PERILAKU BELAJAR PADA MAHASISWA YANG MENGALAMI INSOMNIA.

(1)

PERILAKU BELAJAR PADA MAHASISWA YANG MENGALAMI INSOMNIA

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh Kartika Putri NIM 12104244024

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA


(2)

(3)

(4)

(5)

MOTTO

“Hari tuamu, cerminan pola hidupmu saat ini”

(Penulis)

“Jangan sia-siakan masa mudamu dengan kegiatan yang tidak bermanfaat, Belajarlah…. karena belajar akan membuatmu mengerti arti kehidupan ”


(6)

HALAMAN PERSEMBAHAN

Dengan mengucap syukur kehadirat ALLAH SWT atas berkat Rahmat, hidayah, dan Kemudahan yang telah diberikan. Karya ini ku persembahkan untuk: 1. Ibu Fantri Yhuniarti, SKM dan Bapak Sukiyo

2. Almamater Universitas Negeri Yogyakarta, Fakultas Ilmu Pendidikan, Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan, khususnya Program Studi Bimbingan dan Konseling.


(7)

PERILAKU BELAJAR PADA MAHASISWA YANG MENGALAMI INSOMNIA

Oleh Kartika Putri NIM 12104244024

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mengidentifikasi faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya insomnia, (2) mendeskripsikan gambaran perilaku belajar pada mahasiswa yang mengalami insomnia, dan (3) menggambarkan dampak insomnia terhadap perilaku belajar pada mahasiswa yang mengalami insomnia.

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif menggunakan metode studi kasus. Setting penelitian di universitas swasta di kota Surakarta. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan purposive sampling dengan kriteria mahasiswa yang memasuki tahap dewasa awal, mengalami insomnia setiap malam, bersedia menjadi informan penelitian, dan diperoleh informan penelitian sebanyak tiga mahasiswa universitas swasta di kota Surakarta. Metode pengumpulan data menggunakan wawancara mendalam dan observasi. Teknik analisis data menggunakan model analisis dari Miles & Huberman yang meliputi pengumpulan data, reduksi data, display data, dan kesimpulan. Teknik keabsahan data menggunakan teknik triangulasi sumber dan metode.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya insomnia pada ketiga informan adalah stress dan lingkungan pergaulan; (2) Perilaku belajar pada mahasiswa yang mengalami insomnia membuat aktivitas belajarnya berantakan, tidak mampu konsentrasi, tidak fokus, mengantuk, dan penjelasan dosen tidak dapat dipahami dengan baik; dan (3) Dampak terjadinya insomnia adalah perilaku belajar dan kesehatan terganggu. Upaya yang dilakukan adalah dengan mengurangi waktu bergadang dengan teman-teman, olah raga, membuat jadwal tidur, mengulang mata kuliah yang tidak lulus, berencana untuk tranfer kuliah ke kampus lain, merubah gaya hidup, memperbaiki pola tidur, dan berkonsultasi ke dokter sampai sembuh.


(8)

KATA PENGANTAR Bismillahirrahmannirrahim.

Alhamdulillah, tiada kata yang pantas terucap kecuali Puji Syukur kehadirat ALLAH SWT, atas segala nikmat dan karunia yang telah diberikan. Sholawat dan salam semoga senantiasa terlimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah menunjukkan jalan kebenaran dan menuntun manusia menuju agama Allah SWT yang mulia.

Selanjutnya, dengan kerendahan hati penulis ingin menghaturkan penghargaan dan rasa terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu

penyelesaian skripsi yang berjudul “Perilaku Belajar Pada Mahasiswa Yang Mengalami Insomnia”. Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan partisipasi berbagai pihak, skripsi ini tidak akan terwujud dengan baik. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk kuliah dan menyelesaikan tugas akhir skripsi.

2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang telah mendukung secara akademik maupun administrasi.

3. Ketua Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan yang telah mendukung secara akademik maupun administrasi.

4. Sri Iswanti, M.Pd selaku dosen pembimbing skripsi yang telah membimbing penulis dengan penuh perhatian dan kesabaran.

5. Bapak/Ibu dosen prodi BK, terimakasih telah memberikan banyak ilmu kepada penulis.


(9)

(10)

DAFTAR ISI

hal

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PERNYATAAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 8

C. Pembatasan Masalah ... 8

D. Rumusan Masalah ... 8

E. Tujuan Penelitian ... 9

F. Manfaat Penelitian ... 9

BAB II KAJIAN TEORI A. Perilaku Belajar……… ... 11

1. Pengertian Belajar ... 11

2. Pengertian Perilaku Belajar ... 12

3. Perwujudan Perilaku Belajar ... 13


(11)

B. Insomnia……… ... 16

1. Pengertian Insomnia ... 16

2. Faktor-faktor Penyebab Terjadinya Insomnia ... 18

3. Jenis-jenis Insomnia ... 21

4. Tanda dan Gejala Insomnia ... 22

5. Dampak Terjadinya Insomnia ... 23

C. Karakteristik Mahasiswa……… ... 25

1. Pengertian Mahasiswa ... 25

2. Pengertian Mahasiswa sebagai Dewasa Awal ... 26

3. Ciri Perkembangan Mahasiswa Pada Tahap Dewasa Awal ... 28

4. Jenis-Jenis Masalah Mahasiswa ... 30

5. Tanggung jawab Mahasiswa ... 33

D. Keterkaitan Insomnia dengan Perilaku Belajar Mahasiswa... 34

E. Bidang Garapan dan Bimbingan Konseling ... 35

F. Penelitian Yang Relevan ... 42

G. Kerangka Pikir ... 43

H. Pertanyaan Penelitian ... 48

BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian ... 50

B. Langkah-langkah Penelitian ... 50

C. Informan Penelitian ... 52

D. Setting Penelitian ... 53

E. Teknik Pengumpulan Data ... 53

F. Instrumen Penelitian ... 54

G. Teknik Analisis Data... 56

H. Teknik Keabsahan Data ... 59

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 61

B. Pembahasan ... 101


(12)

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan ... 112

B. Saran ... 113

DAFTAR PUSTAKA ... 116


(13)

DAFTAR TABEL

hal

Tabel 1. Pedoman Observasi ... 55

Tabel 2. Pedoman Wawancara Mahasiswa yang Mengalami Insomnia ... 55

Tabel 3. Pedoman Wawancara Informan ... 56


(14)

DAFTAR GAMBAR

hal Gambar 1. Skema Kerangka Pikir ... 47 Gambar 2. Teknik Analisis Data ... 57


(15)

DAFTAR LAMPIRAN

hal

Lampiran 1. Pedoman Observasi ... 121

Lampiran 2. Pedoman Wawancara ... 122

Lampiran 3. Hasil Wawancara ... 125

Lampiran 3. Reduksi Data ... 158


(16)

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Tidur merupakan bagian penting dalam kebutuhan hidup manusia. Tidur merupakan kebutuhan primer yang harus dipenuhi. Upaya apapun pada seseorang untuk bertahan tidak tidur dalam waktu yang terbatas, dan pada akhirnya dia akan tertidur juga, karena dengan tidak tidur seseorang dapat mengalami halusinasi dan permasalahan konsentrasi. Tidur bukan sekedar respon terhadap kebutuhan fisiologis tetapi juga dibutuhkan untuk menjaga fungsi otak agar tetap berfungsi dengan normal. Selain itu juga tidur dibutuhkan untuk memperbaharui kebutuhan fisik dan fungsi mental seseorang setiap hari, dan tidur memiliki fungsi utama untuk istirahat dan memperbaiki level energi dalam tubuh (Carlson, 2003: 66).

Tidur sangat penting bagi manusia, karena dalam tidur terjadi proses pemulihan, proses ini bermanfaat mengembalikan kondisi seseorang pada keadaan semula, dengan begitu, tubuh yang tadinya mengalami kelelahan akan menjadi segar kembali. Proses pemulihan yang terhambat dapat menyebabkan organ tubuh tidak bisa bekerja dengan maksimal, akibatnya orang yang kurang tidur akan cepat lelah dan mengalami penurunan konsentrasi. Kondisi tidur dapat memasuki suatu keadaan istirahat periodik dan pada saat itu kesadaran terhadap alam menjadi terhenti, sehingga tubuh dapat beristirahat. Otak memiliki sejumlah fungsi, struktur, dan pusat-pusat tidur yang mengatur siklus tidur dan terjaga. Tubuh pada saat yang sama menghasilkan substansi yang


(17)

ketika dilepaskan ke dalam aliran darah akan membuat mengantuk. Proses tersebut jika diubah oleh stres, kecemasan, gangguan dan sakit fisik dapat menimbulkan insomnia (Potter & Perry, 2006: 33).

Insomnia adalah ketidakmampuan untuk mencukupi kebutuhan tidur baik kualitas maupun kuantitas. Insomnia dapat menjadi kronis, mampu menyebabkan kelelahan, kegelisahan, dan gangguan kejiwaan pada segi mental atau kejiwaan. Insomnia akan mempengaruhi sistem syaraf, menyebabkan timbulnya perubahan suasana kejiwaan, sehingga penderita akan menjadi lesu, lemah menghadapi rangsangan, dan sulit berkonsentrasi. Insomnia adalah keluhan sulit untuk masuk tidur atau sulit mempertahankan tidur (sering terbangun saat tidur) dan bangun terlalu awal serta tetap merasa badan tidak segar meskipun sudah tidur (Maramis, 2000: 34).

Insomnia adalah gejala yang dialami oleh orang yang mengalami kesulitan kronis untuk tidur, sering terbangun dari tidur, dan tidur singkat atau tidur nonrestoratif. Penderita insomnia mengalami kondisi mengantuk yang berlebihan di siang hari, dimana kuantitas dan kualitas tidurnya tidak cukup. Gejala-gejala insomnia secara umum adalah seseorang sulit untuk memulai tidur, sering terbangun pada malam hari ataupun di tengah-tengah saat tidur. Orang yang menderita insomnia juga bisa terbangun lebih dini dan kemudian sulit untuk tidur kembali.

Insomnia merupakan ganggguan tidur yang paling sering dikeluhkan. Nurmiati Amir (2010: 12), dokter spesialis kejiwaan dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, mengatakan bahwa


(18)

insomnia menyerang 10 persen dari total penduduk di Indonesia atau sekitar 28 juta orang. Total angka kejadian insomnia tersebut 10-15 persennya merupakan gejala insomnia kronis. Seseorang dapat mengalami insomnia akibat stres situasional seperti masalah keluarga, kerja atau sekolah, penyakit, atau kehilangan orang yang dicintai. Insomnia temporer akibat situasi stres dapat menyebabkan kesulitan kronik untuk mendapatkan tidur yang cukup, mungkin disebabkan oleh kekhawatiran, stres, dan kecemasan.

Usia mahasiswa menunjukkan bahwa para mahasiswa umumnya berada dalam tahap remaja hingga dewasa muda. Seseorang pada rentang usia ini masih labil dalam hal kepribadiannya, sehingga dalam menghadapi masalah, mahasiswa cenderung terlihat kurang berpengalaman. Masalah-masalah tersebut, baik dalam hal perkuliahan maupun kehidupan di luar kampus dapat menjadi distress yang mengancam, karena ketika ada stressor yang datang, maka tubuh akan meresponnya.

