Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN
3 insomnia menyerang 10 persen dari total penduduk di Indonesia atau sekitar 28
juta orang. Total angka kejadian insomnia tersebut 10-15 persennya merupakan gejala insomnia kronis. Seseorang dapat mengalami insomnia akibat stres
situasional seperti masalah keluarga, kerja atau sekolah, penyakit, atau kehilangan orang yang dicintai. Insomnia temporer akibat situasi stres dapat
menyebabkan kesulitan kronik untuk mendapatkan tidur yang cukup, mungkin disebabkan oleh kekhawatiran, stres, dan kecemasan.
Usia mahasiswa menunjukkan bahwa para mahasiswa umumnya berada dalam tahap remaja hingga dewasa muda. Seseorang pada rentang usia ini
masih labil dalam hal kepribadiannya, sehingga dalam menghadapi masalah, mahasiswa cenderung terlihat kurang berpengalaman. Masalah-masalah
tersebut, baik dalam hal perkuliahan maupun kehidupan di luar kampus dapat menjadi distress yang mengancam, karena ketika ada stressor yang datang,
maka tubuh akan meresponnya. Stressor yang dialami mahasiswa sangat besar dampaknya, hal tersebut
dibuktikan oleh penelitian yang dilakukan oleh Hadiyanto 2006: 8. Penelitian tersebut mendapatkan data sebanyak 3 mahasiswa mengalami stres berat dan
akan bertambah jika institusi pendidikan tidak melakukan pencegahan stres terhadap mahasiswa keperawatan. Stres yang tidak mampu dikendalikan dan
diatasi oleh individu akan memunculkan dampak negatif. Dampak negatif pada mahasiswa secara kognitif antara lain sulit berkonsentrasi, sulit mengingat
pelajaran, dan sulit memahami pelajaran. Dampak negatif secara emosional antara lain sulit memotivasi diri, munculnya perasaan cemas, sedih,
4 kemarahan, frustrasi, dan efek negatif lainnya. Dampak negatif secara
fisiologis antara lain gangguan kesehatan, daya tahan tubuh yang menurun terhadap penyakit, sering pusing, badan terasa lesu, lemah, dan insomnia.
Dampak perilaku yang muncul antara lain menunda-nunda penyelesaian tugas kuliah, malas kuliah, penyalahgunaan obat dan alkohol, terlibat dalam kegiatan
mencari kesenangan yang berlebih-lebihan serta berisiko tinggi Spagenberg Theron, 1998: 78.
Gangguan tidur kronis kurang dari 6 jam semalam untuk tiga malam atau lebih dapat secara serius memperburuk performa kognitif bahkan ketika
orang tersebut tidak menyadarinya Van Dongen, 2003: 76. Sehingga, kondisi tersebut dapat menimbulkan gangguan pada proses pikir, konsentrasi belajar,
persepsi, dan dapat menimbulkan kendala dalam kehidupan mereka yang masih belajar sehingga akan mempengaruhi indeks prestasi belajarnya.
Hasil penelitian Dewi 2005: 2 menemukan bahwa sebanyak 6 mahasiswa
keperawatan mengalami
insomnia dikarenakan mengalami
kesulitan untuk memulai tidur tidur lebih dari jam sembilan malam merasakan keluhan seperti pusing dan letih ketika bangun tidur, dan
kebanyakan dari mereka tidak konsentrasi dalam mengikuti mata kuliah terutama jika jadwal kuliah berlangsung pada pagi hari dan mereka cenderung
akan merasa mengantuk. Hasil penelitian Dewi 2005: 2 membuktikan bahwa adanya insomnia mampu memberikan dampak pada perilaku belajar
mahasiswa.
5 Perilaku dalam belajar dapat diartikan sebagai sebuah aktivitas yang
berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan nilai sikap
Muhibbin Syah, 2008: 118. Belajar adalah kunci untuk memajukan pendidikan. Perwujudan perilaku belajar ditunjukkan pada perubahan-
perubahan yang meliputi kebiasaan, keterampilan, berpikir rasional dan kritis, sikap, inhibisi, dan tingkah laku afektif.
Hasil penelitian Dewi 2005: 2 sejalan dengan teori Nasoetion 2005: 46 yang menjelaskan bahwa salah satu dampak yang sering dialami oleh
mahasiswa yang mengalami insomnia adalah penurunan konsentrasi belajar. Menurut Nasution 2010: 47 konsentrasi belajar adalah kemampuan untuk
memusatkan pikiran terhadap aktivitas belajar. Konsentrasi belajar dapat diartikan sebagai suatu perilaku untuk memusatkan perhatian mahasiswa
terhadap pelaksanaan pembelajaran dan dapat memahami setiap materi pelajaran yang telah diberikan.
