Penggolongan inflasi Pengertian Dasar. 1. Pengertian Pajak dan Pajak Penghasilan

43 1. Kebijakan Fiskal meerupakan kebijakan pemerintah untuk mengubah dan mengendalikan penerimaan dan pengeluarkan pemerintah melalui APBN dengan maksud untuk mengatasi masalah yang sedang dihadapi. Kebijakan ini dapat dibagi menjadi : Bentuk kebijakan fiskal jangka pendek, berupa ; a. Membuat perubahan yang berkaitan dengan pembelanjaanpengeluaran pemerintah. b. Membuat perubahan yang berkaitan dengan sistem perpajakan dan jumlah pajak yang ditetapkan. Bentuk kebijakan fiskal jangka panjang, berupa ; a. Kebijakan penstabilan otomatik, artinya menjalankan sistem perpajakan yang telah ada, misalnya sistem pajak progresif dan proporsional. b. Kebijakan fiskal diskresioner, artinya kebijakan yang secara khusus membuat perubahan terhadap sistem yang ada. Misalnya membuat undang- undang, peraturan-peraturan baru dibidang penerimaan pemerintah khususnya penerimaan pajak dan pengeluaran pemerintah. 2. Kebijakan Moneter merupakan kebijakan yang dilakukan bank sentral dalam mengatur dan mengendalikan jumlah uang yang beredar. Kebijakan bank sentral ini ada yang bersifat kuantitatif dan ada yang bersifat kualitatif. Kebijakan yang bersifat kuantitatif meliputi : a. Kebijakan operasi pasar terbuka open market operation yaitu membeli atau menjual obligasi pemerintah. 44 b. Kebijakan tingkat diskonto yaitu kebijakan dalam rangka dalam menetapkan tngkat suku bunga. Misalnya SBI. c. Kebijakan cadangan wajib reserve requitment yaitu kebijakan dalam menetapkan cadangan wajib untuk deposito bank dan lembaga keuangan lainnya. Kebijakan yang bersifat kualitatif meliputi pengawasan kredit secara selektif dan moral situation yaitu membujuk menghimbau secara moral kepada masyarakat pengguna jasa bank. Bank sentral memainkan peranan penting dalam mengendalikan inflasi. Bank sentral suatu Negara pada umumnya berusaha mengendalikan tingkat inflasi pada tingkat yang wajar. Beberapa bank sentral bahkan memiliki kewenangan yang independen dalam artian bahwa kebijakannya tidak boleh diintervensi oleh pihak luar bank sentral, termasuk oleh pemerintah itu sendiri. Hal ini disebabkan karena sejumlah studi menunjukkan bahwa bank sentral yang kurang independen salah satunya disebabkan oleh intervensi pemerintah yang bertujuan menggunakan kebijakan moneter untuk mendorong perekonomian justru akan berakibat mendorong tingkat inflasi yang lebih tinggi. Bank sentral pada umumnya mengandalkan jumlah uang beredar danatau tingkat suku bunga sebagai instrumen dalam mengendalikan harga. Selain itu bank sentral juga berkewajiban mengendalikan tingkat nilai tukar mata uang domestik. Hal ini disebabkan karena nilai sebuah mata uang dapat bersifat internal dicerminkan oleh tingkat inflasi maupun eksternal kurs. Saat ini pola inflation 45 targeting banyak diterpakan oleh bank sentral diseluruh dunia, termasuk oleh bank Indonesia. Reaksi terhadap kebijakan antiinflasi berupa kebijakan fiskal dan kebijakan moneter yang digunakan untuk menekan laju inflasi, harus diperhitungkan sebagai salah satu biaya inflasi yang merupakan dampak yang ditimbulkan oleh inflasi dan menyebabkan beban-beban ekonomi secara tidak efisien yang ditanggung oleh masyarakatMurni, 2006 : 213. Oleh sebab itu diperlukan kebijakan antiinflasi yang berbiaya rendah, yaitu kebijakan-kebijakan yang berusaha menurunkan inflasi tanpa terjadinya kenaikkan beban ekonomi bagi masyarakat. Kebijakan antiinflasi yang berbiaya rendah ini disebut juga kebijakan pendapatan yaitu tindakan pemerintah yang berusaha membuat yang berusaha membuat inflasi yang rendah moderat melalui langkah-langkah langsung, baik melalui persuasi verbal, pengawasan hukum atau intensif-intensif lain. Tindakan-tindakan langsung pemerintah dapat berupa : Murni, 2006 : 213 1. Kebijakan pengendalian harga dan upah dipasar produk dan pasar tenaga kerja. 2. Kebijakan pendapatan berbasis pajak berupa kebijakan pemerintah untuk menaikkan pajak penghasilan secara perlahan agar tidak mempengaruhi lonjakan harga barang di pasar. 3. Kebijakan strategi pasar yang menekankan kekuatan pengendalian ketersediaan barang di pasar, sehingga dapat memperkuat daya tahan pasar terhadap kenaikan harga.