Stressor yang dialami mahasiswa sangat besar dampaknya, hal tersebut dibuktikan oleh penelitian yang dilakukan oleh Hadiyanto (2006: 8). Penelitian tersebut mendapatkan data sebanyak 3% mahasiswa mengalami stres berat dan akan bertambah jika institusi pendidikan tidak melakukan pencegahan stres terhadap mahasiswa keperawatan. Stres yang tidak mampu dikendalikan dan diatasi oleh individu akan memunculkan dampak negatif. Dampak negatif pada mahasiswa secara kognitif antara lain sulit berkonsentrasi, sulit mengingat pelajaran, dan sulit memahami pelajaran. Dampak negatif secara emosional antara lain sulit memotivasi diri, munculnya perasaan cemas, sedih,


(19)

kemarahan, frustrasi, dan efek negatif lainnya. Dampak negatif secara fisiologis antara lain gangguan kesehatan, daya tahan tubuh yang menurun terhadap penyakit, sering pusing, badan terasa lesu, lemah, dan insomnia. Dampak perilaku yang muncul antara lain menunda-nunda penyelesaian tugas kuliah, malas kuliah, penyalahgunaan obat dan alkohol, terlibat dalam kegiatan mencari kesenangan yang berlebih-lebihan serta berisiko tinggi (Spagenberg & Theron, 1998: 78).

Gangguan tidur kronis (kurang dari 6 jam semalam untuk tiga malam atau lebih) dapat secara serius memperburuk performa kognitif bahkan ketika orang tersebut tidak menyadarinya (Van Dongen, 2003: 76). Sehingga, kondisi tersebut dapat menimbulkan gangguan pada proses pikir, konsentrasi belajar, persepsi, dan dapat menimbulkan kendala dalam kehidupan mereka yang masih belajar sehingga akan mempengaruhi indeks prestasi belajarnya.

Hasil penelitian Dewi (2005: 2) menemukan bahwa sebanyak 6 mahasiswa keperawatan mengalami insomnia dikarenakan mengalami kesulitan untuk memulai tidur (tidur lebih dari jam sembilan malam) merasakan keluhan seperti pusing dan letih ketika bangun tidur, dan kebanyakan dari mereka tidak konsentrasi dalam mengikuti mata kuliah terutama jika jadwal kuliah berlangsung pada pagi hari dan mereka cenderung akan merasa mengantuk. Hasil penelitian Dewi (2005: 2) membuktikan bahwa adanya insomnia mampu memberikan dampak pada perilaku belajar mahasiswa.


(20)

Perilaku dalam belajar dapat diartikan sebagai sebuah aktivitas yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan nilai sikap (Muhibbin Syah, 2008: 118). Belajar adalah kunci untuk memajukan pendidikan. Perwujudan perilaku belajar ditunjukkan pada perubahan-perubahan yang meliputi kebiasaan, keterampilan, berpikir rasional dan kritis, sikap, inhibisi, dan tingkah laku afektif.

Hasil penelitian Dewi (2005: 2) sejalan dengan teori Nasoetion (2005: 46) yang menjelaskan bahwa salah satu dampak yang sering dialami oleh mahasiswa yang mengalami insomnia adalah penurunan konsentrasi belajar. Menurut Nasution (2010: 47) konsentrasi belajar adalah kemampuan untuk memusatkan pikiran terhadap aktivitas belajar. Konsentrasi belajar dapat diartikan sebagai suatu perilaku untuk memusatkan perhatian mahasiswa terhadap pelaksanaan pembelajaran dan dapat memahami setiap materi pelajaran yang telah diberikan. Sehingga, jika seseorang mampu memperbaiki perilaku belajarnya maka pendidikannya akan menunjukkan hasil yang baik pula. Jadi, seseorang yang tidak mampu memenuhi kebutuhan tidurnya, akan mengalami gangguan tidur salah satunya insomnia yang akan menyerang segala usia termasuk mahasiswa, dan akan berakibat bagi perilaku belajarnya.

Penelitian ini dilakukan di salah satu universitas swasta di kota Surakarta. Peneliti memilih universitas tersebut sebagai lokasi penelitian karena berdasarkan informasi yang dihimpun diketahui bahwa di universitas tersebut terdapat beberapa mahasiswa yang mengalami insomnia dan berdampak pada


(21)

perilaku berlajarnya. Selain itu, peneliti menetapkan universitas tersebut sebagai lokasi penelitian karena pada universitas swasta peraturan yang ditetapkan tidak seketat peraturan pada universitas negeri, sehingga masih banyak kelonggaran-kelonggaran yang dapat dimanfaatkan oleh mahasiswa pengidap insomnia tersebut dalam kegiatan belajar. Kondisi ini ternyata dimanfaatkan oleh mahasiswa pengidap insomnia. Mahasiswa pengidap insomnia tersebut merasa bahwa pihak universitas akan memudahkan kesulitan yang dihadapi oleh mahasiswa pengidap insomnia ketika tidak mengikuti perkuliahan.

Mahasiswa merupakan kelompok yang paling rentan menderita insomnia. Akibatnya mereka mempunyai risiko yang lebih tinggi dalam mengalami dampak negatif yang ditimbulkan akibat insomnia. Oleh karena itu, perlunya bimbingan dan konseling dalam membantu mengatasi permasalahan perilaku belajar pada mahasiswa pengidap insomnia. Bimbingan dan konseling adalah suatu proses tolong menolong untuk mencapai tujuan yang dimaksud, dapat juga diartikan sebagai hubungan timbal balik antara dua orang untuk menangani masalah klien, yang di dukung dengan keahlian dalam suasana yang laras dan integrasi, berdasarkan norma-norma yang berlaku untuk tujuan yang berguna bagi klien. Bidang garapan bimbingan dan konseling mencakup bidang bimbingan pribadi, bidang bimbingan sosial, bidang bimbingan belajar, dan bidang bimbingan karier.

Pada penelitian ini perilaku belajar pada mahasiswa pengidap insomnia termasuk dalam bidang garapan bimbingan dan konseling pada ranah bidang


(22)

bimbingan pribadi, bidang bimbingan sosial, dan bimbingan belajar. Perilaku belajar pada mahasiswa pengidap insomnia termasuk dalam bidang garapan bimbingan dan konseling pada ranah bidang bimbingan pribadi dikarenakan adanya bimbingan dan konseling tersebut bertujuan untuk membantu individu agar bisa memecahkan masalah-masalah yang bersifat pribadi. Perilaku belajar pada mahasiswa pengidap insomnia termasuk dalam bidang garapan bimbingan dan konseling pada ranah bidang bimbingan sosial dilakukan supaya individu yang dibimbing mampu melakukan interaksi sosial secara baik dengan lingkungannya. Perilaku belajar pada mahasiswa pengidap insomnia termasuk dalam bidang garapan bimbingan dan konseling pada ranah bidang bimbingan belajar dikarenakan adanya bimbingan dan konseling tersebut bertujuan untuk membantu individu (mahasiswa) agar mencapai perkembangan yang optimal, sehingga tidak menghambat perilaku belajar mahasiswa pengidap insomnia.

Berdasarkan permasalahan tentang insomnia yang termasuk dalam bidang garapan bimbingan dan konseling pada ranah bidang bimbingan pribadi, bidang bimbingan sosial, dan bimbingan belajar maka peneliti selaku mahasiswa jurusan bimbingan dan konseling tertarik untuk melakukan penelitian untuk mengidentifikasi faktor-faktor penyebab insomnia, gambaran perilaku belajar pada mahasiswa pengidap insomnia, dan dampak yang ditimbulkan. Hal ini menjadi penting mengingat, perilaku belajar mahasiswa dewasa awal akan mempengaruhi masa studi yang akan ditempuh mahasiswa dan kualitas dari tugas yang dikerjakan mahasiswa tersebut. Oleh karena itu,


(23)

peneliti bermaksud melakukan penelitian dengan judul “Perilaku Belajar Pada Mahasiswa Yang Mengalami Insomnia”.

B.Identifikasi Masalah

Berdasarkan pada latar belakang masalah di atas dapat diidentifikasi beberapa permasalahan sebagai berikut:

1. Mahasiswa merupakan kelompok yang paling rentan menderita insomnia. 2. Mahasiswa mengalami insomnia karena stress yang bersumber dari

kehidupan pribadinya.

3. Insomnia dapat memberikan dampak yang besar bagi mahasiswa terutama pada perilaku belajarnya.

4. Belum diketahui perilaku belajar pada mahasiswa yang mengalami insomnia.

C.Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka penelitian hanya membatasi tentang masalah perilaku belajar mahasiswa yang mengalami insomnia.

D.Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas maka masalah-masalah yang diangkat dalam penelitian ini yaitu:

1. Apakah faktor-faktor penyebab terjadinya insomnia?

2. Bagaimanakah gambaran perilaku belajar pada mahasiswa yang mengalami insomnia?


(24)

E.Tujuan Penelitian

Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk : 1. Mengidentifikasi faktor-faktor penyebab terjadinya insomnia.

2. Mendeskripsikan gambaran perilaku belajar pada mahasiswa yang mengalami insomnia.

3. Menggambarkan dampak yang ditimbulkan dari insomnia terhadap perilaku belajar pada mahasiswa yang mengalami insomnia.

F.Manfaat Penelitian

Secara umum ada dua manfaat yang dapat diperoleh dari hasil penelitian ini, yaitu manfaat teoritis dan manfaat praktis.

1. Manfaat Teoritis

Sebagai tambahan ilmu pengetahuan khusunya di bidang bimbingan konseling

2. Manfaat Praktis a. Bagi Informan

Membantu memahami tentang gangguan insomnia yang terjadi pada dirinya beserta dampaknya bagi perilaku dan belajarnya serta strategi yang bisa ditempuh untuk mengatasi gangguan insomnia agar perilaku dan belajarnya tetap terkendali.

b. Bagi Peneliti

Menambah wawasan dan pengetahuan serta pengalaman yang bisa digunakan sebagai bekal untuk memasuki lapangan kerja mendatang.


(25)

c. Bagi Mahasiswa

Menambah pengetahuan tentang gangguan insomnia, tentang belajar, dan dampak-dampak insomnia bagi perilaku belajar mahasiswa, serta mengetahui strategi untuk mengatasi gangguan insomnia.


(26)

BAB II KAJIAN TEORI

A.Perilaku Belajar 1. Pengertian Belajar

Menurut pengertian secara psikologis belajar merupakan suatu proses perubahan, yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dan interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan-perubahan tersebut akan nyata dalam seluruh aspek tingkah laku. Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (Slameto, 2010: 2).

Durton dalam Muhtadi (2012: 12) mengartikan belajar adalah suatu perubahan dalam diri individu sebagai hasil interaksi lingkungannya untuk memenuhi kebutuhan dan menjadikannya lebih mampu melestarikan lingkungan secara memadai. Menurut Baharuddin (2010: 13) menjelaskan bahwa belajar memiliki pengertian memperoleh pengetahuan atau menguasai pengetahuan melalui pengalaman, mengingat, menguasai pengalaman, dan mendapatkan informasi atau menemukan.

Dari pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil dari berbagai bentuk seperti perubahan pengetahuan, pemahaman sikap, tingkah laku, ketrampilan, kecakapan, kebiasaan serta perubahan aspek-aspek lain yang ada pada individu yang belajar.


(27)

2. Pengertian Perilaku Belajar

Perilaku Belajar dapat diartikan sebagai sebuah aktivitas belajar. Sebenarnya konsep dan pengertian belajar itu sangat beragam tergantung dari sudut pandang setiap orang yang mengamatinya. Belajar sendiri diartikan sebagai perubahan yang secara relatif berlangsung lama pada perilaku yang diperoleh kemudian dari pengalaman-pengalaman (Davidoff, 1998: 178).

Perilaku atau yang disebut behavior adalah semua aktivitas yang dilakukan manusia pada umunya. Perilaku atau yang biasa di sebut sikap mengandung makna yang luas, menunjukkan bahwa sikap itu tidak muncul seketika atau dibawa lahir, tetapi disusun dan dibentuk melalui pengalaman serta memberikan pengaruh langsung kepada respons seseorang (Djali, 2013: 114).

Perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca, dan sebagainya. Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku manusia adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar (Notoatmodjo, 2003: 45). Menurut Muhibbin Syah (2008: 118) menyatakan bahwa perilaku dalam belajar dapat diartikan sebagai sebuah aktivitas yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan nilai sikap.


(28)

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa perilaku adalah semua kegiatan atau aktivitas dari manusia itu sendiri baik berupa reaksi, tanggapan, jawaban, atau balasan yang dilakukan individu. Sedangkan, perilaku belajar dapat diartikan sebagai sebuah aktivitas dalam belajar. Perilaku belajar dapat juga diartikan kecenderungan perilaku seseorang tatkala ia mempelajari hal-hal yang bersifat akademik.

3. Perwujudan Perilaku Belajar

Menurut Muhibbin Syah (2008: 118) dalam perwujudan perilaku belajar biasanya lebih sering tampak dalam perubahan-perubahan sebagai berikut: a. Kebiasaan

Kebiasaan itu timbul karena proses penyusutan respon menggunakan stimulus yang berulang, pembiasaan juga meliputi pengurangan perilaku yang tidak diperlukan karena proses penyusutan inilah yang baru dan menjadi kebiasaan baru.

b. Keterampilan

Indikator tentang keterampilan perilaku belajar antara lain meminjam catatan teman apabila tidak masuk kelas karena kegiatan lain, keterampilan membuat rumus yang lebih mudah setelah mempelajarinya, keterampilan dalam hal belajar kelompok, keterampilan dalam hal membagi waktu. c. Berpikir Rasional (Kritis)

Indikator dalam berfikir rasional (kritis) antara lain meminta bantuan teman jika mengalami kesulitan, sering berdiskusi untuk memecahkan masalah dalam soal.

d. Sikap (Attitude)

Kecenderungan yang relatif menetap untuk bereaksi dengan cara baik atau buruk terhadap orang atau barang tertentu. Indikator dalam sikap antara lain selalu mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru, lebih banyak belajar untuk persiapan ujian nasional.

e. Inhibsi

Merupakan kesanggupan siswa untuk mengurangi atau menghentikan tindakan yang tidak perlu lalu memilih atau melakukan tindakan lainnya yang lebih baik. Indikator dalam inhibsi antara lain mudah bosan dalam hal belajar sesuatu, belajar lebih giat lagi jika mendapatkan nilai yang jelek, lebih mementingkan belajar untuk ujian nasional daripada kegiatan lain. f. Tingkah Laku Afektif

Merupakan tingkah laku yang menyangkut keaneragaman perasaan seperti takut, marah, sedih, gembira, senang, was-was, dan sebagainya.


(29)

Perasaan ini tidak terlepas dari pengaruh pengalaman belajar oleh karena itu dimasukkan dalam perwujudan perilaku belajar. Indikator tentang tingkah laku afektif antara lain perasaan jika terlalu lama mengerjakan skripsi, perasaan tentang kesiapan menghadapi siding pendadaran, ketakutan jika tidak mampu menjawab pada saat pendadaran, konsentrasi saat mempelajari skripsi yang akan diujikan.

Menurut Rebber (1998: 110) dalam perwujudan perilaku belajar biasanya lebih sering tampak dalam perubahan-perubahan sebagai berikut:

a. Kebiasaan

Kebiasaan itu timbul karena proses penyusutan kecenderungan respons dengan menggunakan stimulasi yang berulang-ulang.

b. Keterampilan

Keterampilan adalah kemampuan melakukan pola-pola tingkah laku yang kompleks dan tersusun rapi secara mulus dan sesuai dengan keadaan untuk mencapai hasil tertentu.

c. Berpikir Rasional dan Kritis

Berpikir rasional dan kritis adalah perwujudan perilaku belajar terutama yang bertalian dengan pemecahan masalah.

d. Sikap

Sikap (attitude) adalah kecenderungan yang relatif menetap untuk bereaksi dengan cara baik atau buruk terhadap orang tertentu.

e. Inhibisi

Kemampuan siswa dalam melakukan inhibisi pada umumnya diperoleh lewat belajar.

f. Tingkah Laku Afektif

Tingkah laku afektif adalah tingkah laku yang menyangkut keanekaragaman perasaan seperti takut, marah, sedih, gembira, kecewa, senang, benci, was-was, dan sebagainya.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa perwujudan perilaku belajar ditunjukkan pada perubahan-perubahan yang meliputi kebiasaan, keterampilan, berpikir rasional dan kritis, sikap, inhibisi, dan tingkah laku afektif.

4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Belajar


(30)

a. Faktor internal (faktor dari dalam siswa), yakni keadaan atau kondisi jasmani dan rohani, faktor yang berasal dari dalam diri siswa sendiri yang meliputi 2 aspek yakni:

1) Aspek Fisiologis

Kondisi umum jasmani dan tonus (tegangan otot) yang menandai tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan sendi-sendinya. Kondisi fisik yang sehat dan bugar akan memberikan pengaruh positif terhadap kegiatan belajar individu. Oleh karena keadaan tonus dan jasmani sangat mempengaruhi proses belajar, maka perlu ada usaha untuk menjaga kesehatan jasmani. Cara untuk menjaga kesehatan jasmani antara lain adalah menjaga pola makan yang sehat, rajin berolahraga, istirahat yang cukup.

2) Aspek Psikologis

Banyak faktor yang termasuk aspek psikologis yang dapat mempengaruhi kuantitas dan kualitas perolehan pembelajaran siswa. Namun diantara faktor-faktor rohaniah siswa yang pada umumnya lebih essential itu adalah sebagai berikut: yang pertama adalah tingkat kecerdasan/ inteligensi siswa merupakan faktor yang paling penting dalam proses belajar siswa karena itu menentukan kualitas belajar siswa, kedua adalah sikap siswa, yang ketiga adalah bakat siswa, keempat minat siswa dan yang terakhir motivasi siswa.

b. Faktor eksternal (faktor dari luar siswa), yakni kondisi lingkungan disekitar siswa. Faktor-faktor yang memengaruhi belajar dapat digolongkan menjadi dua golongan yaitu faktor lingkungan nonsosial dan lingkungan sosial yang meliputi lingkungan sekolah, lingkungan sosial masyarakat dan lingkungan sosial keluarga.

c. Faktor pendekatan belajar (approach to learning), yakni jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi pelajaran. Faktor ini hendaknya disesuaikan dengan usia perkembangan siswa, begitu juga dengan metode mengajar guru, disesuaikan dengan perkembangan siswa. Oleh karena itu, agar guru dapat memberikan kontribusi yang terhadap aktivitas belajar siswa, maka guru harus menguasai materi pelajaran dan berbagai metode.

Menurut Slameto (2010: 54), faktor-faktor yang mempengaruhi belajar dapat digolongkan menjadi 2, yaitu “faktor intern faktor ekstern”:

a. Faktor intern:

1) Faktor jasmani, yaitu faktor kesehatan dan cacat tubuh.

2) Faktor psikologis, yaitu inteligensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan dan kesiapan.

3) Faktor kelelahan, yaitu kelelahan jasmani yang terlihat dengan lemahnya kondisi tubuh dan timbul kecenderungan untuk membaringan tubuh,


(31)

sedangkan kelelahan rohani dapat dilihat dengan adanya kelesuan dan kebosanan, sehingga minat dan dorongan akan berkurang.

b. Faktor ekstern:

1) Faktor keluarga, meliputi cara orang tua mendidik, relasi antara anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua dan latar belakang kebudayaan.

2) Faktor sekolah, meliputi metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, keadaan gedung, metode belajar, dan tugas rumah.

3) Faktor masyarakat, meliputi kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media, teman bergaul, dan bentuk kehidupan masyarakat.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku belajar seseorang meliputi faktor internal yang terdiri dari aspek fisiologis dan psikologis, faktor ekternal meliputi lingkungan sosial, lingkungan non sosial, dan faktor pendekatan belajar.

B.Insomnia

1. Pengertian Insomnia

Insomnia adalah ketidakmampuan untuk mencukupi kebutuhan tidur baik kualitas maupun kuantitas. Jenis insomnia ada 3 macam yaitu insomnia inisial atau tidak dapat memulai tidur, insomnia intermitten atau tidak bisa mempertahankan tidur atau sering terjaga dan insomnia terminal atau bangun secara dini dan tidak dapat tidur kembali (Potter & Perry, 2006: 59). Untuk menyembuhkan insomnia, maka terlebih dahulu harus dikenali penyebabnya. Artinya, kalau disebabkan penyakit tertentu, maka untuk mengobatinya maka penyakitnya yang harus disembuhkan terlebih dahulu (Aman Ruli, 2005: 56).

Insomnia berasal dari kata in artinya tidak dan somnus yang berarti tidur, jadi insomnia berarti tidak tidur atau gangguan tidur. Selanjutnya dijelaskan bahwa insomnia ada tiga macam, yaitu pertama, Initial Insomnia artinya gangguan


(32)

malam dan sulit untuk tidur lagi. Ketiga, Late Insomnia yaitu sering mengalami gangguan tidur saat bangun pagi (Hawari, 2006: 72).

The Diagnostic and Statistical of Mental Disorder IV (DSM-IV) mendefinisikan gangguan insomnia primer adalah keluhan tentang kesulitan mengawali tidur dan/atau menjaga keadaan tidur atau keadaan tidur yang tidak restoratif minimal satu bulan terakhir (Espie, 2002: 41). Menurut Espie (2002: 43), insomnia merupakan keadaan tidak dapat tidur atau terganggunya pola tidur. Orang yang bersangkutan mungkin tidak dapat tidur, sukar untuk jatuh tidur, atau mudah terbangun dan kemudian tidak dapat tidur lagi. Hal ini terjadi bukan karena penderita terlalu sibuk sehingga tidak mempunyai kesempatan untuk tidur, tetapi akibat dari gangguan jiwa terutama gangguan depresi, kelelahan, dan gejala kecemasan yang memuncak.

Insomnia adalah ketidakmampuan atau kesulitan untuk tidur. Kesulitan tidur ini bisa menyangkut kurun waktu (kuantitas) atau kelelapan (kualitas) tidur. Penderita insomnia sering mengeluh tidak bisa tidur, kurang lama tidur, tidur dengan mimpi yang menakutkan, dan merasa kesehatannya terganggu. Penderita insomnia tidak dapat tidur pulas walaupun diberi kesempatan tidur sebanyak-banyaknya. Pada keadaan normal, dari pemeriksaan kegiatan otak melalui elektro-ensefalografi (EEG), sepanjang masa tidur terjadi fase-fase yang silih berganti antara tidur sinkronik dan tidur asinkronik. Pergantian ini kira-kira setiap dua jam sekali. Fase tidur sinkronik ditandai dengan tidur nyenyak, dengan tubuh dalam keadaan tenang. Fase tidur asinkronik ditandai dengan kegelisahan dan reaksi-reaksi jasmaniah lainnya, seperti gerakan-gerakan bola mata yang merupakan fase


(33)

mimpi. Orang normal yang tidurnya terganggu pada fase asinkronik akan merasa jengkel, tidak puas, dan menjadi murung (Espie, 2002: 45).

