61
implementasinya juga tidak mudah, terlebih tidak dijelaskan oleh sang penggagasnya. Pariwisata oleh Bali Post juga dinilai sebagai hal yang
mengesampinglan sektor ekonomi lain seperti pertanian. Untuk itu, Ajeg Bali juga ingin pariwisata dapat membantu sektor lain.
“Income pariwisata harus dibagi rata agar pertanian dapat disubsidi,” Bali Post, Strategi Bertumpu Pada Tiga Aspek, 2003
“Caranya dengan menyediakan subsidi untik pertanian yang dananya diambilkan dari pendapatan yang diperoleh pariwisata,” Bali Post,
Strategi Bertumpu Pada Tiga Aspek, 2003
4.2.3.2 Ideasional – Representasi Pada Gabungan Anak Kalimat
Gagasan yang muncul pada teks berita tentang pariwisata dalam Ajeg Bali statemen kekecewaannya terhadap dunia pariwisata yang memiliki dampak
negatif namun disi lain pariwisata Bali perlu dijaga karena sangat berkontribusi terhadap masyarakat Bali. Ada banyak statemen Bali Post yang meskipun disadari
memiliki dampak negatif, pariwisata harus didorong ke arah yang bertujuan untuk keajegan Bali. Dalam rangkaian anak kalimat di bawah ini ditunjukkan adanya
koherensi lokal sebab akibat melalui kata penghubung ‘untuk itu’. Bahwa dunia akan sangat kehilangan Bali jika Bali tidak melestarikan apa yang menjadi daya
tarik pariwisatannya yakni: budaya dan adat istiadatnya. Melalui gabungan anak kalimat ini, Bali Post membangun sebuah realitas turunnya pamor Bali yang
diakibatkan terkikisnya budaya, lingkungan dan pulau Bali sendiri. Disini Ajeg Bali diperlukan untuk menanggulangi redupnya pamor Bali di dunia pariwisata.
Dengan disuguhkannya mistifikasi kehancuran dan kehilangan pamor, tentu saja masyarakat Bali yang bangga atas kesohoran pulaunya di kancah dunia tidak mau
hal itu terjadi. Disini, Bali Post memainkan emosi pembaca dan menekankan betapa pentingnya Ajeg Bali bagi dunia pariwisata.
“Hancurnya lingkungan dan gaya hidup masyarakat Bali akan membuat dunia merasa kehilangan. Untuk itu, nilai Kompyang, Ajeg Bali harus
tetap dijaga,” Bali Post, Perkuat Jati Diri, Tetap Pada Koridor Budaya, 2003
Bali Post menegaskan pariwisata tetap harus dilestarikan dengan tidak melupakan masyarakat Bali yang belum sepenuhnya menikmati keuntungan dari
pariwisata. Salah satu keuntungan yang harusnya diterima adalah penguatan desa
commit to user
62
pekraman . Melalui kelompok desa pekraman atau desa adat, budaya Bali yang
unik akan dipelihara dan keamanan akan terjaga dimana hal ini akan menopang pariwisata Bali. Dari segi pelestarian budaya melalui desa pekraman, pelaku
pariwisata disarankan untuk menyumbang penghasilannya sehingga desa pekraman dapat melakukan aktivitasnya seperti melakukan upacara – upacara
Hindu besar atau mendanai kegiatan sekaa kelompok yang ada di desa adat tersebut. Pariwisata juga disarankan untuk menggunakan jasa pecalang tim
keamanan desa adat untuk menjaga pariwisata dan kegiatan besar lainnya. Ada ketidakpercayaan akan kemampuan polisi dalam menjaga kemanan sehingga perlu
dikerahkannya pecalang terbaca dalam teks berita. Rasa memerlukan pecalang kemungkinan di akibatkan dari bom Bali I dan II dimana polisi dinilai longgar
pengawasannya.
4.2.3.3 Ideasional – Representasi Pada Rangkaian Anak Kalimat