100 mengikuti perkuliahan selama satu semester. Pada informan YS lebih
menyukai belajar sendiri dari pada mengikuti perkuliahan dosen. Dampak terjadinya insomnia pada ketiga informan dalam penelitian
memiliki kesamaan yaitu menyebabkan perilaku belajar dan kesehatan masing-masing informan dalam penelitian terganggu. Pada informan
“RA” insomnia membuat perilaku belajarnya menjadi malas ke kampus mengikuti
perkuliahan dan memiliki IPK rendah antara 1,9 hingga 2,6. Upaya yang
dilakukan adalah dengan mengurangi waktu bergadang dengan teman- teman, olah raga, dan membuat jadwal tidur.
Pada informan PDA dampak insomnia yang dirasakan adalah kesehatan terganggu, pikiran kacau, badan
menjadi letih, lesu, stress dan muncul banyak kekhawatiran, dan memiliki nilai IPK berkisar antara 1,5 sampai 2,9.
Upaya dilakukan oleh PDA yaitu mengulang mata kuliah yang tidak lulus, berencana untuk tranfer kuliah ke
kampus lain, merubah gaya hidup, dan memperbaiki pola tidur. Pada
informan “YS” dampak insomnia yang dirasakan adalah perasaan tidak
menentu, stress, depresi dan muncul banyak kekhawatiran, kuliah berantakan, kehilangan konsentrasi dan fokus belajar, hubungan sosialisasi
dengan teman – teman dan keluarga yang kurang membaur.
Upaya YS adalah memperbaiki pola tidur, pola hidup, bersosialisasi agar mengurangi
depresi dan akan meneruskan berobat ke dokter hingga sembuh. Hal ini
sejalan dengan teori Joewana Satya 2006: 45 yang menyatakan bahwa
selain yang sudah diuraikan sebelumnya faktor-faktor yang menyebabkan
101 seseorang mengalami insomnia dikarenakan rasa nyeri, kecemasan,
ketakutan, tekanan jiwa, dan kondisi yang tidak menunjang untuk tidur.
H. Pembahasan
Insomnia adalah ketidakmampuan untuk mencukupi kebutuhan tidur baik kualitas maupun kuantitas. Insomnia merupakan keadaan tidak dapat tidur atau
terganggunya pola tidur. Orang yang bersangkutan mungkin tidak dapat tidur, sukar untuk jatuh tidur, atau mudah terbangun dan kemudian tidak dapat tidur
lagi. Hal ini terjadi bukan karena penderita terlalu sibuk sehingga tidak mempunyai kesempatan untuk tidur, tetapi akibat dari gangguan jiwa terutama
gangguan depresi, kelelahan, dan gejala kecemasan yang memuncak. 1. Faktor-faktor yang Menyebabkan Terjadinya Insomnia
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa faktor yang menyebabkan terjadinya insomnia pada ketiga informan adalah karena
stress. Pada informan RA dan PDA faktor stress disebabkan karena faktor lingkungan keluarga, dan faktor lingkungan pergaulan. Sedangkan pada
informan YS faktor stress yang menyebabkan terjadinya insomnia disebabkan karena faktor lingkungan keluarga.
Pada informan “RA” faktor yang menyebabkan terjadinya insomnia
adalah stress yang berasal dari faktor lingkungan keluarga, dan faktor lingkungan pergaulan. Faktor lingkungan keluarga disebabkan oleh kondisi
keluarga yang cuek dan tidak memperhatikan RA. Pada faktor lingkungan pergaulan RA bergaul dengan teman-teman yang mempunyai pergaulan
bebas. Hal ini menyebabkan RA selalu pergi sore dan pulang pagi. Dampak
102 jangka panjangnya adalah insomnia dan terjerumus narkoba. Selain itu,
kondisi lingkungan sekitar kos RA juga terkesan tidak peduli dan membiarkan tidak adanya jam malam di kos-kosan tanpa diberi teguran atau
peringatan. Pada informan
“PDA” adalah faktor pergaulan bebas yang melakukan kebiasaan pergi malam pulang pagi, faktor konsumsi narkoba dan minuman
keras yang membuat PDA terjaga berhari-hari, faktor lingkungan tempat tinggal yang jauh dari orang tua sehingga tidak mendapatkan perhatian dan
pengawasan penuh serta kondisi tempat tinggal di kos-kosan yang tidak ada kontrol dari induk semang dan aparat setempat sehingga PDA dan teman-
teman dibolehkan melakukan aktivitas kapan pun tanpa ada batasan. Pada informan
“YS” faktor yang menyebabkan terjadinya insomnia informan
“YS” adalah faktor keluarga karena ayah menikah lagi setelah ibunya YS meninggal, stress, depresi, faktor konsumsi narkoba dan
minuman keras. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor
penyebab terjadinya insomnia pada informan dalam penelitian ini adalah faktor lingkungan, dan faktor lingkungan pergaulan. Faktor-faktor penyebab
terjadinya insomnia yang dialami oleh masing-masing informan dalam penelitian ini sejalan dengan teori
Potter 2006: 66 yang menjelaskan bahwa faktor-faktor yang menyebabkan seseorang mengalami insomnia
yaitu faktor psikologi, faktor problem psikiatri, faktor sakit fisik, dan faktor lingkungan, dan faktor gaya hidup.
103 Apabila ditinjau lebih lanjut teori Potter 2006: 66 tersebut sejalan
dengan hasil penelitian yang menemukan bahwa faktor-faktor yang menyebabkan ketiga informan mengalami insomnia dikarenakan kurangnya
perhatian keluarga yang menyebabkan tekanan jiwa dan adanya kecemasan, ketakutan, serta faktor pergaulan yang lebih mengarah ke gaya hidup
dimana lebih menyukai aktivitas pada malam hari dibandingkan aktivitas siang hari.
2. Perilaku Belajar Mahasiswa Yang mengalami Insomnia Berdasarkan hasil penelitian dari ketiga informan dalam penelitian ini
diketahui bahwa insomnia yang dialami masing-masing informan menyebabkan perilaku belajar yang menyimpang dimana kondisi tersebut
membuat aktivitas belajar dan perkuliahan informan menjadi berantakan.
P ada informan
“RA” diketahui bahwa insomnia yang dialami oleh informan
“RA” membuat aktivitas belajar dan perkuliahan informan menjadi berantakan. Informan menjadi sosok yang tidak dapat membagi
waktu antara belajar, bermain, dan kegiatan lainnya di kampus. Perilaku belajar informan menjadi tidak mampu konsentrasi, tidak fokus, mengantuk,
dan berbagai macam penjelasan dosen tentang materi perkuliahan tidak dapat dipahami dengan baik.
Perilaku Belajar dapat diartikan sebagai sebuah aktivitas belajar. Sebenarnya konsep dan pengertian belajar itu sangat beragam tergantung
dari sudut pandang setiap orang yang mengamatinya. Belajar sendiri diartikan sebagai perubahan yang secara relatif berlangsung lama pada