Penderita insomnia mengalami gangguan dalam masa peralihan dan kualitas dari fase-fase tidur, terutama pada fase asinkronik. Dari penelitian ternyata bahwa saat yang dianggap penderita sebagai terjaga di malam hari sebenarnya merupakan fase-fase mimpi. Sebaliknya, beberapa masa tidur yang singkat sebenarnya merupakan tidur yang sesungguhnya Insomnia dikelompokkan dalam tiga tipe. Tipe pertama adalah penderita yang tidak dapat atau sulit tidur selama 1 sampai 3 jam pertama. Namun, karena kelelahan akhirnya tertidur juga. Tipe ini biasanya dialami penderita usia muda yang sedang mengalami kecemasan. Tipe kedua, dapat tidur dengan mudah dan nyenyak, namun setelah 2 sampai 3 jam tidur terbangun. Kejadian ini bisa berlangsung berulang kali. Tipe ketiga, penderita dapat tidur dengan mudah dan nyenyak, namun pada pagi buta dia terbangun dan tidak dapat tidur lagi. Ini biasa dialami orang yang sedang mengalami depresi.

Jadi, dapat ditarik kesimpulan bahwa insomnia adalah suatu gangguan tidur yang dialami oleh penderita dengan gejala-gejala selalu merasa letih dan lelah sepanjang hari dan secara terus menerus (lebih dari sepuluh hari) mengalami kesulitan untuk tidur atau selalu terbangun di tengah malam dan tidak dapat kembali tidur. Seringkali penderita terbangun lebih cepat dari yang diinginkannya dan tidak dapat kembali tidur.


(34)

a. Suara atau Bunyi

Biasanya orang dapat menyesuaikan dengan suara atau bunyi sehingga tidak mengganggu tidurnya. Misalnya seseorang yang takut diserang atau dirampok, pada malam hari terbangun berkali-kali hanya suara yang halus sekalipun.

b. Suhu Udara

Kebanyakan orang akan berusaha tidur pada suhu udara yang menyenangkan bagi dirinya. Bila suhu udara rendah memakai selimut dan bila suhu tinggi memakai pakaian tipis, insomnia ini sering dijumpai didaerah tropic.

c. Tinggi Suatu Daerah

Insomnia merupakan gejala yang sering dijumpai pada mountain sickness (mabuk udara tipis), terjadi pada pendaki gunung yang lebih dari 3500 meter diatas permukaan air laut.

d. Penggunaan Bahan Yang Mengganggu Susunan Saraf Pusat

Insomnia dapat terjadi karena penggunaan bahan-bahan seperti kopi yang mengandung kafein, tembakau yang mengandung nikotin dan obat-obat pengurus badan yang mengandung anfetamin atau yang sejenis.

e. Penyakit Psikologi

Beberapa penyakit psikologi ditandai antara lain dengan adanya insomnia seperti pada gangguan afektif, gangguan neurotic, beberapa gangguan kepribadian, gangguan stress pasca-trauma dan lain-lain.

Beberapa faktor yang merupakan penyebab Insomnia (Potter, 2006: 66) yaitu:

a. Faktor Psikologi

Stres yang berkepanjangan paling sering menjadi penyabab dari Insomnia jenis kronis, sedangkan berita-berita buruk gagal rencana dapat menjadi penyebab insomnia transient.

b. Faktor Problem Psikiatri

Depresi paling sering ditemukan. Jika bangun lebih pagi dari biasanya yang tidak diingininkan, adalah gejala paling umum dari awal depresi, Cemas, Neorosa, dan gangguan psikologi lainnya sering menjadi penyebab dari gangguan tidur.

c. Faktor Sakit Fisik

Sesak nafas pada orang yang terserang asma, sinus, flu sehingga hidung yang tersumbat dapat merupakan penyebab gangguan tidur. Selama penyebab fisik atau sakit fisik tersebut belum dapat ditanggulangi dengan baik, gangguan tidur atau sulit tidur akan dapat tetap dapat terjadi.

d. Faktor Lingkungan

Lingkungan yang bising seperti lingkungan lintasan pesawat jet, lintasan kereta api, pabrik atau bahkan TV tetangga dapat menjadi faktor penyebab susah tidur.


(35)

e. Faktor Gaya Hidup

Alkohol, rokok, kopi, obat penurun berat badan, jam kerja yang tidak teratur, juga dapat menjadi faktor penyebab sulit tidur.

Menurut Aman (2005: 55) faktor faktor yang menyebabkan seseorang mengalami insomnia diantaranya adalah rasa nyeri, kecemasan, ketakutan, tekanan jiwa, dan kondisi yang tidak menunjang untuk tidur. Secara garis besarnya, faktor-faktor penyebab insomnia yaitu:

a. Stres atau kecemasan

Didera kegelisahan yang dalam, biasanya karena memikirkan permasalahan yang sedang dihadapi.

b. Depresi

Depresi selain menyebabkan insomnia, depresi juga bisa menimbulkan keinginan untuk tidur terus sepanjang waktu karena ingin melepaskan diri dari masalah yang dihadapi. Depresi bisa menyebabkan insomnia dan sebaliknya insomnia menyebabkan depresi.

c. Kelainan-kelainan kronis

Kelainan tidur (seperti tidur apnea), diabetes, sakit ginjal, artritis, atau peyakit yang mendadak seringkali menyebabkan kesulitan tidur.

d. Efek samping pengobatan

Pengobatan untuk suatu penyakit juga dapat menjadi penyebab insomnia. e. Pola makan yang buruk

Mengonsumsi makanan berat saat sebelum tidur bisa menyulitkan untuk tertidur.

f. Kafein, Nikotin, dan Alkohol

Kafein dan nikotin adalah zat stimulan. Alkohol dapat mengacaukan pola tidur.

g. Kurang olahraga

Kurang olahraga juga dapat menjadi faktor sulit tidur yang signifikan. h. Usia lanjut (insomnia lebih sering terjadi pada orang berusia diatas 60

tahun). i. Wanita hamil

j. Riwayat depresi/penurunan

Berdasarkan uraian di atas dapat dijelaskan bahwa faktor-faktor yang menyebabkan seseorang mengalami insomnia yaitu stress atau kecemasan, depresi, kelainan kronis, efek samping pengobatan, pola makan yang buruk,


(36)

penggunaan alcohol, kurangnya olah raga, usia lanjut, wanita hamil, faktor lingkungan tempat tinggal, dan gaya hidup seseorang.

3. Jenis-Jenis Insomnia

Cukup banyak orang yang mengalami satu dari ketiga jenis gangguan tidur ini (Espie, 2002: 55). Adapun uraiannya sebagai berikut:

a. Tidak Dapat Atau Sulit Masuk Tidur (Sleep Onset Insomnia)

Keadaan ini sering dijumpai pada ansietas pasien muda, ber-langsung 1 - 3 jam dan kemudian karena kelelahan tertidur juga.

b. Terbangun Tengah Malam Beberapa Kali (Sleep Maintenance Insomnia) Pasien ini dapat masuk tidur dengan mudah tetapi setelah 2-3 jam terbangun lagi, dan ini terulang beberapa kali dalam satu malam.

c. Terbangun Pada Waktu Pagi Yang Sangat Dini (Early Awakening Insomnia) Pasien ini dapat tidur dengan mudah dan tidur dengan cukup nyenyak, tetapi pagi buta sudah terbangun lalu tidak dapat tidur lagi. Keadaan ini sering dijumpai pada keadaan depresi.

Sedangkan, menurut Erri (2002: 51) insomnia terdiri atas tiga tipe yaitu: a. Tidak bisa masuk atau sulit masuk tidur yang disebut juga insomnia inisial

dimana keadaan ini sering dijumpai pada orang-orang muda. Berlangsung selama 1-3 jam dan kemudian karena kelelahan ia bisa tertidur juga. Tipe insomnia ini bisa diartikan ketidakmampuan seseorang untuk tidur.

b. Terbangun tengah malam beberapa kali, tipe insomnia ini dapat masuk tidur dengan mudah, tetapi setelah 2-3 jam akan terbangun dan tertidur kembali,


(37)

kejadian ini dapat terjadi berulang kali. Tipe insomnia ini disebut jaga intermitent insomnia.

c. Terbangun pada waktu pagi yang sangat dini disebut juga insomnia terminal, dimana pada tipe ini dapat tidur dengan mudah dan cukup nyenyak, tetapi pada saat dini hari sudah terbangun dan tidak dapat tidur lagi.

Berdasarkan uraian di atas dapat dijelaskan bahwa macam-macam gangguan insomnia, yaitu susah tidur (sleep onset insomnia), selalu terbangun di tengah malam (sleep maintenance insomnia), dan selalu bangun jauh lebih cepat dari yang diinginkan (early awakening insomnia).

4. Tanda dan Gejala Insomnia

Tanda insomnia menurut Faridah (2008: 77)diantaranya adalah:

a. Sukar untuk tidur, berbaring dalam keadaan terjaga lebih dari satu jam atau lebih sebelum dapat terlelap.

b. Tidur yang tidak nyenyak dan sering terganggu, contohnya terjaga beberapa kali pada malam hari.

c. Terangun di awal pagi dan susah untuk tidur lagi. d. Tidur yang buruk.

e. Aktifitas tidur yang terganggu karena mimpi yang tidak biasa dan mengganggu.

Gejala insomnia menurut Faridah (2008: 79)diantaranya adalah: a. Mengantuk

b. Resah

c. Mudah Kaget

d. Sulit Berkonsentrasi e. Sulit Mengingat f. Gampang Tersinggung g. Murung

h. Mata Merah i. Badan Lesu


(38)

Tanda dan gejala insomnia menurut Lumbantobing (2004: 37) adalah sebagai berikut:

a. Sulit memulai tidur

b. Sulit mempertahankan keadaan tidur c. Bangun terlalu cepat di pagi hari d. Tidur yang tidak menyegarkan

Insomnia merupakan keadaan dimana seseorang yang tidur, mengalami kesulitan untuk memulai tidur (jatuh tidur), sulit mempertahankan keadaan tidur, dan bangunnya terlalu pagi. Berdasarkan uraian di atas dapat dijelaskan bahwa tanda dan gejala terjadinya insomnia diindikasikan meliputi sulit memulai tidur, sulit mempertahankan keadaan tidur, bangun terlalu cepat di pagi hari, dan tidur yang tidak menyegarkan.

5. Dampak Terjadinya Insomnia

Insomnia dapat memberi efek pada kehidupan seseorang, menurut Turana Yuda (2007: 55) antara lain:

a. Efek fisiologis

Karena kebanyakan insomnia diakibatkan oleh stress, terdapat peningkatan noradrenalin serum, peningkatan ACTH dan kortisol, juga penurunan produksi melatonin.

b. Efek psikologis

Dapat berupa gangguan memori, gangguan berkonsentrasi, irritable, kehilangan motivasi, depresi, dan sebagainya.

c. Efek fisik/somatic

Dapat berupa kelelahan, nyeri otot, hipertensi, dan sebagainya. d. Efek sosial

Dapat berupa kualitas hidup yang terganggu, seperti susah mendapat promosi pada lingkungan kerjanya, kurang bisa menikmati hubungan sosial dan keluarga.

e. Kematian

Orang yang tidur kurang dari 5 jam semalam memiliki angka harapan hidup lebih sedikit dari orang yang tidur 7-8 jam semalam. Hal ini mungkin


(39)

disebabkan karena penyakit yang menginduksi insomnia yang memperpendek angka harapan hidup atau karena high arousal state yang terdapat pada insomnia mempertinggi angka mortalitas atau mengurangi kemungkinan sembuh dari penyakit. Selain itu, orang yang menderita insomnia memiliki kemungkinan 2 kali lebih besar untuk mengalami kecelakaan lalu lintas jika dibandingkan dengan orang normal.

