76 tua karena ibunya meninggal dunia dan ayahnya menikah lagi. Ibu
sambung informan “YS” dianggap “YS” sebagai masalah karena setelah
menikah dengan ayahnya, ibu sambung tersebut mengatur segala hal sampai ke kehidupan pribadi “YS”. Kondisi ini membuat “YS” kurang
nyaman dan merasakan kasih sayang yang berbeda dari kasih sayang ibu kandung “YS”. Setiap hari terjadi pertengkaran di rumah dan membuat
YS dan adik-adik selalu disalahkan oleh ayahnya akibat pegaduan ibu sambungnya. Informan
“YS” mulai mengalami stress dan melarikan diri ke pergaulan bebas hingga terjerumus narkoba dan mulai mengalami
insomnia. Lambat laun insomnia informan “YS” tidak kunjung sembuh,
dan menjadikan informan “YS” menjadi orang depresi, mudah panik,
ragu-ragu mengambil
keputusan, suka
menyendiri, dan
sulit berkomunikasi dengan orang baru.
Informan “YS” hingga saat ini masih tercatat sebagai pasien RS
Kustati di Solo. Selama pengobatan disana, informan “YS” mengobati
insomnia sekaligus depresi dan diberi obat “sentralin” sebagai obat anti depresi, obat “alprazolam” sebagai obat penenang atau agar tidak panik,
dan obat “clozapine” sebagai obat tidur. Sejak mengkonsumsi obat tersebut, informan
“YS” bisa tidur dengan nyenyak, akan tetapi dokter yang merawat sedang mengurangi dosis yang diberikan supaya informan
“YS” tidak mengalami ketegantungan terhadap obat-obatan tersebut.
77
4. Deskripsi Hasil Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor penyebab insomnia, gambaran perilaku belajar pada mahasiswa yang mengalami
insomnia, faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku belajar pada mahasiswa yang mengalami insomnia, dan dampak yang ditimbulkan
insomnia terhadap perilaku belajar
pada mahasiswa yang mengalami
insomnia. Oleh karena itu, dalam penelitian ini perlu diketahui latar belakang informan menjadi yang mengalami insomnia. Adapun uraiannya
sebagai berikut.
a. Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Terjadinya Insomnia
Berdasarkan hasil wawancara terhadap informan “RA” diketahui
bahwa banyak faktor yang menyebabkan terjadinya insomnia diantaranya faktor lingkungan keluarga, dan faktor lingkungan pergaulan. Hasil
wawancara dengan informan “RA” menyatakan bahwa:
“Banyak faktor yang menyebabkan terjadinya insomna diantaranya faktor lingkungan keluarga, dan faktor lingkungan pergaulan”.
Hasil Wawancara 20 Juli 2016 Informan RA menjelaskan bahwa faktor utama dan faktor dominan
penyebab insomnia adalah faktor keluarga. Kurangnya perhatian dan kasih sayang dari anggota keluarga terutama ayah dan ibu membuat RA
tidak yakin dalam menjalani kehidupannya. Perasaan diabaikan, di telantarkan, tidak dihiraukan menjadi alasan utama RA bergadang
kesana-kemari setiap malam tanpa ada tujuan yang jelas. Selain itu, tidak adanya respon keluarga terhadap perkuliahan RA membuat RA juga
78 semakin tidak terkendali untuk membolos kuliah dan hampir tidak pernah
mengikuti kegiatan perkuliahan. Kegiatan yang justru diikuti RA adalah berkumpul setiap malam, terjerumus ke dalam narkoba, dan insomnia.
Kegiatan bergadang RA ini biasa dilakukan di kos maupun ditempat- tempat yang disepakati oleh RA dan teman-teman. Lemahnya
pengawasan di kos juga dimanfaatkan oleh sebagian anak kos untuk membuat acara kumpul-kumpul hingga pagi. Berikut penuturannya:
“Tidak hanya itu faktor dianggap mempengaruhi insomnia adalah faktor lingkungan khususnya lingkungan keluarga. Hal ini
dikarenakan orang tua yang terlalu cuek dan mempunyai persepsi jika anak laki-laki tidak harus dikhawatirkan ternyata membuat
saya menjadi hilang arah karena tidak ada sosok yang mengingatkan, memarahi, dan mengarahkan. Berawal dari sini saya
bertemu dengan teman-teman yang waktu itu saya anggap dapat mengerti situasi dan kondisi yang saya alami. Akan tetapi ternyata
dampak pergaulan bebas tersebut banyak. Diantaranya adalah
terjerumus narkoba, dan insomnia”. Hasil Wawancara 20 Juli 2016
Informan “RA” menambahkan bahwa:
“Selain itu, lingkungan sekitar kos saya juga tidak peduli dengan aktivitas anak kos. Baik induk semang maupun para aparat desa
membiarkan acara kos-kosan hingga larut malam setiap harinya tanpa ada teguran
lisan maupun tertulis”. Hasil Wawancara 20 Juli 2016
Banyaknya faktor yang memicu insomnia salah satunya akibat salah memilih teman dalam bergaul. Aktivitas malam yang seharusnya
menjadi waktu untuk beristirahat justru dijadikan sebagai waktu untuk melakukan aktivitas lain seperti bergadang. Tidak hanya berhenti pada
bergadang saja, yang membuat anak muda betah melakoni aktivitas malam adalah karena selain bergadang hal lain seperti minum minuman
79 keras, narkoba, berjudi, ngopi dan merokok juga menjadi rutinitas setiap
malamnya. Hal ini senada dengan penuturan PDA bahwa: “Faktor – faktor yang mempengaruhi saya menjadi insomnia itu
yang pertama karena pergaulan atau bisa dibilang gaya hidup. Biasanya malam saat saya berkumpul dengan teman
– teman yang dilakukan adalah begadang sampai pagi. Aktivitas saat bergadang
biasanya minum minuman keras, narkoba, berjudi, sekedar ngopi dan merokok”. Hasil Wawancara 02 Agustus 2016
Informan PDA juga mengalami insomnia setelah mengkonsumsi narkoba. Hal ini dikarenakan pola konsumsi narkoba yang relatif sering
dan narkoba tersebut memberikan efek yang mampu membuat pengguna terjaga selama berjam-jam hingga berhari-hari. Informan
“PDA” menuturkan bahwa:
“Faktor kedua yang menyebabkan menjadi insomnia adalah faktor gaya hidup yang mencoba ikut-ikutan teman mengkonsumsi
narkoba. Pola konsumsi yang relatif sering setiap minggu antara 3- 4 kali pemakaian menyebabkan saya tetap terjaga meskipun badan
sudah sangat lelah. Saat ini saya sudah tidak mengkonsumsi narkoba lagi, akan tetapi kebiasan dan gaya hidup tetap membuat
saya menjadi seorang insomnia”. Hasil Wawancara 02 Agustus 2016
Selain itu, faktor lainnya yang membuat PDA mengalami insomnia adalah karena faktor stress. Berdasarkan informasi yang dihimpun
peneliti diketahui bahwa PDA stress diakibatkan tidak mampu menyelesaikan tugas-tugas dalam kuliahnya dan memiliki IPK yang
rendah. Informan PDA menuturkan bahwa: “Faktor ketiga yang menyebabkan menjadi insomnia adalah karena
faktor stress. Stressnya itu karena tugas saya menumpuk sedangkan saya tidak pernah mengerjakan tugas. Hal ini dikarenakan tugasnya
susah, saya tidak paham, sehingga saya menjadi malas dan tidak niat. Disamping itu nilai IPK saya itu jelek, rendah, dan saya hanya