101
difungsikan sebagai tim keamanan terkait dengan masyarakat yang heteorgen menimbulkan gagasan bahwa penguatan lembaga adat ini untuk menancapkan
keberadaan masyarakat lokal Bali di tengah banyaknya orang luar yang menetap. Lembaga keamanan adat ini adalah simbol eksistensi masyarakat Bali di tengah
beragamnya budaya yang di bawa serta pendatang. Ini terlihat pada kalimat terakhir dalam paragraf di bawah.
“Dalam komunitas yang heterogen, komunitas lokal dalam konteks desa pekraman yang umumnya muncul dari kelas bawah yakni warga adat ini,
telah ada sejak lama. Namun, pengamanan tradisional yang disebut pecalang ini kerap kali terlupakan dan tak jelas perannya. Kini, ketika
heterogenitas kependudukan makin mengental, Darsa, melihat warga adat perlu memikirkan strategi keberpihakan kepada pengamanan tradisional
ini. Caranya, dengan tetap berpartisipasi menyediakan ruang yang memungkinkan pecalang bisa berbuat sesuai dengan sesana,” Bali Post,
Keberpihakan Pada Pengamanan Tradisional, 2003
4.4.12.4 Relasi
Bali Post membangun relasi dengan pemeritah, pecalang kemanan desa pekraman
dan masyarakat Bali. Pembuat berita menggambarkan masyarakat Bali sebagai korban atas kriminalitas yang terjadi. Tidak hanya merugikan masyarakat
Bali sendiri tetapi citra baik Bali yang dibangun demi pariwisata. Pada kutipan ketiga, pembuat berita mengkritisi budaya Bali yakni ramah. Masyarakat Bali
yang dikenal ramah oleh dunia digugat oleh Bali sebab hal itu tidak menguntungkan bagi masyarakat Bali. Bali Post justru menuding masyarakat Bali
hanya menggunakan dalih keramahtamahan. Hal ini agaknya yang harus diluruskan oleh pembuat berita. Sebab ramah bukan berarti masyarakat tidak
waspada karena ramah dan waspada adalah dua hal yang berbeda. Keramahan masyarakat Bali adalah budaya hidup yang harus terus dilestarikan karena ia
sesuai dengan konsep Tri Hita Karana yakni menghormati sesama. Justru yang harus digugat adalah sikap kewaspadaan masyarakat Bali. Bukan malah
mengkambinghitamkan sikap ramah. “Tindak kriminal dan terorisme yang meningkat dalam berbagai
bentuknya berdampak cukup signifikan pada kelangsungan hidup masyarakat Bali,” Bali Post, Strategi Jaringan Regional Hadapi
Kriminalitas di Bali, 2003
commit to user
102
“Ancaman yang juga cukup berdampak bagi Bali sebagai lokomotif pariwisata Indonesia bisa berupa pencurian, kendaraan bermotor,
penganiayaan, penculikan, pembunuhan, pun termasuk terror. Ini bisa menimpa wisatawan manca negara dan domestik,” Bali Post, Strategi
Jaringan Regional Hadapi Kriminalitas di Bali, 2003 “Sementara di sisi lain masyarakat Bali agak “ayem”, sikap nrimo di atas
dalih keramahtamahan, serta tak memiliki kewaspadaan yang cermat dalam mengawasi lingkungan, cukup menjadi sebuah ancaman,” Bali
Post Strategi Jaringan Regional Hadapi Kriminalitas di Bali, 2003
Sedangkan pemerintah dalam hal ini pihak kepolisian diposisikan lebih tinggi. Dalam kutipan berikut polisi digambarkan telah memiliki strategi untuk
meminimalisir tindakan kriminal. Hubungan yang dibangun Bali Post antara polisi dan masyarakat Bali juga cukup dekat. Pembuat berita menyandingkan aparat
keamanan tersebut dengan masyarakat Bali untuk melawan tindak kriminalitas secara bersama-sama.
“Pemerintah daerah bersama rakyat Bali harus segera membangun konsep untuk melawan segala bentuk kejahatan. Sumber internal tindak
kejahatan dalam masyarakat harus dihilangkan terlebih dahulu. Masyarakat Bali jangan sampai membangun peluang dan kesempatan
bagi orang untuk melakukan tindak kriminal,” Bali Post, Strategi Jaringan Regional Hadapi Kriminalitas di Bali, 2003
Di sisi lain, Bali Post menggambarkan pecalang atau satuan pengamanan setara dengannya. Dimana hubungan antara masyarakat Bali dengan pecalang
digambarkan agak jauh. Pada waktu itu, pecalang dinilai hanya sebagai tim keamanan acara-acara besar di Bali utamanya yang menyangkut partai politik.
Tetapi Bali Post dalam teks beritanya menggagas diberikannya ruang lebih untuk pecalang
dalam bidang keamanan. “Naya Sujana melihat potensi besar menjaga keamanan Bali
sesungguhnya bercokol pada kekuatan masyarakat lokal yang ada di Banjar dan desa adat, dadia, subak, Parisada, dan sekaa-sekaa,” Bali
Post, Strategi Jaringan Regional Hadapi Kriminalitas di Bali, 2003
4.2.12.5 Identitas