Menurut Rafknowledge (2004: 60-61) insomnia dapat memberikan dampak seperti:

a. Orang dengan insomnia lebih muda mendera depresi dibanding mereka yang bisa tidur dengan baik.

b. Kekurangan tidur akibat insomnia memberikan kontribusi pada timbulnya suatu penyakit, termasuk penyakit jantung.

c. Dampak mengantuk/ketiduran disiang hari dapat mengancam keselamatan kerja, termasuk mengemudi kendaraan.

d. Tidur malam yang buruk, dapat menurunkan kemampuan dalam memenuhi tugas harian serta kurang menikmati aktifitas hidup.

Berdasarkan uraian di atas dapat dijelaskan bahwa orang yang mengalami insomnia akan mudah diserang rasa depresi, menimbulkan berbagai macam gangguan penyakit, kelelahan, dan dapat menyebabkan kematian.

Adapun upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi insomnia sebelum terjadi dampak seperti yang diuraikan di atas diantaranya adalah (Rafknowledge, 2004: 65):

a. Memakan makanan berprotein tinggi sebelum tidur, seperti keju atau susu. Tripofan yang merupakan suatu asam amino dari protein yang dicerna, dapat membantu agar mudah tidur.


(40)

c. Hindari tidur diwaktu siang atau sore hari.

d. Berusaha untuk tidur hanya apabila merasa benar-benar kantuk dan tidak pada waktu kesadaran penuh.

e. Hindari kegiatan-kegiatan yang membangkitkan minat sebelum tidur.

f. Lakukan latihan-latihan gerak badan setiap hari, tetapi tidak menjelang tidur.

g. Gunakan teknik-teknik pelepasan otot-otot serta meditasi sebelum berusaha untuk tidur.

C.Karakteristik Mahasiswa 1. Pengertian Mahasiswa

Mahasiswa adalah seseorang yang sedang dalam proses menimba ilmu ataupun belajar dan terdaftar sedang menjalani pendidikan pada salah satu bentuk perguruan tinggi yang terdiri dari akademik, politeknik, sekolah tinggi, institut dan universitas (Hartaji Damar, 2012: 5).

Menurut Siswoyo Dwi (2007: 121) mahasiswa dapat didefinisikan sebagai individu yang sedang menuntut ilmu ditingkat perguruan tinggi, baik negeri maupun swasta atau lembaga lain yang setingkat dengan perguruan tinggi. Mahasiswa dinilai memiliki tingkat intelektualitas yang tinggi, kecerdasan dalam berpikir dan kerencanaan dalam bertindak. Berpikir kritis dan bertindak dengan cepat dan tepat merupakan sifat yang cenderung melekat pada diri setiap mahasiswa, yang merupakan prinsip yang saling melengkapi.

Seorang mahasiswa dikategorikan pada tahap perkembangan yang usianya 18 sampai 25 tahun. Tahap ini dapat digolongkan pada masa remaja akhir sampai masa dewasa awal dan dilihat dari segi perkembangan, tugas


(41)

perkembangan pada usia mahasiswa ini ialah pemantapan pendirian hidup (Yusuf Syamsu, 2012: 27).

Mahasiswa dapat didefinisikan sebagai individu yang sedang menuntut ilmu ditingkat perguruan tinggi, baik negeri maupun swasta atau lembaga lain yang setingkat dengan perguruan tinggi. Mahasiswa dinilai memiliki tingkat intelektualitas yang tinggi, kecerdasan dalam berpikir dan keerencanaan dalam bertindak. Berpikir kritis dan bertindak dengan cepat dan tepat merupakan sifat yang cenderung melekat pada diri setiap mahasiswa, yang merupakan prinsip yang saling melengkapi. Mahasiswa adalah manusia yang tercipta untuk selalu berpikir yang saling melengkapi (Siswoyo, 2007: 121).

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa mahasiswa ialah seorang peserta didik berusia 18 sampai 25 tahun yang terdaftar dan menjalani pendidikannnya di perguruan tinggi baik dari akademik, politeknik, sekolah tinggi, institut dan universitas. Sedangkan dalam penelitian ini, subyek yang digunakan ialah mahasiswa yang berusia 23 tahun dan masih tercatat sebagai mahasiswa aktif dan tergolong pada fase dewasa awal.

2. Pengertian Mahasiswa sebagai Dewasa Awal

Dewasa awal adalah masa peralihan dari masa remaja. Masa remaja yang ditandai dengan pencarian identitas diri, pada masa dewasa awal, identitas diri ini didapat sedikit-demi sedikit sesuai dengan umur kronologis dan mental ege-nya. Berbagai masalah juga muncul dengan bertambahnya umur pada masa dewasa awal. Dewasa awal adalah masa peralihan dari ketergantungan kemasa


(42)

mandiri, baik dari segi ekonomi, kebebasan menentukan diri sendiri, dan pandangan tentang masa depan sudah lebih realistis.

Erickson (2001: 78) mengatakan bahwa seseorang yang digolongkan dalam usia dewasa awal berada dalam tahap hubungan hangat, dekat dan komunikatif dengan atau tidak melibatkan kontak seksual. Bila gagal dalam bentuk keintiman maka ia akan mengalami apa yang disebut isolasi (merasa tersisihkan dari orang lain, kesepian, menyalahkan diri karena berbeda dengan orang lain).

Hurlock (1990: 31) mengatakan bahwa dewasa awal dimulai pada umur 18 tahun sampai kira-kira umur 40 tahun, saat perubahan-perubahan fisik dan psikologis yang menyertai berkurangnya kemampuan reproduktif. Secara umum, mereka yang tergolong dewasa muda (young) ialah mereka yang berusia 20-40 tahun. Menurut seorang ahli psikologi perkembangan, Santrock (1999: 52), orang dewasa muda termasuk masa transisi, baik transisi secara fisik (physically trantition) transisi secara intelektual (cognitive trantition), serta transisi peran sosial (social role trantition).

Perkembangan sosial masa dewasa awal adalah puncak dari perkembangan sosial masa dewasa. Masa dewasa awal adalah masa beralihnya padangan egosentris menjadi sikap yang empati. Pada masa ini, penentuan relasi sangat memegang peranan penting. Menurut Knoers dan Haditono (2001: 24) tugas perkembangan dewasa awal adalah menikah atau membangun suatu keluarga, mengelola rumah tangga, mendidik atau mengasuh anak, memikul tangung jawab sebagai warga negara, membuat hubungan dengan suatu


(43)

kelompok sosial tertentu, dan melakukan suatu pekerjaan. Dewasa awal merupakan masa permulaan dimana seseorang mulai menjalin hubungan secara intim dengan lawan jenisnya. Hurlock (1993: 39) dalam hal ini telah mengemukakan beberapa karakteristik dewasa awal dan pada salah satu intinya dikatakan bahwa dewasa awal merupakan suatu masa penyesuaian diri dengan cara hidup baru dan memanfaatkan kebebasan yang diperolehnya.

Dari segi fisik, masa dewasa awal adalah masa dari puncak perkembangan fisik. Perkembangan fisik sesudah masa ini akan mengalami degradasi sedikit-demi sedikit, mengikuti umur seseorang menjadi lebih tua. Segi emosional, pada masa dewasa awal adalah masa dimana motivasi untuk meraih sesuatu sangat besar yang didukung oleh kekuatan fisik yang prima. Sehingga, ada steriotipe yang mengatakan bahwa masa remaja dan masa dewasa awal adalah masa dimana lebih mengutamakan kekuatan fisik daripada kekuatan rasio dalam menyelesaikan suatu masalah.

3. Ciri Perkembangan Mahasiswa Pada Tahap Dewasa Awal

Dewasa awal adalah masa kematangan fisik dan psikologis. Menurut Mappiare (1983: 17) terdapat 7 ciri kematangan psikologi, ringkasnya sebagai berikut:

a. Berorientasi pada tugas, bukan pada diri atau ego; minat orang matang berorientasi pada tugas-tugas yang dikerjakannya, dan tidak condong pada perasaan-perasaan diri sendri atau untuk kepentingan pribadi.

b. Tujuan-tujuan yang jelas dan kebiasaan-kebiasaan kerja yang efesien; seseorang yang matang melihat tujuan-tujuan yang ingin dicapainya secara jelas dan tujuan-tujuan itu dapat didefenisikannya secara cermat dan tahu mana pantas dan tidak serta bekerja secara terbimbing menuju arahnya. c. Mengendalikan perasaan pribadi; seseorang yang matang dapat menyetir


(44)

mementingkan dirinya sendiri, tetapi mempertimbangkan pula perasaan-perasaan orang lain.

d. Keobjektifan; orang matang memiliki sikap objektif yaitu berusaha mencapai keputusan dalam keadaan yang bersesuaian dengan kenyataan. e. Menerima kritik dan saran; orang matang memiliki kemauan yang realistis,

paham bahwa dirinya tidak selalu benar, sehingga terbuka terhadap kritik-kritik dan saran-saran orang lain demi peningkatan dirinya.

f. Pertanggungjawaban terhadap usaha-usaha pribadi; orang yang matang mau memberi kesempatan pada orang lain membantu usahan-usahanya untuk mencapai tujuan. Secara realistis diakuinya bahwa beberapa hal tentang usahanya tidak selalu dapat dinilainya secara sungguh-sunguh, sehingga untuk itu dia bantuan orang lain, tetapi tetap dia brtanggungjawab secara pribadi terhadap usaha-usahanya.

g. Penyesuaian yang realistis terhadap situasi-situasi baru; orang matang memiliki cirri fleksibel dan dapat menempatkan diri dengan kenyataan-kenyataan yang dihadapinya dengan situasi-situasi baru.

Perguruan tinggi dapat menjadi masa penemuan intelektual dan pertumbuhan kepribadian. Mahasiswa berubah saat merespon terhadap kurikulum yang menawarkan wawasan dan cara berpikir baru seperti; terhadap mahasiswa lain yang berbeda dalam soal pandangan dan nilai, terhadap kultur mahasiswa yang berbeda dengan kultur pada umumnya, dan terhadap anggota fakultas yang memberikan model baru. Pilihan perguruan tinggi dapat mewakili pengejaran terhadap hasrat yang menggebu atau awal dari karir masa depan (Papalia, 2008: 672).

Memasuki fase dewasa awal sebagai fase perkembangan, seseorang yang telah memiliki corak dan bentuk kepribadian tersendiri. Menurut Ahmadi & Sholeh (1991: 90) ciri-ciri kedewasaan seseorang antara lain:

a. Dapat berdiri sendiri dalam kehidupannya. Ia tidak selalu minta pertolongan orang lain dan jika ada bantuan orang lain tetap ada pada tanggung jawabnya dalam menyelesaikan tugas-tugas hidup.


(45)

c. Memiliki sifat-sifat yang konstruktif terhadap masyarakat dimana ia berada. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa karakteristik mahasiswa dewasa awal ialah berorientasi pada tugas, tujuan-tujuan yang jelas dan kebiasaan-kebiasaan kerja yang efesien, mengendalikan perasaan pribadi, keobjektifan, menerima kritik dan saran, pertanggungjawaban terhadap usaha-usaha pribadi, penyesuaian yang realistis terhadap situasi-situasi baru. Mahasiswa dewasa awal mulai memiliki intelektualitas yang tinggi dan kecerdasan berpikir yang matang untuk masa depannya, memiliki kebebasan emosional untuk memiliki pergaulan dan menentukan kepribadiannya. Mahasiswa dewasa awal juga ingin meningkatkan prestasi dikampus, memiliki tanggung jawab dan kemandirian dalam menyelesaikan tugas-tugas kuliah, serta mulai memikirkan nilai dan norma-norma di lingkungan kampus maupun di lingkungan masyarakat dimana dia berada.

