73
Artinya pembangunan di Jembrana dengan daerah lain tidak harus sama. Kondisi inilah yang saat ini terjadi di Bali,” Bali Post, Tahan Pariwisata
Pacu Pertanian, 2003
4.5.2.3 Ideasional- Representasi Pada Rangkaian Anak Kalimat
Pada rangkaian anak kalimat terlihat bagaimana gagasan-gagasan menjadikan pertanian Bali bangkit di amini oleh narasumber-narasumber yang
hadir dalam artikel berita. Tidak ada pendapat kontra yang juga disandingkan membuat artikel berita Ajeg Bali dipenuhi oleh gagasan dari satu pihak. Ini
menegaskan adanya keinginan Bali Post untuk memperkuat agenda Ajeg Bali kepada para pembacanya dengan sengaja tidak menempatkan pendapat yang
kontra di artikel beritanya. Dalam kutipan paragraf di bawah ini “Tahun 1998 Bali pernah menyandang predikat sebagai propinsi
swasembada beras. Tetapi sekarang hal itu hanya ada dalam mimpi. Bali sekarang sangat tergantung pada daerah lain…inilah yang menjadi
kekhawatiran Dr. Alit Artha Wiguna dari Balai Pengkajian Teknologi pertanian,” Bali Post, Tahan Pariwisata Pacu Pertanian, 2003
4.2.5.3 Relasi
Relasi yang tercipta dari artikel berita tentang agrobisnispertanian adalah relasi pembuat berita dalam hal ini wartawan dengan khalayak dan partisipan
publik. Relasi yang tampak antara pembuat berita dengan khalayak atau pembaca
Bali Post menunjukkan bahwa posisi pembuat berita lebih tinggi ketimbang khalayak. Hal ini terlihat dari kutipan dibawah ini dimana pembuat berita seolah-
olah mengetahui tentang pertanian Bali kini dibandingkan dengan pembacanya. Budaya pertanian yang memudar di Bali telah membuat Bali Post sebagai
pembuat berita yang lebih tahu dan menginformasikan kondisi pertanian Bali kepada khalayak. Dengan menggunakan mistifikasi ‘mengorbankan sendi-sendi
kebudayaan Bali’ misalnya, pembuat berita ingin menguasai pendapat pembacanya.
“Akankah tanah Bali habis akibat derasnya arus wisatawan? Pertanyaan ini selalu muncul karena komersialisasi Bali yang menonjolkan
pariwisata secara berlebihan. Komersialisme turis telah mengorbankan sendi-sendi kebudayaan Bali. Lahan-lahan pertanian Bali banyak beralih
fungsi, air untuk pertanian dijual ke pariwisata, tepi jurang di Kadewatan,
commit to user
74
Payangan, Tegalalang dikapling-kapling,” Bali Post, Jadikan Pertanian Sebagai Panglima Perekonomian Bali, 2003
“Bahkan sejak 1980an supplier dari Jawa sudah berbondong-bondong ke desa Depeha untuk mencari manga. Para supplier itu mengambil manga
di Depeha lalu dikemas di Jawa yang kemudian disebarkan ke kota-kota di Jawa dan bahkan bisa jadi dikirim kembali ke Denpasar,” Bali Post,
Memajukan Pertanian Setengah Hati, 2011
Pembuat berita membangun relasi yang cukup dekat dengan pembaca dengan tidak menggunakan kalimat-kalimat yang menggurui tetapi deskripsi dan
eksplanasi yang penuh dengan mistifikasi serta gaya bahasa yang populis. Di tempat yang berbeda, Bali Post hanya menggunakan narasumber dari
kalangan pemerintah dan akademisi. Ini mengindikasikan bahwa posisi narasumberpemerintah lebih tinggi dari pembuat berita. Untuk mencapai tujuan
propagandanya, Bali Post hanya menggunakan narasumber diluar petani untuk meyakinkan khalayak bahwa ide-ide yang dilontarkannya sangat valid dan
didukung oleh pemerintah pejabat bidang pertanian, serta akademisi.
4.2.5.4 Identitas