Deskripsi Informan Penelitian Hasil Penelitian

64 ini merupakan mahasiswa universitas swasta di kota Surakarta yang mengidap insomnia. Mahasiswa yang mengalami insomnia tersebut didapatkan berdasarkan pertimbangan tertentu. Pertimbangan tersebut meliputi mahasiswa yang memasuki tahap dewasa awal, mengalami insomnia setiap malam, dan bersedia menjadi informan penelitian. Berikut merupakan deskripsi profil mahasiswa yang mengalami insomnia yang menjadi informan dalam penelitian, yaitu: 1 Identitas Informan “RA” Mahasiswa berinisial “RA” berjenis kelamin laki-laki, merupakan mahasiswa universitas swasta di kota Surakarta jurusan Teknik Informatika dan mengidap insomnia. Berdasarkan hasil informasi yang dihimpun informan “RA” mengidap insomnia dikarenakan faktor stress. Insomnia dialami oleh informan “RA” semenjak masih kelas dua SMA. Informan “RA” tidak bisa tidur setiap hari meskipun mengantuk sekalipun. Biasanya informan “RA” dapat tertidur setelah dua sampai tiga hari sekali. Informan “RA” pernah melakukan pemeriksaan medis ke psikolog di daerah UMS dan dinyatakan sebagai yang mengalami insomnia karena stress. Informan “RA” juga pernah mencoba mengobati sendiri insomnia yang diderita dengan minum obat tidur CTM, obat warung seperti lelap, juga obat tidur cair yang dibeli di apotik, akan tetapi tetap tidak bisa tertidur. 2 Identitas Informan “PDA” Mahasiswa berinisial “PDA” berjenis kelamin laki-laki, merupakan mahasiswa universitas swasta di kota Surakarta jurusan 65 komunikasi broadcasting dan mengalami insomnia semenjak memasuki bangku perkuliahan. Berdasarkan hasil informasi yang dihimpun informan “PDA” mengidap insomnia dikarenakan faktor pergaulan yang membiasakan diri keluar pada malam hari bersama teman-temannya. Informan “PDA” bisa tertidur setiap harinya akan tetapi ketika sudah pagi hari dan hanya 2-3 jam setiap harinya. Informan “PDA” belum pernah memeriksakan diri ke dokter dan belum pernah juga mencoba mengobati insomnia yang di alami karena takut ketergantungan. Informan “PDA” hanya melakukan konsultasi dengan teman informan yang tercatat sebagai mahasiswa kedokteran dan masih Koas. 3 Identitas Informan “YS” Mahasiswa berinisial “YS” berjenis kelamin laki-laki, merupakan mahasiswa S2 universitas swasta di kota Surakarta jurusan Ekonomi dan mengidap insomnia. Berdasarkan hasil informasi yang dihimpun informan “YS” mengidap insomnia sejak tahun 2007 hingga tahun 2016. Informan “YS” mengalami insomnia berawal dari kurangnya perhatian orang tua karena ibunya meninggal dunia dan ayahnya menikah lagi. Ibu sambung informan “YS” dianggap “YS” sebagai masalah karena setelah menikah dengan ayahnya, ibu sambung tersebut mengatur segala hal sampai ke kehidupan pribadi “YS”. Kondisi ini membuat “YS” kurang nyaman dan merasakan kasih sayang yang berbeda dari kasih sayang ibu kandung “YS”. 66 Setiap hari terjadi pertengkran di rumah dan membuat YS dan adik- adik selalu disalahkan oleh ayahnya akibat pegaduan ibu sambungnya. Informan “YS” mulai mengalami stress dan melarikan diri dengan mengkonsumsi minuman keras hingga terjerumus narkoba dan mulai mengalami insomnia. Lambat laun insomnia informan “YS” tidak kunjung sembuh, dan menjadikan informan “YS” menjadi orang depresi, mudah panik, ragu-ragu mengambil keputusan, suka menyendiri, dan sulit berkomunikasi dengan orang baru. Informan “YS” hingga saat ini masih tercatat sebagai pasien RS Kustati di Solo. Selama pengobatan disana, informan “YS” mengobati insomnia sekaligus depresi dan diberi obat “sentralin” sebagai obat anti depresi, obat “alprazolam” sebagai obat penenang atau agar tidak panik, dan obat “clozapine” sebagai obat tidur. Sejak mengkonsumsi obat tersebut, informan “YS” bisa tidur dengan nyenyak, akan tetapi dokter yang merawat sedang mengurangi dosis yang diberikan supaya informan “YS” tidak mengalami ketegantungan terhadap obat-obatan tersebut. Adapun identitas informan penelitian dalam penelitian ini dijelaskan pada tabel 4 berikut: 67 Tabel 4. Identitas Informan Penelitian No Nama Jenis Kelamin Usia Pertimbangan Menjadi Sampel Mahasiswa tahap dewasa awal Mengalami insomnia setiap malam Bersedia menjadi informan penelitian 1. RA Laki-laki 22 tahun    2. PDA Laki-laki 22 tahun    3. YS Laki-laki 27 tahun    c. Informan Penelitian Dalam penelitian ini peneliti menggunakan 5 informan yaitu teman- teman informan. Berikut identitas kelima informan yang merupakan teman dari informan: 1. KA KA berusia 24 tahun. Mengenal RA sejak tinggal di kos yang sama. 2. NA NA berjenis kelamin laki-laki dan berusia 22 tahun. NA mengenal RA sedari masuk bangku perkuliahan dan satu kelas. 3. RO RO berusia 22 tahun. Mengenal PDA sejak tinggal di kos yang sama. 4. DW DW berusia 22 tahun. Mengenal PDA semenjak memasuki bangku perkuliahan dan satu kelas. 5. IND IND berjenis kelamin perempuan berusia 26 tahun. Mengenal YS sedari SMP hingga memasuki bangku perkuliahan hingga YS 68 melanjutkan S2. IND merupakan orang terdekat YS yang mengetahui tentang insomnia yang dialami informan YS. Ke lima informan di atas mengetahui banyak tentang insomnia yang dialami masing-masing informan penelitian, sehingga dapat dijadikan peneliti sebagai triangulasi sumber dan metode. Adapun penggambaran dari informan tersebut diuraiakan melalui tabel sebagai berikut. Tabel 5. Identitas Informan Penelitian No Informan Informan Jenis Kelamin Usia 1. RA KA Laki-Laki 24 2. NA Laki-Laki 22 3. PDA RO Laki-Laki 22 4. DW Laki-Laki 22 5. YS IND Perempuan 26