4. Jenis-Jenis Masalah Mahasiswa

Masalah masalah yang dialami mahasiswa sangat beragam. Menurut Ahmadi & Sholeh (1991: 109) menemukan adanya lima kategori permasalahan menonjol yang dihadapi mahasiswa adalah: (1) kekhawatiran memperoleh nilai yang rendah dalam ujian ataupun tugas-tugas, (2) kelemahan memahami bakat dan pekerjaan yang akan dimasuki, (3) rendah diri atau kurang percaya diri, (4) ceroboh atau kurang hati-hati, (5) kurang mampu berhemat atau kemampuan keuangan yang tidak mencukupi, baik untuk keperluan sehari-hari atau keperluan pelajaran, (6) kurangnya kemampuan melaksanakan tuntutan


(46)

keagamaan dan atau khawatir tidak mampu menghindari larangan yang ditentukan oleh agama.

Winkel (1997: 44 – 49) menyebutkan ada beberapa permasalahan yang dihadapi mahasiswa, antara lain: (1) penyesuaian dengan lingkungan, (2) stress menghadapi ujian, (3) malas belajar, (4) ketidakmampuan belajar yang spesifik, (5) kehilangan teman baik, (6) pengalaman kegagalan, (7) peraturan-peraturan sekolah/lembaga yang dirasa memberatkan, (8) tekanan dan ambisi orang tua, (9) hubungan antara mahasiswa dengan dosennya, dengan teman seangkatan, sepondokan dan sebagainya.

Prayitno (1999: 238) mengidentifikasi 330 masalah yang digolongkan ke dalam sebelas kelompok masalah, yaitu kelompok masalah yang berkenaan dengan: (1) perkembangan jasmani dan kesehatan, (2) keuangan, keadaan lingkungan, dan pekerjaan, (3) kegiatan sosial dan reaksi, (4) hubungan muda-mudi, pacaran dan perkawinan, (5) hubungan sosial kejiwaan, (6) keadaan pribadi kejiwaan, (7) moral dan agama, (8) keadaan rumah dan keluarga, (9) masa depan pendidikan dan pekerjaan, (10) penyesuaian terhadap tugas-tugas sekolah, (11) kurikulum sekolah.

Masalah-masalah tersebut apabila tidak bisa diatasi dengan baik maka dapat menimbulkan stress. Stres tidak dapat dipisahkan dari setiap aspek kehidupan. Stres dapat dialami oleh siapa saja dan memiliki implikasi negatif jika berakumulasi dalam kehidupan individu tanpa solusi yang tepat. Akumulasi stres merupakan akibat dari ketidakmampuan individu dalam mengatasi dan mengendalikan stresnya (Crampton & Mishra, 1995: 77).


(47)

Walaupun demikian, stres yang optimal akan menghasilkan tantangan dan motivasi untuk maju bagi individu (Spangenberg & Theron, 1998: 65).

Mahasiswa, dalam kegiatannya, juga tidak terlepas dari stres. Stresor atau penyebab stres pada mahasiswa dapat bersumber dari kehidupan akademiknya, terutama dari tuntutan eksternal dan tuntutan dari harapannya sendiri. Tuntutan eksternal dapat bersumber dari tugas-tugas kuliah, beban pelajaran, tuntutan orang tua untuk berhasil di kuliahnya, dan penyesuaian sosial di lingkungan kampusnya. Tuntutan ini juga termasuk kompetensi perkuliahan dan meningkatnya kompleksitas materi perkuliahan yang semakin lama semakin sulit. Tuntutan dari harapan mahasiswa dapat bersumber dari kemampuan mahasiswa dalam mengikuti pelajaran (Heiman & Kariv, 2005: 66).

Stres yang tidak mampu dikendalikan dan diatasi oleh individu akan memunculkan dampak negatif. Pada mahasiswa, dampak negatif secara kognitif antara lain sulit berkonsentrasi, sulit mengingat pelajaran, dan sulit memahami pelajaran. Dampak negatif secara emosional antara lain sulit memotivasi diri, munculnya perasaan cemas, sedih, kemarahan, frustrasi, dan efek negatif lainnya. Dampak negatif secara fisiologis antara lain gangguan kesehatan, daya tahan tubuh yang menurun terhadap penyakit, sering pusing, badan terasa lesu, lemah, dan insomnia. Dampak perilaku yang muncul antara lain menunda-nunda penyelesaian tugas kuliah, malas kuliah, penyalahgunaan obat dan alkohol, terlibat dalam kegiatan mencari kesenangan yang berlebih-lebihan serta berisiko tinggi (Spagenberg & Theron, 1998: 55).


(48)

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa masalah-masalah yang dialami mahasiswa sangat beragam. Secara umum masalah-masalah itu dapat dikelompokkan kedalam beberapa masalah utama seperti: masalah kesehatan jasmani, ekonomi, kondisi sosial ekonomi, keluarga, kondisi kejiwaan, masalah lingkungan, hubungan dalam pergaulan, masalah akademis. Masalah masalah tersebut akan mempengaruhi prestasi akademik yang akan diperoleh mahasiswa jika tidak segera ditemukan solusi penyelesaian masalah tersebut.

5. Tanggungjawab Mahasiswa

Sebagai mahasiswa yang menempuh pendidikan yang tinggi, para mahasiswa harus belajar bagaimana bersikap, bertingkah laku yang baik dan benar. Mahasiswa harus pandai memilah-milah mana yang baik dan mana yang buruk. Karena setiap keputusan yang akan diambil akan menentukan pandangan masyarakat terhadap mahasiswa itu sendiri. Semua itu dilakukan supaya para mahasiswa belajar bagaimana menjadi manusia yang lebih beradab dan bertanggung jawab. Berikut adalah macam-macam tanggungjawab mahasiswa menurut Prayitno (1999: 245) diantaranya adalah:

a. Tanggung Jawab Terhadap Diri Sendiri

Tanggung jawab terhadap diri sendiri menuntut kesadaran setiap orang untuk memenuhi kewajibannya sendiri dalam mengembangkan kepribadian sebagai manusia pribadi.

b. Tanggung Jawab Terhadap Keluarga

Sebagai mahasiswa yang masih meminta orang tua untuk membiayai pendidikan kita, maka mahasiswa haruslah bersungguh-sungguh menjalani kuliahnya. Berikan hasil terbaik dan tunjukkan pada orang tua bahwa para mahasiswa mampu menjadi seperti yang orang tua harapkan.

c. Tanggung Jawab Terhadap Masyarakat

Manusia adalah makhluk sosial, dalam artian tidak dapat hidup sendiri tanpa orang lain. Jadi segala sesuatu hal yang dilakukan akan berdampak


(49)

pada kehidupan bermasyarakat. Sebagai mahasiswa diharapkan dapat menentukan mana yang baik dan mana yang buruk, mampu menjadi contoh, panutan, dan mampu berbaur dengan masyarakat sekitar.

d. Tanggung Jawab Kepada Bangsa/Negara

Sebagai makhluk sosial yang bernegara dan berbangsa sudah sepatutnya para mahasiswa menjalankan peraturan, norma, dan hukum yang berlaku di negaranya. Salah satunya dapat dilakukan dengan cara belajar giat demi mengejar cita-cita yang bisa membanggakan diri sendiri, orang tua, Bangsa dan Negara.

e. Tanggung Jawab Terhadap Tuhan

Peraturan agama tidak memandang status sosial, ras, atau sebagainya. Sebagai seorang mahasiswa dituntut untuk senantiasa bertanggungjawab secara agama kepada Tuhan salah satunya dengan cara berbuat baik, menolong sesama, bersikap dan berbuat baik kepada sesama.

Uraian di atas dapat dijelaskan bahwa tanggungjawab seorang individu sebagai mahasiswa meliputi tanggung jawab terhadap diri sendiri, tanggung jawab terhadap keluarga, tanggung jawab terhadap masyarakat, tanggung jawab kepada bangsa/negara, dan tanggung jawab terhadap tuhan.

D. Keterkaitan Insomnia Dengan Perilaku Belajar Mahasiswa

Mahasiswa adalah peserta didik yang terdaftar dan belajar pada perguruan tinggi (Prayitno, 1999: 241). Mahasiswa dalam tahap perkembangannya digolongkan sebagai remaja akhir dan dewasa awal, yaitu usia 18-21 tahun dan 22-24 tahun. Pada usia tersebut mahasiswa mengalami masa peralihan dari remaja akhir ke dewasa awal. Salah satu penyebab terjadinya insomnia adalah stress akibat berbagai macam permasalahan diantaranya adalah kekhawatiran memperoleh nilai yang rendah dalam ujian ataupun tugas-tugas, kelemahan memahami bakat dan pekerjaan yang akan dimasuki, rendah diri atau kurang percaya diri, ceroboh atau kurang hati-hati, kurang mampu berhemat atau kemampuan keuangan yang tidak mencukupi,


(50)

Kesulitan tidur pada mahasiswa adalah keadaan saat individu merasakan kesulitan tidur, tidur tidak tenang, kesulitan menahan tidur, sering terbangun dipertengahan malam, dan seringnya terbangun diawal yang berlangsung beberapa hari atau beberapa minggu. Hal ini disebabkan bahwa peserta didik dengan usia 18-21 tahun dan 22-24 tahun yang aktif kuliah dan sedang menyelesaikan berbagai macam tugas, mengalami stress yang berlebih sehingga berujung pada insomnia.

Banyak orang tidak tahu bahwa kurang tidur selama satu atau dua jam menyebabkan seseorang sulit untuk belajar. Kesulitan berkonsentrasi muncul di antara mahasiswa yang mengantuk. Kurang tidur berkali-kali menunjukkan dampak yang negatif terhadap suasana hati, kemampuan kognitif, dan fungsi motorik dalam kaitannya dengan kecendrungan peningkatan tidur dan tidak stabilnya keadaan tidur. Efek kurangnya tidur terhadap kemampuan kognitif diantaranya adalah respon yang lambat, ingatan jangka pendek dan kemampuan kerja daya ingat menurun, serta penurunan belajar (keahlian) tugas kognitif (Espie, 2002: 55). Jadi, dapat dimungkinkan apabila kekurangan tidur akibat insomnia dapat mempengaruhi aktivitas belajar seseorang.

E.Bidang Garapan Bimbingan dan Konseling

Bidang garapan bimbingan dan konseling adalah tingkah laku klien yang perlu biubah untuk dikembangkan apabila hendak mengatasi masalah-masalah yang dihadapinya atau ingin mencapai tujuan-tujuan yang dikehendaki (Hallen, 2002: 51). Dalam melaksanakan bimbingan dan konseling agar siswa dapat


(51)

mengembangkan bakat, minat, dan keterampilan siswa, serta untuk mengatasi kesulitan belajar perlu adanya penerapan dalam berbagai bidang.

Bimbingan dan Konseling merupakan proses bantuan atau pertolongan yang diberikan oleh pembimbing (konselor) kepada individu (konseli) melalui pertemuan tatap muka atau hubungan timbal balik antara keduanya, agar konseli memiliki kemampuan atau kecakapan melihat dan menemukan masalahnya serta mampu memecahkan masalahnya sendiri. Atau proses pemberian bantuan atau pertolongan yang sistematis dari pembimbing (konselor) kepada konseli (mahasiswa) melalui pertemuan tatap muka atau hubungan timbal balik antara keduanya untuk mengungkap masalah konseli sehingga konseli mampu melihat masalah sendiri, mampu menerima dirinya sendiri sesuai dengan potensinya, dan mampu memecahkan sendiri masalan yang dihadapinya (Baraja Abu Bakar, 2006: 61).

