Iklan Aspek Institusional dan Sosial

129 Penandatanganan prasasti itu terkait HUT ke-1 Bali TV,” Bali Post, 2003 “Tiba di Gedung Pers Bali Ketut Nadha pukul 11.49 wita, Megawati diterima Satria Naradha, Penglisir Kelompok Media Bali Post Ibu Desak Gede Raka Nadha dan Ketua Umum The Mega Centre Shri IB Darmika Wedastra Putra Suyasa, S.T. Setelah bercakap-cakap dengan Ibu Desak Raka Nadha, Megawati dipersilakan membubuhkan tanda tangan pada prasasti,” Bali Post, 2003 Tentu saja ini berdampak baik juga terhadap partai politik tertentu yang didukung Satria Naradha. Seringnya anggota PDI Perjuangan muncul bak inisiator atau pemikir ulung dalam berbagai berita Ajeg Bali, semakin mengukuhkan eksistensinya sebagai partai politik terkuat di Bali. Karena PDI P mendukung Ajeg Bali, karena kader-kader partai ini memiliki perhatian terhadap Bali. Artikel- artikel Ajeg Bali tak hanya mendukung partai berlambang banteng ini tetapi partai ini juga melicinkan Ajeg Bali masuk dalam benak masyarakat Bali yang sebagian besar pemilih PDI Perjuangan. Karena tokoh-tokoh PDIP yang hadir dalam artikel berita menunjukkan bahwa tokoh-tokoh tersebut mendukung konsep ini. Untuk keresahannya akan nasib Bali, ekonomi Bali, agama Hindu, budayanya, Satria Naradha menggunakan alat dan media yang ia miliki untuk menginfusi ideologi dan tujuan pribadi yang ia buat sebagai tujuan bersama masyarakat masyarakat Bali. Ada banyak media yang ia miliki baik cetak maupun audio visual yang dijadikannya saluran yang ampuh untuk mempropagandakan Ajeg Bali. Media-media tersebut memiliki segmentasi pembaca yang berbeda. Dan ini membuat mudahnya Ajeg Bali masuk ke kalangan manapun; orang tua Bali Post, Bali TV, anak muda Wiyata Mandala, pengusaha bisnis Bali, Bali Travel News, dan lainnya dengan waktu yang cepat dan target propaganda yang beragam dan masif. Dengan ramainya Ajeg Bali dibicarakan publik dan mendapat perhatian maka kerajaan Kelompok Media Bali Post posisinya akan tetap merajai media di Bali.

4.4.2.2 Iklan

Dengan iklan, media mampu menutupi biaya produksinya sehingga harga per eksemplar semakin rendah, dan memicu peningkatan penjualan. Tetapi commit to user 130 sseperti yang dikatakan Durham Kellner 2009:290 bahwa para pemasang iklan akan memilih media yang dapat meningkatkan penjualan produknya atau menjaring banyak pemilih atau meningkatkan jumlah siswa baru atau sekadar membentuk citra baik. Dan media yang memiliki segmentasi pembaca yang sanggup memberikan tujuan pemasang iklan lah yang pada akhirnya memenangkan para pemasang iklan. Di Bali Post, peningkatan jumlah pelanggan, meskipun tidak terlampau signifikan, dari 100.000 2006 menjadi 105.000 per harinya juga mampu menarik para pengiklan untuk berinvestasi. Tidak hanya iklan baris tetapi juga advertorial yang memiliki halaman khusus di Bali Post. Berita berbintang begitu para praktisi media di Bali menyebut berita-berita berbayar yang terbit tiap hari di Bali Post. Asalkan ada dana, berita yang kurang memenuhi nilai berita pun akan diterbitkan. Acap kali berita-berita berbintang ini dikaitkan dengan Ajeg Bali; sebuah bukti bahwa pelanggan berita berbayar ingin kegiatannya menjadi perbincangan karena terkait dengan hal yang populer di Bali. Atau jika ide menggunakan Ajeg Bali pada berita datang dari pihak Bali Post maka ini adalah strategi harian ini untuk membuat kegiatan tersebut populer dan pada akhirnya pelanggan berita berbintang akan semakin banyak. Bahkan Ajeg Bali juga dipakai di beberapa iklan calon legislatif. Calon legislatif yang memiliki visi dan misi mempertahankan budaya Bali akan mendapatkan citra yang positif dari pemilihnya di Bali. Alit Purnatha, Redaktur Pelaksana Bali Post, menganggap wajar penggunaan Ajeg Bali dalam advertorial sebab ide ini bukan hanya milik Bali Post tetapi masyarakat Bali. Disamping keuntungan secara finansial, Bali Post juga diuntungkan karena advertorial semacam ini mengukuhkan bahwa Ajeg Bali didukung dan penting bagi semua pihak. Dengan tetap membuat berita Ajeg Bali yang menarik, sifatnya populis, menghibur, dan lainnya akan tetap membuat Ajeg Bali populer, bergema di kalangan masyarakat Bali. Tidak heran artikel berita Ajeg Bali di Bali Post lebih banyak diisi oleh berita yang sifatnya populis daripada ulasan berita yang menyentuh konsep Ajeg Bali. Tentu saja ini akan tetap menarik bagi para calon pemasang advertorial. Menarik bagi calon pemasang iklan karena Ajeg Bali mampu menarik perhatian masyarakat lokal Bali yang merupakan pembaca commit to user 131 terbesar Bali Post. Pemasang iklan yang targetnya adalah masyarakat Bali akan lebih dari senang memasang iklannya di Bali Post. Lihatlah dua berita advertorial di bawah ini. Dimana pada contoh yang pertama, seorang calon legislatif yang memasang profil dirinya berharap mendapatkan simpati dari warga Bali. Dengan mengiklankan diri di Bali Post dan menggunakan Ajeg Bali sebagai visi nya, ia akan merebut simpati banyak pembaca Bali Post, ia telah menginvestasikan uang iklannya kepada media yang tepat. Meskipun ada, tetapi Bali Post tidak pernah mempublikasikan pendapat yang kontra dalam beritanya. Bali Post ingin menghindari timbulnya kesan radikal yang mungkin menurunkan jumlah pembaca dan tentu saja minat para calon pemasang iklan. Berita-berita populis dan ringan ditujukan agar pembaca tetap megkonsumsi Bali Post. Berita periodik yang memberi ulasan lebih dalam tentang Ajeg Bali mengingatkan publik betapa konsep ini masih hidup. Upaya Bali Post mengaitkan Ajeg Bali dengan peristiwa lain atau membuat berita dari seminar- seminar Ajeg Bali yang digagas sendiri oleh Bali Post adalah upaya Bali Post untuk tetap menancapkan Ajeg Bali dalam benak masyarakat; untuk tetap menarik hari para calon pemasang iklan. commit to user 132 “A.A Oka Mahendra S.H: Perjuangkan Desa Pekraman Demi Ajeg Bali,” Bali Post, 2009 commit to user 133 “SD Saraswati 4 Denpasar Gelar Pameran Ajeg Bali,” Bali Post, 2008 commit to user 134

4.4.2.3 Sumber berita