Kerangka Pemikiran KAJIAN TEORI

35 Ajeg Bali yang dikembangkan oleh Kelompok Media Bali Post. MacRae dalam artikelnya melihat bahwa masyarakat Bali yang merasa terancam baik dari segi ekonomi, identitas diri, keamanan memandang bahwa masalah-masalah yang muncul berasal dari masyarakat pendatang dari Jawa, Jakarta, dan negara barat. Satu catatan penting MacRae adalah meskipun ide untuk memproteksi budaya ini bertujuan baik namun Ajeg Bali sebenarnya memiliki ketidakjelasan yang membuat banyak orang memiliki intepretasi sendiri-sendiri 2010:18. Dari segi ekonomi, masyarakat Bali menurut MacRae tidak mencerminkan bagian dari masyarakat Indonesia tetapi masyarakat global yang berciri khas lokal Bali. Masyarakat Bali juga melihat bahwa pemerintah pusat menjadikan Bali sebagai sapi perah dengan pendapatan dari segi pariwisata. Untuk masyarakat Bali menginginkan adanya otonomi daerah sehingga dapat mengatur keuangan dan peruntukkannya dengan maksimal misalnya. Dengan kaitannya dengan hubungan dengan negara barat, Bali dan Indonesia memiliki hubungan ‘love-and-hate’. Masyarakat Bali dan Indonesia merasakan keuntungan dengan adanya hubungan dengan negara barat menyoal pariwisata tetapi merasa sangat dirugikan jika menyangkut pengaruh buruk seperti alkohol dan narkoba MacRae 2010: 28. Pada akhirnya meskipun Ajeg Bali telah memudar dalam masyarakat namun nilai- nilainya masih dipegang. MacRae dalam artikel ini banyak mengupas Ajeg Bali dan bagaimana masyarakat Bali memandang dirinya sendiri dan Indonesia dengan melihat konteks sosial dan mengupas artikel yang berkaitan di Bali post dan harian lainnya. Serupa, penelitian ini akan menggali lebih dalam Ajeg Bali dalam Bali Post dan memberikan intepretasi tambahan tentang Ajeg Bali yang dianggap MacRae ‘vague’ atau tidak jelas.

2.9 Kerangka Pemikiran

Propaganda “Ajeg Bali” digunakan untuk memenangkan konflik akibat adanya penetrasi kuat oleh budaya asing terhadap budaya Bali di pulau Bali. Mengetahui pesan apa yang hendak disampaikan melalui propaganda ini menjadi penting mengingat hingga saat ini masyarakat Bali sendiri masih kabur mengenai hal ini. Bali Post sebagai media lokal yang telah 10 tahun menyampaikan pesan commit to user 36 “Ajeg Bali” dalam beritanya dipilih sebagai sampel penelitian untuk menggali lebih dalam tentang pesan yang ingin disampaikan terkait “Ajeg Bali”. Dalam propaganda, pesan-pesan dipoles dengan berbagai macam mitos yang memiliki kekuatan emosional untuk menarik target propaganda. Dalam memproduksi pesan propaganda perlu juga dilihat faktor media sebagai instrumen propaganda. Berita yang dipublikasikan telah melalui proses filtrasi menggunakan lima elemen Model Propaganda. Metode analisis yang digunakan dalam mengetahui pesan propaganda “Ajeg Bali” adalah Critical Discourse Analysis Fairclough yang dibagi menjadi tiga tingkat yakni analisis text, analisis praktek kewacanaan, dan analisis praktek sosial budaya. Atas dasar pandangan paradigma kritis yang mengedepankan kecurigaan dan mengajukan pertanyaan atas pesan yang ingin disampaikan, maka penelitian ini akan membedah makna pesan “Ajeg Bali” dengan menggunakan teori propaganda. Kerangka berpikir penelitian ini dapat diterjemahkan secara lebih ringkas oleh bagan di bawah: commit to user 37 Pengaruh pembentukan pesan Ajeg Bali di tubuh Bali Post Internal Media Latar belakang wartawan, struktur organisasi, hubungan pekerja media dengan media, kepemilikan Ekstralevel Media Iklan, Sumber berita, Flak, Ideologi Dominan Terpusat Pesan “Ajeg Bali” yang ditampilkan di harian Bali Post Respons Terhadap Pesan Ajeg Bali Perubahan Sosial Budaya Ideologi Ajeg commit to user 38

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Obyek Penelitian

Harian Bali Post diambil sebagai sasaran penelitian tentang pesan Ajeg Bali. Bali Post dan Bali TV adalah dua media yang gencar mempublikasikan berita dan tayangan tentang Ajeg Bali. Namun dalam bukunya Reese Shoemaker 1996:126 menegaskan bahwa reporter TV memungkinkan untuk melaporkan suatu kejadian sesuai dengan pikirannya pribadi tanpa melalui banyak proses editing. Sedangkan berita-berita dalam media cetak di kontrol oleh editor serta harus melalui proses editing yang ketat sesuai dengan pemegang otoritas media. Ini memungkinkan untuk melihat bagaimana harian Bali Post memformulasikan pesan Ajeg Bali dan mengapa mereka memformulasikannya seperti itu. Populasi dari penelitian ini adalah seluruh berita di Bali Post yang terkait dengan Ajeg Bali yang ditemukan dari periode November 2002-2012. Oleh karena terlalu banyaknya jumlah populasi dan tidak adanya batasan pada konsep Ajeg Bali dalam berita maka akan digunakan sampel untuk mendapatkan data- data yang diperlukan. Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling. Sample-sample berita Ajeg Bali yang digunakan adalah berita yang mengandung frasa Ajeg Bali dalam judulnya baik yang menjadi headline atau menjadi berita utama dan berita lainnya yang bukan headline. Artikel berita pada edisi khusus Bali Post 16 Agustus 2003 diikut sertakan dalam penelitian meskipun tidak mengandung frasa Ajeg Bali dalam judulnya. Hal ini diperlukan mengingat artikel berita dalam edisi khusus itu adalah penjelasan pertama kali yang cukup dalam tentang Ajeg Bali.

3.2 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini termasuk ke dalam penelitian kualitatif yang menganalisa data primer dalam bentuk teks yang diambil dari teks berita Bali Post. Dari tujuan dan maksud serta pendekatan kualitatif yang dipilih maka metode yang paling tepat digunakan adalah analisis wacana kritis. Berbeda dari analisis wacana pada umumnya, Analisis Wacana Kritis tidak hanya berusaha commit to user