53
3. Pengujian taraf kesukaran
Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sukar. Soal yang terlalu mudah tidak merangsang siswa untuk
mempertinggi usaha memecahkannya. Sebaliknya soal yang terlalu sukar akan menyebabkan siswa menjadi putus asa dan tidak
mempunyai semangat untuk mencoba lagi karena di luar jangkauannya.“Bilangan yang menunjukan sukar dan mudahnya
sesuatu soal disebut indeks kesukaran difficulty index ”.
8
Pengujian taraf kesukaran menggunakan rumus:
9
= �
Keterangan: P
: Proporsi atau indeks kesukaran B : banyaknya siswa yang menjawab dengan betul terhadap
butir item yang ersangkutan JS
: jumlah seluruh siswa, peserta tes Dengan Interprestasi Tingkat Kesukaran sebagaimana terdapat
dalam tabel berikut:
Tabel 3.8 Interprestasi Tingkat Kesukaran
10
Besaenya P Interprestasi
Kurang Dari 0,30 Terlalu Sukar
0,30 - 0,70 Cukup Sedang
Lebih dari 0,70 Terlalu Mudah
4. Daya Pembeda
Daya pembeda soal, adalah kemampuan sesuatu soal untuk membedakan antara siswa-siswa yang pandai berkemampuan tinggi
8
Suharsimi Arikunto, Ibid, h. 207
9
Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Rajawali Pers, 2009, h. 372
10
Anas Sudjino, Ibid, h. 372
54
dengan siswa yang bodoh berkemampuan rendah.
11
Cara penghitungan daya pembeda adalah:
12
Keterangan: BA : banyaknya peseta kelompok atas yang menjawab soal
dengan benar BB : banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal
dengan benar JA
: banyaknya peserta kelompok atas JB
: banyaknya peserta kelompok bawah DP
: daya pembeda Klasifikasi daya pembeda:
13
DP = 0,00 : sangat jelek
0,00 DP ≤ 0,20 : jelek
0,20 DP ≤ 0,40 : cukup 0,40 DP ≤ 0,70 : baik
0,70 DP ≤ 1,00 : sangat baik.
K. Analisis Data dan Interpretasi Hasil Analisis
1. Kegiatan Belajar Mengajar
Data yang dikumpulkan pada setiap kegiatan observasi dari pelaksanaan siklus penelitian dianalisis secara deskriptif dengan
menggunakan teknik persentase untuk melihat kecendrungan yang terjadi
11
Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar evaluasi pendidikan Edisi Revisi, Jakarta: Bumi Aksara, 2009, h. 211
12
Subana, Dasar-Dasar Penelitian ilmiah, Bandung: CV Pustaka Setia, 2005, hlm. 134
13
Subana, Ibid, h. 135
�� = � −
�
55
dalam kegiatan pembelajaran. Yakni untuk mengetahui komposisi responden terhadap point-point dalam observasi. Rumus yang digunakan
adalah:
14
P = f x 100
N Keterangan:
F = Frekuensi yang sedang dicari persentasenyan
N = Number of cases jumlah frekuensi atau banyaknya individu
P = Angka Persentase
Kemudian dikategorikan dalam klasifikasi sangat baik, baik, cukup baik, kurang baik, dan sangat kurang baik. Kategori:
15
Tabel 3.9 Persentase Observasi
Persentase Kategori
80-100 70 - 79
60 - 69 50 - 59
49 Sangat baik
Baik Cukup baik
Kurang baik Sangat kurang baik
2. Tes Hasil Belajar
Pengujian teknik analisa data menggunakan analisis deskriptif dari tiap siklus dengan menggunakan N Gain untuk melihat selisih
antara pretes dan postes pada setiap siklus, untuk melihat perbedaan hasil belajar pada setiap siklus. Penelitian ini dianggap berhasil jika
14
Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2008 Cet. Ke-5, h,43.
15
Muhibin Syah, Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Baru, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007, Cet, Ke-14, h. 151
56
setelah dilakukan tindakan terjadi peningkatan hasil belajar pada materi.
Untuk mengetahui peningkatan skor pretes dan postes menggunakan rumus Normalized Gain:
− = −
− Apakah keterampilan dasar variasi stimulus yang digunakan
berhasil atau tidak dalam penelitian ini, tingkat perolehan skor kemudian dikategorikan atas tiga kategori yaitu:
16
Tabel 3.10 Persentase
N-Gain
Persentase Kategori
g 0,3 0,3 ≤ g ≤ 0,7
g 0,7 Rendah
Sedang Tinggi
L. Indikator Keberhasilan
Penelitian ini dikatakan berhasil atau siswa terbukti mengalami peningkatan hasil belajar terhadap mata pelajaran IPS ekonomi khususnya
pada materi pertumbuhan ekonomi apabila mencapai indikator sebagai berikut:
a. Terdapat peningkatan rata-rata N-Gain dari siklus I ke siklus
berikutnya dengan presentase tertinggi berada pada kategori N-Gain “Tinggi”.
b. Hasil belajar siswa di atas kriteria ketuntasan minimal KKM yaitu
75. c.
Presentase kelas mencapai ketuntasan belajar adalah 100
16
Jurnal Pengembangan Model Buku Dasar Berorientasi Ilmu Hayati Bagi Mahasiswa Calon Guru Biologi dalam http:heriefisika.wordpress.comjurnal dilihat pada 8 Januari 2014
57
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Sekolah
1. Sejarah Singkat SMA Negeri 12 Kota Tangerang Selatan
Berdasarkan SK Pemerintah Kota Tangerang Selatan melalui Dinas Pendidikan menetapkan SMA Negeri 12 Kota Tnagerang Selatan
berdiri dibawah bimbingan dan pembinaan SMA Negeri 12 Kota Tangerang Selatan sebagai sekolah induk yang di tunjuk. Ditunjuknya
SMA Negeri 12 Kota Tangerang Selatan sebagai induk SMA Negeri 12 Kota Tangerang dengan otomatis kepala sekolahnya pun ditunjuk dari
SMA Negeri tersebut. Kepala sekolah yang diberi kepercayaan oleh Dinas Pendidikan Kota Tangerang Selatan yaitu Bapak Dra. H.P. Sopandy, M.Pd
selaku PYMT dengan Pelaksana Harian PLH yaitu Bapak H.M. Syamsudin,HS, S.Pd dari SMA Negeri 12 Kota Tangerang yang dulu
sama-sama sekolah binaan SMA Negeri 12 Kota Tangerang. Sekolah yang mempersiapkan insan yang bertaqwa, mandiri,
berinovasi, kreatif, dan berjiwa entrepreneur dengan tetap memegang teguh karakter bangsa, melalui kegiatan akademik dan non akademik yang
berbasis IPTEK dan bakat serta budi pekerti luhur sebagai perwujudan nilai-nilai agama. Mendidik, menyeluruh, dan mengembangkan ilmu,
bakattalenta sesuai dengan kemampuan peserta didik. Mendidik dan