3. Kronologi Informan sebagai Mahasiswa Yang mengalami Insomnia

Berikut adalah kronologi informan sebagai mahasiswa yang mengalami insomnia dalam penelitian ini. Kronologi informan sebagai mahasiswa yang mengalami insomnia di sajikan oleh peneliti untuk menggambarkan riwayat masing-masing informan dapat memiliki insomnia. Adapun penggambarannya sebagai berikut:

a. Kronologi Informan “RA” Mengidap Insomnia

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan “RA” diketahui bahwa informan “RA” mengalami insomnia sejak kelas 2 SMA. Informan “RA” tidak dapat tertidur meskipun sangat mengantuk. Informan “RA” dapat tertidur dua sampai tiga hari sekali. Hal ini senada 69 dengan ungkapan informan pada saat wawancara berlangsung. Informan “RA” menyatakan bahwa: “Saya insomnia sejak SMA kelas 2. Awalnya stress, saya lalu lari ke pergaulan bebas dan berlanjut hingga insomnia. Sekarang saya sudah kuliah semester 9. Insomnia yang saya alami yaitu susah untuk tidur, sekalipun mengantuk saya susah untuk tidur. Bahkan saya itu tidurnya tidak setiap hari. Bisa dua atau tiga hari sekali baru bisa tidur, namun terkadang juga saya tidur saat pagi hari, namun malam saya tidak bisa tidur ”. Hasil Wawancara 18 Juli 2016 Informan “RA” mengalami insomnia karena faktor stress dan mengalihkan stresnya dengan mengikuti pergaulan bebas teman-teman sebaya yang selalu melalukan kegiatan seperti mabuk, nongkrong, ngopi, dan sekedar ngobrol dari sore hari hingga pagi hari. Kondisi itu terjadi saat informan masih SMA dan tinggal dengan orang tua. Pada saat itu terjadi informan merasa tidak ada masalah karena ada orang tua yang ikut andil dalam mengurus keperluan informan. Kondisi ini berlangsung lama dan menjadi kebiasaan hingga tanpa sadar informan mengidap insomnia. Setelah lulus SMA kondisi ini pun tidak serta merta berkurang justru menjadi-jadi. Semenjak informan kuliah di universitas swasta di kota Surakarta dan bertempat tinggal jauh dari orang tua kos menyebabkan informan mengkonsumsi obat-obatan dan minuman keras dengan teman-temannya tanpa ada yang mengontrol. Kondisi ini menjadi kebiasaan baru bagi informan dimana informan rutin melakukan kegiatan pergi sore hari dan pulang pagi atau siang hari. Hal ini senada dengan hasil wawancara dengan informan “RA” yang menyatakan bahwa: 70 “Saya melakukan kegiatan malam saya setiap hari. Hal itu menjadi kebiasaan. Karena waktu itu masih sekolah dan sekolahnya dekat dengan rumah jadi saya tidak kos, sehingga orang tua masih mengurus saya, misalkan dibangunkan pagi untuk ke sekolah, walau mengantuk dan di kelas suka tidur, saya masih bisa mengikuti pelajarannya, meskipun dengan menyontek teman misalkan. Setelah kuliah pergaulan semakin tidak terkendali, semakin bebas juga karena jauh dari orang tua”. Hasil Wawancara 18 Juli 2016 Kebiasaan baru informan semenjak tidak tinggal satu atap dengan orang tua tanpa disadari membawa dampak negatif tersendiri. Informan “RA” mulai mengkonsumsi narkoba dan pada akhirnya kecanduan. Dampak negatif lainnya selain kecanduan adalah informan “RA” merasa jika kecanduannya mengkonsumsi narkoba membuat informan kesulitan untuk tidur karena jenis narkoba yang dikonsumsi justru mampu membuat informan bertahan atau terjaga hingga berhari-hari. Berikut penuturannya: “Saya mulai kenal dengan obat- obatan dan memakai narkoba. Saya hanya penasaran awalnya, dan saya juga ingin menghilangkan stress. Namun saya menjadi ketagihan, dan saya memakai narkoba sangat sering, bisa seminggu dua atau tiga kali. Dan karena narkoba tersebut saya semakin tidak bisa tidur. Saya tidak punya rasa kantuk, bahkan saya tidak tidur selama tiga hari, sama sekali tidak tidur. Pernah juga karena terlalu banyak dosis, saya malah tidak tidur selama dua minggu, bisa tidur mungkin hanya 5 menit atau 10 menit. Saya mengkonsumsi obat-obatan selama 1,5 tahun. Saya mendapatkannya dari teman saya yang juga pemakai sekaligus pengedar”. Hasil Wawancara 18 Juli 2016 Informan “RA” mengalami insomnia selain karena pergaulan bebas juga disebabkan kekurangan perhatian dari keluarga. Informan merasa kekurangan kasih sayang dari keluarga dan orang tua. Kondisi ini diperburuk dengan kondisi informan yang kos sehingga membuat orang