Sehingga, jika seseorang mampu memperbaiki perilaku belajarnya maka pendidikannya akan menunjukkan hasil yang baik
pula. Jadi, seseorang yang tidak mampu memenuhi kebutuhan tidurnya, akan mengalami gangguan tidur salah satunya insomnia yang akan menyerang
segala usia termasuk mahasiswa, dan akan berakibat bagi perilaku belajarnya. Penelitian ini dilakukan di salah satu universitas swasta di kota Surakarta.
Peneliti memilih universitas tersebut sebagai lokasi penelitian karena berdasarkan informasi yang dihimpun diketahui bahwa di universitas tersebut
terdapat beberapa mahasiswa yang mengalami insomnia dan berdampak pada
6 perilaku berlajarnya. Selain itu, peneliti menetapkan universitas tersebut
sebagai lokasi penelitian karena pada universitas swasta peraturan yang ditetapkan tidak seketat peraturan pada universitas negeri, sehingga masih
banyak kelonggaran-kelonggaran yang dapat dimanfaatkan oleh mahasiswa pengidap insomnia tersebut dalam kegiatan belajar. Kondisi ini ternyata
dimanfaatkan oleh mahasiswa pengidap insomnia. Mahasiswa pengidap insomnia tersebut merasa bahwa pihak universitas akan memudahkan kesulitan
yang dihadapi oleh mahasiswa pengidap insomnia ketika tidak mengikuti perkuliahan.
Mahasiswa merupakan kelompok yang paling rentan menderita insomnia. Akibatnya mereka mempunyai risiko yang lebih tinggi dalam
mengalami dampak negatif yang ditimbulkan akibat insomnia. Oleh karena itu, perlunya bimbingan dan konseling dalam membantu mengatasi permasalahan
perilaku belajar pada mahasiswa pengidap insomnia. B imbingan dan konseling
adalah suatu proses tolong menolong untuk mencapai tujuan yang dimaksud, dapat juga diartikan sebagai hubungan timbal balik antara dua orang untuk
menangani masalah klien, yang di dukung dengan keahlian dalam suasana yang laras dan integrasi, berdasarkan norma-norma yang berlaku untuk tujuan
yang berguna bagi klien. Bidang garapan bimbingan dan konseling mencakup bidang bimbingan pribadi, bidang bimbingan sosial, bidang bimbingan belajar,
dan bidang bimbingan karier. Pada penelitian ini perilaku belajar pada mahasiswa pengidap insomnia
termasuk dalam bidang garapan bimbingan dan konseling pada ranah bidang
7 bimbingan pribadi, bidang bimbingan sosial, dan bimbingan belajar. Perilaku
belajar pada mahasiswa pengidap insomnia termasuk dalam bidang garapan bimbingan dan konseling pada ranah bidang bimbingan pribadi dikarenakan
adanya bimbingan dan konseling tersebut bertujuan untuk membantu individu agar bisa memecahkan masalah-masalah yang bersifat pribadi. Perilaku belajar
pada mahasiswa pengidap insomnia termasuk dalam bidang garapan bimbingan dan konseling pada ranah bidang bimbingan sosial dilakukan supaya individu
yang dibimbing mampu melakukan interaksi sosial secara baik dengan lingkungannya. Perilaku belajar pada mahasiswa pengidap insomnia termasuk
dalam bidang garapan bimbingan dan konseling pada ranah bidang bimbingan belajar dikarenakan adanya bimbingan dan konseling tersebut bertujuan
untuk membantu individu mahasiswa agar mencapai perkembangan yang optimal, sehingga tidak menghambat perilaku belajar mahasiswa pengidap
insomnia. Berdasarkan permasalahan tentang insomnia yang
termasuk dalam bidang garapan bimbingan dan konseling pada ranah bidang bimbingan
pribadi, bidang bimbingan sosial, dan bimbingan belajar maka peneliti selaku mahasiswa jurusan bimbingan dan konseling tertarik
untuk melakukan penelitian untuk mengidentifikasi faktor-faktor penyebab insomnia, gambaran
perilaku belajar pada mahasiswa pengidap insomnia, dan dampak yang ditimbulkan. Hal ini menjadi penting mengingat, perilaku belajar mahasiswa
dewasa awal akan mempengaruhi masa studi yang akan ditempuh mahasiswa dan kualitas dari tugas yang dikerjakan mahasiswa tersebut. Oleh karena itu,
8 peneliti berma
ksud melakukan penelitian dengan judul “Perilaku Belajar Pada Mahasiswa Yang Mengalami Insomnia
”.