Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Terjadinya Insomnia

79 keras, narkoba, berjudi, ngopi dan merokok juga menjadi rutinitas setiap malamnya. Hal ini senada dengan penuturan PDA bahwa: “Faktor – faktor yang mempengaruhi saya menjadi insomnia itu yang pertama karena pergaulan atau bisa dibilang gaya hidup. Biasanya malam saat saya berkumpul dengan teman – teman yang dilakukan adalah begadang sampai pagi. Aktivitas saat bergadang biasanya minum minuman keras, narkoba, berjudi, sekedar ngopi dan merokok”. Hasil Wawancara 02 Agustus 2016 Informan PDA juga mengalami insomnia setelah mengkonsumsi narkoba. Hal ini dikarenakan pola konsumsi narkoba yang relatif sering dan narkoba tersebut memberikan efek yang mampu membuat pengguna terjaga selama berjam-jam hingga berhari-hari. Informan “PDA” menuturkan bahwa: “Faktor kedua yang menyebabkan menjadi insomnia adalah faktor gaya hidup yang mencoba ikut-ikutan teman mengkonsumsi narkoba. Pola konsumsi yang relatif sering setiap minggu antara 3- 4 kali pemakaian menyebabkan saya tetap terjaga meskipun badan sudah sangat lelah. Saat ini saya sudah tidak mengkonsumsi narkoba lagi, akan tetapi kebiasan dan gaya hidup tetap membuat saya menjadi seorang insomnia”. Hasil Wawancara 02 Agustus 2016 Selain itu, faktor lainnya yang membuat PDA mengalami insomnia adalah karena faktor stress. Berdasarkan informasi yang dihimpun peneliti diketahui bahwa PDA stress diakibatkan tidak mampu menyelesaikan tugas-tugas dalam kuliahnya dan memiliki IPK yang rendah. Informan PDA menuturkan bahwa: “Faktor ketiga yang menyebabkan menjadi insomnia adalah karena faktor stress. Stressnya itu karena tugas saya menumpuk sedangkan saya tidak pernah mengerjakan tugas. Hal ini dikarenakan tugasnya susah, saya tidak paham, sehingga saya menjadi malas dan tidak niat. Disamping itu nilai IPK saya itu jelek, rendah, dan saya hanya 80 diijinkan mengambil beberapa SKS saja, hal ini membuat saya semakin malas saja ”. Hasil Wawancara 02 Agustus 2016 Selain tugas kuliah yang menumpuk skripsi juga menjadi faktor penentu stress informan PDA. Informan PDA mengalihkan stress tersebut dengan cara mengikuti pergaulan malam dengan teman- temannya hingga berujung insomnia. Informan “PDA” menuturkan bahwa: “Saya juga sedang menyusun skripsi, itu semakin membuat saya stress lalu memicu insomnia saya, jadinya skripsi juga terbengkalai, sampai saat ini skripsi saya belum berkembang. Stress akademik seperti ini semakin memicu saya untuk berusaha lari dari tanggungjawab saya sebagai mahasiswa dan memilih hura-hura dengan teman-teman ”. Hasil Wawancara 02 Agustus 2016 Selain faktor keluarga menurut informan faktor lingkungan juga menjadi faktor yang dianggap mendukung kegiatan aktivitas malam anak kos secara tidak langsung. Lemahnya pengawasan aparat setempat dan induk semang menyebabkan aktivitas tersebut berlanjut setiap malam tanpa ada teguran baik lisan maupun tertulis. Berikut penuturannya: “Begitu juga dengan lingkungan masyarakat, saya disini sewa rumah bersama teman-teman. Tidak ada aturan yang mengikat dari pihak induk semang maupun aparat setempat. Kondisi seperti ini sangat menguntungkan bagi saya dan teman-teman dan membuat insomnia saya menjadi-jadi. Akan tetapi berbeda dengan lingkungan kampus, teman-teman dikampus justru menjadi sosok yang mendukung kegiatan malam saya dan justru menganjurkan