Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN
menjalankan peran dan fungsinya sebagai educator, motivator, facilitator,
dan demonstrator yang handal dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu, guru dituntut untuk tampil sebaik mungkin
menjalankan peran dan fungsinya, baik sebagai motivator, fasilitator, maupun sebagai innovator dalam rangka mendorong, membimbing dan
memfasilitasi belajar siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Untuk itulah guru dituntut untuk memiliki beberapa keterampilan dasar
dalam menyampaikan materi pelajaran kepada siswa didalam kelas, termasuk didalamnya mengadakan variasi stimulus.
Setiap langkah kegiatan pembelajaran seorang guru dituntut untuk selalu terampil dan dapat melakukan berbagai macam cara
didalam proses mengajar, tentunya dengan memiliki berbagai macam keterampilan dasar mengajar. Salah satunya adalah keterampilan
mengadakan variasi stimulus untuk memberikan rangsangan belajar terhadap siswa. Sehingga tercapai tujuan pembelajaran yang sesuai
dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang telah ditentukan.
Sebagaimana dalam Undang-Undang Nomor. 20 Tahun 2003 Pasal 3 tentang Sistem Pendidikan Nasional adalah sebagai berikut
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
2
Untuk memenuhi
tujuan pendidikan
tersebut maka
diselenggarakan rangkaian kependidikan secara sengaja, terarah, terencana, berjenjang dan sistematis melalui pendidikan formal seperti
sekolah. Pendidikan yang diperoleh melalui sekolah diharapkan
2
Himpunan Perundang-Undangan RI tentang: Sistem Pendidikan Nasiona SISDIKNAS Undang-Undang RI No 20 tahun 2003 Beserta Penjelasannya
, Bandung: NUANSA AULIA, 2008, hal. 12
mampu menciptakan SDM yang berkualitas dan berwawasan sehingga dapat membentuk peradaban manusia yang bermartabat.
Keadaan di lapangan menunjukan masih banyak guru Sekolah Menengah Atas SMA yang belum dapat mengembangkan variasi
stimulus secara optimal di dalam proses pembelajaran khususnya pada pembelajaran ekonomi, sehingga kualitas pendidikan masih rendah.
Pembelajaran Ekonomi dengan pendekatan faktual maupun dengan menggunakan pendekatan koseptual kurang dapat mengembangkan
perbendaharaan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang tetap dimiliki siswa. Pembelajaran seperti itu bukan hanya membuat bosan
para peserta didik, tetapi membuat pelajaran menjadi tidak menarik perhatian sehingga siswa tidak memiliki sikap antusias terhadap proses
pembelajaran. Hal ini dapat dibuktikan dari data ulangan harian ekonomi hasil
belajar siswa kelas X-6 belum optimal karena 13 siswa dari 30 siswa memperoleh nilai mata pelajaran ekonomi di bawah KKM Kriteria
Ketuntasan Minimal, yang terdiri dari 4 orang siswa mendapatkan nillai 66, 2 orang siswa mendapatkan nilai 50, 4 orang mendapatkan
nilai 45 dan 3 orang siswa mendapatkan nilai 40. Sedangkan untuk KKM Kriteria Ketuntasan Minimal mata pelajaran ini siswa
diharuskan memperoleh nilai tidak kurang dari 70. Penyebab dari kondisi tersebut mungkin karena masih menggunakan model
pembelajaran yang masih berpusat pada guru dengan menggunakan metode ceramah sehingga menimbulkan kebosanan pada siswa yang
berakibat pada kurang optimalnya pemahaman dan hasil belajar. “Faktor kebosanan yang disebabkan oleh adanya penyajian
kegiatan belajar yang begitu-begitu saja akan mengakibatkan perhatian, motivasi, dan minat siswa terhadap pelajaran, guru, dan
sekolah menurun. Untuk itu diperlukan adanya keanekaragaman dalam
penyajian kegiatan belajar ”.
3
“Mengadakan variasi merupakan keterampilan yang harus dikuasai guru dalam pembelajaran, untuk
mengatasi kebosanan peserta didik agar selalu antusias, tekun dan penuh partisipasi
”.
4
Dalam model-model pembelajaran yang berkembang belakangan ini, keterampilan ini sangat penting terutama
dalam upaya mengimplementasikan kurikulum KTSP. Untuk itulah, dalam konteks ini guru perlu menjaga agar iklim belajar tetap kondusif
dan menyenangkan. Dengan demikian, guru dapat menggunakan variasi stimulus
pada waktu bertatap muka dengan siswa didalam kelas atau pada waktu proses belajar mengajar berlangsung. Yang paling terpenting
dalam melakukan interaksi dengan siswa jangan monoton, sebisa mungkin melakukan interaksi secara berbeda-beda sehingga siswa
selalu terangsang untuk semangat dalam mengikuti pembelajaran. Dengan adanya variasi stimulus yang diberikan oleh guru
secara psikis anak menerimanya dalam berbagai respon sesuai dengan iklim situasi dan kondisi belajar yang tercipta. Semakin banyak
pengalaman anak dalam belajar maka akan berkembang keterampilan fisik, kerja, berfikir, kekayaan intelektual dan spiritual sebagai
kekayaan kepribadian yang diharapkan. Semakin banyak pengalaman belajar melalui berbagai rangsangan, maka semakin banyak pula
respon yang
diberikan untuk
mengembangkan watak
dan kepribadiannya. Pemberian rangsangan kepada anak dalam proses
belajar mengajar, maka akan mempengaruhi perubahan pola atau cara belajar dan tingkah laku anak. Penggunaan Variasi Stimulus terhadap
proses pembelajaran tersebut diharapkan mampu meningkatkan hasil belajar siswa karena dapat mendorong siswa lebih aktif dan lebih
memahami pelajaran yang telah disampaikan.
3
J.J. Hasibuan Moedjiono, Proses Belajar Mengajar, Bandung:PT Remaja Rosdakarya.1995 cet.6 hal. 64
4
E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional: Menciptakan Pembelajaran Aktif dan Menyenangkan.
Bandung:PT Remaja Rosdakarya.2005 cet I hal.78
Berangkat dari hal itulah, penulis merasa perlu untuk menelusuri hal tersebut dalam sebuah penelitian, guna mendapatkan
gambaran dan informasi yang benar dan mendalam tentang kondisi pembelajaran diatas dengan mengangkat sebuah judul penelitian
“Penerapan Variasi Stimulus untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Ekonomi Pokok Bahasan Pendapatan
Nasional Kelas X di SMAN 12 Kota Tangerang Selatan”.