Menurut Tohirin (2007: 82) bidang-bidang garapan bimbingan dan konseling meliputi empat bidang yaitu:

1. Bidang Bimbingan Pribadi

Bimbingan pribadi (personal guidance) adalah suatu bimbingan untuk membantu individu mengatasi masalah-masalah yang bersifat pribadi. Dalam bidang bimbingan pribadi, pelayanan bimbingan dan konseling membantu siswa menemukan dan mengembangkan pribadi yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, mantap dan mandiri serta sehat jasmani dan rohani. Bidang bimbingan pribadi ini dapat dirinci


(52)

a. Penanaman dan pemantapan sikap dan kebiasaan serta pengembangan wawasan dalam beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. b. Penanaman dan pemantapan pemahaman tentang kekuatan diri dan

pengembangannya untuk kegiatan-kegiatan yang kreatif, produktif, baik dalam kehidupan sehari-hari maupun untuk peranan di masa depan. c. Pengenalan dan pemantapan pemahaman tentang bakat dan minat pribadi

serta penyaluran dan pengembangannya melalui kegiatan-kegiatan yang kreatif dan produktif.

d. Pengenalan dan pemantapan pemahaman tentang kelemahan diri dan usaha-usaha penanggulangannya.

e. Pemantapan kemampuan mengambil keputusan.

f. Pengembangan kemampuan mengarahkan diri sesuai dengan keputusan yang telah diambilnya.

g. Pemantapan dalam perencanaan dan penyelenggaraan hidup sehat, baik secara rohaniah maupun jasmaniah.

2. Bidang Bimbingan Sosial

Bimbingan sosial adalah suatu bimbingan atau bantuan dalam menghadapi dan memecahkan masalah-masalah social seperti pergaulan, penyelesaian masalah konflik, penyesuaian diri dan sebagainya. Bimbingan social juga bermakna suatu bimbingan atau bantuan dari pembimbing kepada individu agar dapat mewujudkan pribadi yang mampu bersosialisasi dan menyesuaikan diri dengan lingkungannya secara baik. Dalam bidang bimbingan social, pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah berusaha


(53)

membantu peserta didik mengenal dan berhubungan dengan lingkungan sosialnya yang dilandasi budi pekerti, tanggung jawab kemasyarakatan dan kenegaraan. Bidang ini dirinci menjadi pokok-pokok berikut:

a. Pengembangan dan pemantapan kemampuan berkomunikasi baik melalui ragam lisan maupun tulisan secara efektif.

b. Pengembangan kemampuan bertingkah laku dan berhubungan sosial, baik di rumah, di sekolahan maupun di masyarakat dengan menjunjung tinggi tata karma, sopan santun serta nilai-nilai agama, adat, peraturan dan kebiasaan yang berlaku.

c. Pengembangan dan pemantapan hubungan yang dinamis, harmonis dan produktif dengan teman sebaya, baik di sekolah yang sama, di sekolah lain, di luar sekolah maupun dimasyarakat pada umumnya.

d. Pengenalan, pemahaman dan pemantapan tentang peraturan, kondisi dan tuntutan sekolah, rumah dan lingkungan serta upaya dan kesadaran untuk melaksanakannya secara dinamis dan bertanggug jawab.

e. Pemantapan kemampuan menerima dan mengemukakan pendapat serta beragumentasi secara dinamis, kreatif dan produktif.

f. Orientasi tentang hidup berkeluarga. 3. Bidang Bimbingan Belajar

Bimbingan belajar atau bimbingan akademik adalah suatu bantuan dari pembimbing kepada individu (siswa) dalam hal menemukan cara belajar yang tepat, dalam memilih program studi yang sesuai, dan dalam


(54)

tuntutan belajar di institute pendidikan. Berdasarkan pengertian di atas, bimbingan belajar bisa bermakna suatu bantuan dari pembimbing kepada terbimbing (siswa) dalam menghadapi dan memecahkan masalah-masalah belajar. Dalam bidang bimbingan belajar, pelayanan bimbingan dan konseling membantu peserta didik untuk menumbuhkan dan mengembangkan sikap dan kebiasaan belajar yang baik dalam menguasai pengetahuan dan keterampilan sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan kesenian serta mempersiapkan peserta didik untuk melanjutkan pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi atau untuk terjun ke lapangan pekerjaan tertentu. Bidang bimbingan ini memuat pokok-pokok materi berikut:

a. Pengembangan sikap dan kebiasaan belajar untuk mencari informasi dari berbagai sumber belajar, bersikap terhadap guru dan narasumber lainnya, mengembangkan keterampilan belajar, mengerjakan tugas-tugas pelajaran, dan menjalani program penilaian hasil belajar.

b. Pengembangan dan pemantapan disiplin belajar dan berlatih, baik secara mandiri maupun kelompok.

c. Pemantapan menguasai materi program belajar di sekolah sesuai dengan perkembangan ilmu, teknologi dan kesenian.

d. Pemantapan pemahaman dan pemanfaatan kondisi fisik, social dan budaya yang ada di sekolah, lingkungan sekitar dan masyarakat untuk pengembangan pengetahuan dan kemampuan serta pengembangan pribadi.


(55)

e. Orientasi dan informasi tentang pendidikan yang lebih tinggi, pendidikan tambahan.

4. Bidang Bimbingan Karier

Bimbingan karier merupakan bantuan dalam mempersiapkan diri menghadapi dunia pekerjaan, pemilihan lapangan pekerjaan atau jabatan (profesi) tertentu serta membekali diri agar siap memangku jabatan tersebut dalam menyesuaikan diri dengan tuntutan-tuntutan dari lapangan pekerjaaan yang telah dimasuki. Dari pengertian di atas, bimbingan karier bisa bermakna suatu bantuan dari pembimbing kepada terbimbing (siswa) dalam menghadapi dan memecahkan masalah-masalah karier. Dalam bidang bimbingan karier ini, pelayanan bimbingan dan konseling ditujukan untuk mengenal potensi diri, mengembangkan dan memantapkan pilihan karier. Bidang ini memuat pokok-pokok berikut:

a. Pengenalan terhadap dunia kerja dan usaha untuk memperoleh penghasilan serta untuk memenuhi kebutuhan hidup.

b. Pengenalan dan pemantapan pemahaman diri berkenaan dengan kecenderungan karier yang hendak dikembangkan.

c. Pengembangan dan pemantapan informasi tentang kondisi tuntunan dunia kerja, jenis-jenis pekerjaan tertentu, serta latihan kerja sesuai dengan pilihan karier.

d. Pemantapan cita-cita karier sesuai dengan bakat, minat dan kemampuan, serta pemantapan sikap positif dan obyektif terhadap pilihan karier.


(56)

Berdasarkan uraian di atas dapat dijelaskan bahwa bimbingan dan konseling adalah suatu proses tolong menolong untuk mencapai tujuan yang dimaksud, dapat juga diartikan sebagai hubungan timbal balik antara dua orang untuk menangani masalah klien, yang di dukung dengan keahlian dalam suasana yang laras dan integrasi, berdasarkan norma-norma yang berlaku untuk tujuan yang berguna bagi klien. Bidang garapan bimbingan dan konseling mencakup bidang bimbingan pribadi, bidang bimbingan sosial, bidang bimbingan belajar, dan bidang bimbingan karier.

Pada penelitian ini perilaku belajar pada mahasiswa yang mengalami insomnia termasuk dalam bidang garapan bimbingan dan konseling pada ranah bidang bimbingan pribadi, bidang bimbingan sosial, dan bimbingan belajar. Perilaku belajar pada mahasiswa yang mengalami insomnia termasuk dalam bidang garapan bimbingan dan konseling pada ranah bidang bimbingan pribadi dikarenakan adanya bimbingan dan konseling tersebut bertujuan untuk membantu individu agar bisa memecahkan masalah-masalah yang bersifat pribadi. Perilaku belajar pada mahasiswa yang mengalami insomnia termasuk dalam bidang garapan bimbingan dan konseling pada ranah bidang bimbingan sosial dilakukan supaya individu yang dibimbing mampu melakukan interaksi sosial secara baik dengan lingkungannya. Perilaku belajar pada mahasiswa yang mengalami insomnia termasuk dalam bidang garapan bimbingan dan konseling pada ranah bidang bimbingan belajar dikarenakan adanya bimbingan dan konseling tersebut bertujuan untuk membantu individu (mahasiswa) agar


(57)

mencapai perkembangan yang optimal, sehingga tidak menghambat perilaku belajar mahasiswa.

F.Penelitian Yang Relevan

Penelitian ini merupakan penelitian awal yang membahas tentang perilaku belajar pada mahasiswa yang mengalami insomnia. Akan tetapi, meskipun demikian berikut beberapa penelitian relevan yang dianggap relevan terhadap penelitian yang penulis lakukan, adapun sebagai berikut.

1. Penelitian yang dilakukan oleh Bahrul Ulumuddin (2011) dengan judul Hubungan Tingkat Stres Dengan Kejadian Insomnia Pada Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Diponegoro. Hasil penelitian ini adalah: 34 responden (23,4%) mengalami stres ringan, 31 (21,4%) responden mengalami stres sedang, 3 responden (2,1%) mengalami stres berat, 1 responden (0,7%) mengalami stres sangat berat, dan 62 responden (42,8%) mengalami insomnia. Hasil penelitian ini menunjukkan ada hubungan antara tingkat stres dengan kejadian insomnia pada mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Diponegoro. Perbedaannya terletak pada variabel yang diteliti, penelitian ini meneliti tentang hubungan tingkat stres dengan kejadian insomnia pada mahasiswa, sedangkan penelitian yang penulis lakukan meneliti tentang perilaku belajar pada mahasiswa yang mengalami insomnia. Persamaannya adalah sama-sama penelitian yang meneliti tentang insomnia.


(58)

menunjukkan bahwa mahasiswi ini mengalami insomnia kronis dikarenakan kecemasan yang berbeda-beda dan mereka merasa terganggu karena insomnia yang mereka derita. Insomnia sendiri merupakan kesukaran dalam memulai atau mempertahankan tidur, sedangkan tidur merupakan salah satu kebutuhan fisiologis manusia yang harus dipenuhi, dimana dengan tidur tubuh yang lelah karena aktifitas yang dijalani dapat kembali segar dan dapat membuat seseorang akan lebih siap untuk melakukan aktifitas baru. Seperti yang dijelaskan diatas setiap manusia akan mengalami kecemasan, termasuk pada mahasiswi, mahasiswi memiliki beberapa tuntutan baik di kampus, rumah atau lingkungan sosialnya, namun apabila mahasiswi tersebut tidak dapat mengatasi kecemasannya akan berdampak buruk pada dirinya seperti mereka dapat mengalami kesulitan tidur (insomnia). Insomnia sendiri dapat menambah beban mahasiswi, dimana ia akan mengalami kesulitan tidur dan sulit berkonsentrasi saat perkuliahan karena rasa kantuk yang dialaminya akibat kurang tidur di malam hari. Perbedaannya terletak pada variabel yang diteliti, penelitian ini meneliti tentang kecemasan dan insomnia pada mahasiswi, sedangkan penelitian yang penulis lakukan meneliti tentang perilaku belajar pada mahasiswa yang mengalami insomnia. Persamaannya adalah sama-sama penelitian yang meneliti tentang insomnia.