untuk tidak masuk kuliah. Pada akhirnya saya lebih terbujuk ajakan teman dengan mulai mengikuti pola hidup teman hingga sekarang dan saya insomnia.” Hasil Wawancara 02 Agustus 2016 Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya insomnia berdasarkan hasil wawancara dengan informan “YS” menyatakan bahwa: 81 “Awalnya yang membuat saya menjadi insomnia yaitu karena saya stress lalu saya lari ke narkoba, alhasil saya kecanduan narkoba. Temen saya ada yang makai narkoba lalu saya ikut- ikutan karena katanya narkoba itu menyelesaikan masalah. Sejak saya menggunakan narkoba, saya jadi susah tidur, karena pengaruhnya yang begitu kuat membuat saya melek terus”. Hasil Wawancara 18 Agustus 2016 Faktor kedua yang dianggap YS memicu terjadinya insomnia adalah faktor keluarga. Belum adanya kesiapan dalam menerima ibu sambung dan keluarga barunya membuat YS menjadi terketan, bahkan depresi dan membuat YS mengalami kesulitan tidur. Berikut penuturanya: “Faktor kedua yang menyebabkan terjadi insomnia adalah faktor keluarga. Setelah ibu meninggal dunia dan ayah menikah lagi semuanya berubah total. Ayah yang dulu perhatian menjadi pemarah dan cuek dengan anak-anak. Selain itu, ibu tiri juga tidak terlalu menghiraukan saya dan adik-adik. Setiap hari adanya hanya bertengkar, suasana di rumah menjadi tidak nyaman dan anak-anak menjadi sosok yang disalahkan ketika pertengkaran terjadi”. Hasil Wawancara 18 Agustus 2016 Informan “YS” menambahkan bahwa: “Lingkungan keluarga sangat berpengaruh, karena sumber masalah saya terletak pada mereka, mereka yang egois, cuek, dan tidak peduli dengan saya, menjadikan saya stress lalu insomnia dan depresi sehingga belajar saya kacau seperti ini, lingkungan kampus orangnya individual, tidak menyemangati, karena saya orangnya juga tertutup dan pendiam, suka menyendiri. Namun ada pacar saya yang satu kampus namun beda kelas, jadi dia cukup membantu saya, cukup menyemangati saya. Saya tidak ada teman dekat selain dia ”. Hasil Wawancara 18 Agustus 2016 Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa pada informan “RA” faktor yang menyebabkan terjadinya insomnia diantaranya faktor lingkungan keluarga, dan faktor lingkungan pergaulan. Faktor lingkungan keluarga disebabkan oleh kondisi keluarga yang cuek 82 dan tidak memperhatikan RA. Pada faktor lingkungan pergaulan RA bergaul dengan teman-teman yang mempunyai pergaulan bebas. Hal ini menyebabkan RA selalu pergi sore dan pulang pagi. Dampak jangka panjangnya adalah insomnia dan terjerumus narkoba. Selain itu, kondisi lingkungan sekitar kos RA juga terkesan tidak peduli dan membiarkan adanya jam malam di kos-kosan tanpa diberi teguran atau peringatan. Pada informan “PDA” adalah faktor pergaulan bebas yang melakukan kebiasaan pergi malam pulang pagi, faktor konsumsi narkoba dan minuman keras yang membuat PDA terjaga berhari-hari, faktor lingkungan tempat tinggal yang jauh dari orang tua sehingga tidak mendapatkan perhatian dan pengawasan penuh serta kondisi tempat tinggal di kos-kosan yang tidak ada kontrol dari induk semang dan aparat setempat sehingga PDA dan teman-teman dibolehkan melakukan aktivitas kapan pun tanpa ada batasan. Pada informan “YS” faktor yang menyebabkan terjadinya insomnia informan “YS” adalah faktor keluarga karena ayah menikah lagi setelah ibunya YS meninggal, stress, depresi, faktor konsumsi narkoba dan minuman keras.

