bahwa Indonesia sebenarnya bukan dalam posisi menawarkan produk sutera tetapi dalam posisi untuk dimasuki produk
sutera dari luar negeri Kuncoro,1995 dalam Atmosoedarjo et al, 2000. Tingkat produksi sutera alam di dalam negeri masih rendah yakni
hanya 30 dari kebutuhan nasional, khususnya untuk memenuhi kebutuhan industri sutera rakyat. Oleh karena itu usaha persuteraan alam
akan memiliki peluang yang sangat bagus. b. Harga jual kain sutera yang tinggi
Dalam usaha persuteraan alam, harga tertinggi diperoleh pada saat penjualan produk berupa kain. Harga kokon berkisar antara Rp 20.000-
Rp 24.000kg, kokon tersebut dapat dijadikan benang yang kemudian dapat dijual dengan harga sekitar Rp 450.000kg dengan asumsi bahwa 8
kg kokon dapat dipintal menjadi 1 kg benang. Selanjutnya apabila benang tersebut ditenun menjadi kain maka akan dihasilkan kain sutera
dengan harga Rp 70.000m dengan asumsi bahwa 1 kg benang dapat ditenun menjadi 12 m kain sutera. Hal inilah yang menjadi salah satu
alasan petani sutera untuk mengembangkan usaha persuteraan alam. Namun usaha persuteraan alam di Pangalengan baru sampai tahap
pemintalan benang karena belum tersedianya alat tenun. c. Adanya dukungan dari pemerintah
Dalam rangka pemberian modal kepada para petani sutera, pemerintah juga menerbitkan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor
50Kpts : II1997, yang ditindak lanjuti oleh Keputusan Direktur Jenderal
33 Reboisasi dan Rehabilitasi Lahan No.03KeptsV1997 Atmosoedarjo
et al , 2000.
Usaha persuteraan alam di daerah ini pada awalnya mendapatkan dukungan dari pemerintah seperti modal usaha dan penyediaan sarana
dan prasarana berupa rumah ulat kecil dan rumah ulat besar. Seiring dengan berkembangnya usaha persuteraan alam ini, maka petani
mengharapkan bantuan modal yang lebih besar untuk kemajuan usaha persuteran alam. Akan tetapi setelah sekian lama mengajukan
permohonan pinjaman lunak untuk upaya pengembangan persuteraan
alam, pinjaman tersebut belum juga turun.
d. Belum ada usaha persuteraan di wilayah Pangalengan Di daerah Pangalengan masih belum banyak masyarakat yang
melakukan usaha persuteraan alam. Usaha persuteraan alam yang berada paling dekat dengan Pangalengan adalah di daerah Garut, Tasikmalaya
dan Sukabumi. Padahal daerah Pangalengan juga memiliki potensi lingkungan yang cukup baik untuk usaha persuteraan alam.
Selama ini kondisi fisik lingkungan daerah Pangalengan yang berpotensi sangat baik hanya dimanfaatkan untuk melakukan
pengembangan usaha pertanian baik sayuran maupun buah-buahan. Karena keterbatasan pengetahuan para petani akan persuteraan alam,
maka sebagian besar masyarakat menggunakan lahan hanya untuk bertani sayuran dan buah-buahan. Apalagi saat pemerintah
memperbolehkan masyarakat untuk memanfaatkan lahan hutan, maka masyarakat menggunakan lahan hutan untuk melakukan tumpangsari.
Padahal di balik itu semua ada pengaruh yang sangat nyata terhadap masyarakat itu sendiri. Pada saat musim hujan, selalu terjadi bencana
banjir yang akan merugikan masyarakat. e. Masih ada lahan kehutanan yang tidak produktif
Pengembangan persuteraan alam merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan daya dukung lahan bagi pemenuhan kebutuhan
manusia melalui kegiatan budidaya tanaman murbei yang dikombinasikan dengan pemeliharaan ulat sutera dan penanganan pasca
34 panennya Balai Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah Brantas,
2000. Persuteraan alam di Indonesia sudah ada sejak 1960-an, khususnya
di Sulawesi Selatan. Kebanyakan lokasi budidaya ulat sutera serikultur dilakukan di daerah-daerah kritis, karena tanaman murbei yang
merupakan makanan pokok ulat sutera dijadikan sebagai tanaman penghijauan Widagdo dan Sasangka, 2006.
Usaha persuteraan alam mencakup 2 kegiatan utama, yakni penanaman tanaman murbei dan pemeliharaan ulat sutera. Tanaman
murbei dapat ditanam di bawah tegakan hutan karena selain dapat menghasilkan panen daun murbei, tanaman murbei juga berfungsi
sebagai pencegah banjir dan erosi tanah, karena tanaman murbei memiliki perakaran yang cukup kuat.
f. Adanya pola kemitraan Dalam usaha persuteraan alam di Pangalengan terdapat pola
kemitraan. Bentuk dari pola kemitraannya adalah bentuk vertikal yaitu antara petani dan pemerintah BKPH Pangalengan serta petani dan
pabrik tekstil Majalaya. Pabrik tekstil Majalaya berfungsi sebagai wadah penampung dan pemasaran produk kokon dari petani.
Tujuan dari adanya pola kemitraan pada usaha persuteraan alam adalah melindungi para petani sutera yang memiliki modal lemah dalam
persaingan usaha. Selain itu juga sebagai perantara dalam usaha mendapatkan modal berupa kredit dengan bunga yang rendah.