G.Kerangka Pikir

Berbagai macam permasalahan yang dihadapi mahasiswa dewasa awal seperti kekhawatiran memperoleh nilai yang rendah dalam ujian ataupun tugas-tugas, kelemahan memahami bakat dan pekerjaan yang akan dimasuki, rendah


(59)

diri atau kurang percaya diri, ceroboh atau kurang hati-hati, kurang mampu berhemat atau kemampuan keuangan yang tidak mencukupi, baik untuk keperluan sehari-hari atau keperluan pelajaran, dan kurangnya kemampuan melaksanakan tuntutan keagamaan. Permasalahan tersebut merupakan stresor yang dialami oleh mahasiswa dewasa awal. Stresor ini berasal dalam diri mahasiswa ataupun dari luar diri mahasiswa, banyaknya stresor dan tuntutan yang dihadapi menyebabkan mahasiswa rentan mengalami stres, jika mahasiswa rentan dengan stress maka akan rentan pula mengalami kesulitan tidur.

Kurang tidur berkali-kali menunjukkan dampak yang negatif terhadap suasana hati, kemampuan kognitif, dan fungsi motorik dalam kaitannya dengan kecendrungan peningkatan tidur dan tidak stabilnya keadaan tidur. Efek kurangnya tidur terhadap kemampuan kognitif diantaranya adalah respon yang lambat, ingatan jangka pendek dan kemampuan kerja daya ingat menurun, serta penurunan belajar (keahlian) tugas kognitif. Kurang tidur akan menyebabkan berbagai macam gangguan tidur, salah satunya yaitu insomnia. Dimana telah dijelaskan bahwa Insomnia adalah ketidakmampuan untuk mencukupi kebutuhan tidur baik kualitas maupun kuantitas. Insomnia tidak dapat disejajarkan dengan tidak tidur. Keluhan insomnia berlaku bagi orang yang walaupun sudah berbaring di tempat tidur, tetap tidak dapat tidur (Moses Wong, 1995: 54).


(60)

frustrasi, dan efek negatif lainnya. Dampak negatif secara fisiologis antara lain gangguan kesehatan, daya tahan tubuh yang menurun terhadap penyakit, sering pusing, dan badan terasa lemah, letih, lesu. Dampak perilaku yang muncul antara lain menunda-nunda penyelesaian tugas kuliah, malas kuliah, penyalahgunaan obat dan alkohol, terlibat dalam kegiatan mencari kesenangan yang berlebih-lebihan serta berisiko tinggi.

Insomnia akan mengganggu aktivitas seseorang dalam keseharian karena tubuhnya yang kurang tidur sehingga menjadi letih, lesu, lemah. Aktivitas sehari-haripun akan terganggu dan tidak produktif. Insomnia tentu menyerang segala usia, termasuk saat seseorang memasuki masa mahasiswa atau masa dewasa awal. Usia dimana seseorang memikul banyak sekali beban akademik dan tugas perkuliahan, sehingga memicu stress yang mengakibatkan insomnia. Efek gaya hidup akibat rokok, nikotin, alkohol, pola tidur juga akan sangat mempengaruhi seseorang apalagi bagi mahasiswa yang sering menghabiskan waktunya untuk begadang di malam hari, hura-hura, dan melakukan aktivitas yang kurang positif. Dengan demikian, waktu istirahat dan kebutuhan tidur mereka tidak terpenuhi dengan baik, insomniapun dengan mudah akan menyerang mereka. Akibatnya akan berdampak pada kegiatan belajar mereka, dimana mereka akan malas untuk pergi ke kampus pada pagi hari, malas mengikuti perkuliahan, tugaspun terbengkalai, sehingga aktivitas belajarnya pun akan berantakan. Padahal, diketahui bahwa belajar adalah sesuatu yang penting dalam kehidupan seseorang.


(61)

Rafknowledge (2004: 65) menyatakan bahwa adapun upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi insomnia diantaranya adalah dengan memakan makanan berprotein tinggi sebelum tidur, seperti keju atau susu; usahakan agar selalu beranjak tidur pada waktu yang sama; hindari tidur diwaktu siang atau sore hari; berusaha untuk tidur hanya apabila merasa benar-benar kantuk dan tidak pada waktu kesadaran penuh; hindari kegiatan-kegiatan yang membangkitkan minat sebelum tidur; lakukan latihan-latihan gerak badan setiap hari, tetapi tidak menjelang tidur; dan gunakan teknik-teknik pelepasan otot-otot serta meditasi sebelum berusaha untuk tidur.

Belajar adalah kunci untuk memajukan pendidikan. Sehingga, jika seseorang mampu memperbaiki perilaku belajarnya maka pendidikannya akan menunjukkan hasil yang baik pula. Jadi, seseorang yang tidak mampu memenuhi kebutuhan tidurnya, akan mengalami gangguan tidur salah satunya insomnia yang akan menyerang segala usia termasuk mahasiswa, dan akan berakibat bagi perilaku belajarnya. Diharapkan jika seseorang mampu memenuhi kebutuhan tidurnya, maka aktivitasnya termasuk aktivitas belajarnya akan berjalan optimal dan memberikan hasil yang terbaik bagi pendidikannya.

Dari pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi kesulitan tidur/insomnia pada mahasiswa adalah kekhawatiran memperoleh nilai yang rendah dalam ujian ataupun tugas-tugas, kelemahan memahami bakat dan pekerjaan yang akan dimasuki, rendah diri atau kurang


(62)

kemampuan keuangan yang tidak mencukupi, baik untuk keperluan sehari-hari atau keperluan pelajaran. Maka dari itu, penulis bermaksud melakukan penelitian untuk menggali informasi tentang perilaku belajar pada mahasiswa yang mengalami insomnia. Adapun skema kerangka pikir dalam penelitian ini sebagai berikut.

Gambar 1. Skema Kerangka Pikir Mahasiswa Dewasa Awal

Permasalahan yang dihadapi adalah kekhawatiran memperoleh nilai yang rendah dalam ujian ataupun tugas-tugas, kelemahan memahami bakat dan pekerjaan yang akan dimasuki, rendah diri atau kurang percaya diri, ceroboh atau kurang hati-hati, kurang mampu berhemat atau kemampuan keuangan yang tidak mencukupi, baik untuk keperluan sehari-hari atau keperluan pelajaran.

Dampak yang ditimbulkan

Dampak insomnia terhadap perilaku belajar mahasiswa:

1. Menunda-nunda penyelesaian tugas kuliah 2. Malas kuliah

3. Penyalahgunaan obat dan alkohol

4. Terlibat dalam kegiatan mencari kesenangan yang berlebih-lebihan serta berisiko tinggi

Mahasiswa mengalami stress, depresi, dan terjerumus pergaulan bebas

Mengalami gangguan tidur Insomnia


(63)

H.Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan kerangka pikir di atas, maka dapat ditentukan beberapa pertanyaan penelitian yang akan digunakan dalam penelitian. Adapun pertanyaan penelitiannya sebagai berikut.

1. Jelaskan faktor-faktor penyebab terjadinya insomnia?

a. Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya insomnia ditinjau dari faktor psikologi?

b. Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya insomnia ditinjau dari faktor fisik?

c. Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya insomnia ditinjau dari faktor lingkungan?

d. Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya insomnia ditinjau dari faktor gaya hidup?

2. Perilaku belajar pada mahasiswa yang mengalami insomnia. a. Bagaimana perilaku belajar selama kuliah?

b. Bagaimana perilaku belajar apabila tidak mengikuti perkuliahan?

3. Dampak insomnia terhadap perilaku belajar pada mahasiswa yang mengalami insomnia.

a. Dampak insomnia terhadap perilaku belajar

1) Bagaimana dampak yang ditimbulkan dari adanya insomnia secara fisiologis?


(1)

176

konsumsi multivitamin, kemudian saya olahraga juga. Saya makan dan minum yang bergizi, menambah nutrisi dengan cara minum susu. Saya menjaga pola tidur juga. Upaya lain yaitu dengan cara mencoba untuk lebih membuka diri agar tidak terlalu tertutup menyendiri supaya saya bisa membaur dengan orang lain dan saya bisa sharing atau menyibukkan diri agar saya tidak stress dan larut dengan masalah saya yang menjadikan saya insomnia dan juga depresi.

22. Bagaimana dampak insomnia terhadap kegiatan sehari – hari anda dan bagaimana cara mengatasinya ?

Dampaknya jelas kuliah saya berantakan, kuliah saya terganggu, dan tersendat – sendat sampai sekarang.sosialisasinya menjadi kurang karena cenderung jadi pemurung,pendiam dan suka menyendiri jadi susah untuk berkumpul. Hidup kurang semangat,tidak bergairah dan males ngapa – ngapain. Cara mengatasi ya dengan berobat, dengan menyembuhkan insomnia dulu agar semua bisa terselesaikan. Cara mengatasinya ya yang seperti tadi yang sudah saya sebutkan.


(2)

177 Hasil wawancara informan

c. Identitas informan

Nama : Indah

Jenis kelamin : perempuan

Status : teman dekat subjek

d. Hasil wawancara

7. Bagaimana tanggapan anda terhadap subjek yang mengalami

insomnia?

Melihat dia insomnia, empati saya tergugah. Saya ingin menggugah semangatnya agar dia mau terus mengejar mimpi dan cita – citanya supaya bisa menjadi orang sukses. Karena saya termasuk orang terdekatnya, memahami aktivitasnya sehari - hari, jadi saya turut merasakan apa yang dirasakannya. Tapi bagaimana, dia termasuk orang yang tertutup juga, kadang mau cerita kadang enggak, kadang mau mendengarkan kadang masa bodoh. Ya walaupun begitu, harus tetap disemangati.

8. Bagaimana dengan kegiatan belajarnya, apakah subjek aktif mengikuti kelas meskipun subjek mengalami insomnia ?

Dia terganggu belajarnya, dia jarang masuk kuliah terutama kuliah pagi. Dia juga kurang sosialisasi dengan teman – teman kampusnya, jadi kalau ketinggalan pelajaran gitu temannya juga cuek. Paling saya yang meminjamkan catatan atau minta file materi dari teman kelasnya lalu saya berikan pada dia untuk dibaca – baca. Karena dia termasuk orang yang suka baca kalau lagi ngak bisa tidur. Saya juga menemani dia cari buku mata kuliah yang diampu dosen, kan dia jarang masuk kuliah, jarang mendengarkan dosen, malah tidak masuk materinya, jadi memilih beli buku dan belajar sendiri katanya.

9. Bagaimana dengan kesehatan subjek selama mengalami gangguan

insomnia dan bagaimana cara subjek menangani ?

Kesehatannya terganggu, dia jadi sering sakit- sakitan, loyo, letih. Terlihat capek seperti itu. Seringkali dia mengeluh badannya juga tidak


(3)

178

enak, nyeri, pegel. Dia menangani dengan berobat, dia menjalami pengeobatan, saat ini di RS kustati, saya selalu menemaninya berobat dari dulu. Sudah pindah – pindah dokter, dan kali ini rutin di kustati. Dia juga berolahraga, kemudian makan danminumnyalebih konsumsi yang bergizi.

10. Bagaimana dampak prestasi belajar subjek selama mengalami insomnia ?

IP nya jelek. Hanya berkisar 2,sekian. Karena kan kuliah jarang masuk, materi yang diterima juga tidak maksimal karena lebih banyak belajar sendiri.

11. Bagaimana menurut pandangan apakah ketika subjek mengalami insomnia emosinya menjadi stabil ataukah sebaliknya ?

Iya, kerap kali marah – marah, badmood, sering saya jadi sasaranya, jadi tidak stabil emosinya. Berbeda dengan orang normal pada umumnya.

12. Bagaimana dampak yang ditimbulkan pada keseharian subjek ketika mengalami insomnia ?

Berkurangnya aktivitas fisik, karena kan kalau pagi tidur, padahal aktivitas kebanyakan dilakukan di pagi hari. Kuliahnya terganggu. Kesehatannya. Emosinya. Dan juga hubungan sosial dengan lingkungannya jadi renggang.


(4)

(5)

(6)