b. Perilaku Belajar Mahasiswa Sebagai Penderita Insomnia

Perilaku belajar dapat diartikan sebagai sebuah aktivitas dalam belajar. Perilaku belajar dapat juga diartikan kecenderungan perilaku seseorang tatkala ia mempelajari hal-hal yang bersifat akademik. Adanya insomnia yang dialami oleh mahasiswa universitas swasta di kota 83 Surakarta menyebabkan perubahan-perubahan tertentu terhadap perilaku belajarnya. Insomnia adalah ketidakmampuan atau kesulitan untuk tidur. Kesulitan tidur ini bisa menyangkut kurun waktu kuantitas atau kelelapan kualitas tidur. Penderita insomnia sering mengeluh tidak bisa tidur, kurang lama tidur, tidur dengan mimpi yang menakutkan, dan merasa kesehatannya terganggu. Penderita insomnia tidak dapat tidur pulas walaupun diberi kesempatan tidur sebanyak-banyaknya. Berdasarkan informasi yang diterima diketahui bahwa insomnia yang dialami informan “RA” ternyata memberikan dampak tersendiri pada perilaku belajar informan. Semenjak informan mengalami insomnia aktivitas belajar dan perkuliahan informan menjadi berantakan. Informan menjadi sosok yang tidak dapat membagi waktu antara belajar, bermain, dan kegiatan lainnya di kampus. Hal ini sejalan dengan hasil wawancara pada informan yang menyatakan bahwa: “Sejak saya insomnia, pola tidur menjadi berantakan. Aktivitas saya berantakan, tidak terjadwal. Kuliah saya jelas sangat berantakan. Aktivitas malam hari dan pulang pagi secara otomatis membuat saya malas untuk kuliah inginnya istirahat dan tertidur akan tetapi tidak bisa tidur”. Hasil Wawancara 23 Juli 2016 Dalam wawancaranya informan “RA” menambahkan bahwa: “jika saya sedang tidak mengikuti perkuliahan waktunya saya habiskan untuk bermalas-malasan atau sekedar tiduran mengingat malam harinya saya tidak dapat tidur sama sekali”. Hasil Wawancara 23 Juli 2016 Tidak hanya RA, adanya insomnia yang di alami informan “PDA” juga memberikan pengaruh tersendiri dalam perilaku belajarnya. Salah satunya adalah selama dua semester tidak pernah mengikuti kegiatan 84 perkuliahan, hingga saat ini PDA sudah mulai mengerjakan skripsi dan nihil karena PDA sudah tidak aktif lagi di kampus. Berdasarkan informasi melalui wawancara dengan informan “PDA” menyatakan bahwa: “Insomnia mengganggu aktivitas belajar saya. Saya jadi malas kuliah, apalagi semester 8 sampai semester 10, sudah tidak pernah kuliah sama sekali. Tugas skripsi juga terabaikan, dan ada mata kuliah yang megulang saya juga tidak dapat optimal”. Hasil Wawancara 05 Agustus 2016 Dalam wawancaranya informan “PDA” menambahkan bahwa: “jika sedang tidak mengikuti perkuliahan saya lebih banyak kumpul dengan teman-teman di kos hanya untuk berkumpul atau sekedar bermain gitar”. Hasil Wawancara 05 Agustus 2016 Insomnia juga memberikan andil dalam mempegaruhi perilaku belajar “YS”. Berdasarkan informasi melalui wawancara dengan informan “YS” menyatakan bahwa: “Insomnia sangat mengganggu konsentrasi belajar saya. Karena siklus tidur terbalik, siang jadi malam, malam jadi siang. Jarang sekali bisa kuliah pagi. Karena lebih seringnya saya tidur di pagi hari. Bisa kuliah paling jam kuliah diatas jam10. Karena saya bisa tidur itu subuh, bangunnya jam 10 atau jam 12 siang. Setiap kuliah saya tidak fokus, dan mengantuk, makanya apa saja yang dijelaskan dosen, saya tidak bisa menangkap. Jadi, saya memilih membaca materi atau mempelajari materi di buku atau internet dan saya baca sendiri di malam hari saat saya tidak bisa tidur. Hasilnya tentu tidak maksimal karena saya belajarnya otodidak dengan pemahaman saya sendiri melalui apa yang saya baca, bukan dari penjelasan dosen yang tentunya lebih memahamkan”. Hasil Wawancara 19 Agustus 2016 Dalam wawancaranya informan “YS” menambahkan bahwa: “jika saya sedang tidak mengikuti perkuliahan waktunya saya habiskan untuk membaca buku karena saya merasa banyak ketinggalan materi dengan teman- teman yang lain”. Hasil Wawancara 19 Agustus 2016