Latar Belakang Permasalahan Analisis pengaruh suku bunga SBI, Fluktuasi kurs dollar AS dan tingkat inflasi terhadap penerimaan pajak penghasilan
5 Telah terjadi perkembangan yang sangat signifikan pada kondisi
perekonomian nasional dan internasional, yang membawa implikasi sangat besar terhadap pelaksanaan APBN beberapa tahun terakhir ini. Berdasarkan
perkembangan terakhir, berbagai indikator ekonomi nasional dan internasional memberi dampak pada asumsi dasar ekonomi makro yang dipakai sebagai dasar
perhitungan APBN sering dipandang sudah kurang realistis, sehingga perlu dilakukan beberapa penyesuaian, khususnya terhadap nilai tukar kurs, inflasi dan
tingkat suku bunga SBI.Adanya bentuk revisi atau perubahan dalam penyusunan APBN menunjukkan upaya dari pemerintah untuk lebih mendekatkan struktur
dalam APBN kepada kondisi yang paling realistis bila dihubungkan dengan kondisi perekonomian makro pada tahun berjalan. Dengan adanya revisi tersebut
akan mempengaruhi langsung besarnya perkiraan penerimaan pajak, seperti diuraikan dalam nota keuangan dan RAPBN-perubahan tahun 2005 bahwa faktor-
faktor yang mempangaruhi perkiraan penerimaan perpajakan dalam tahun 2005 antara lain meliputi : I perkembangan variabel asumsi ekonomi makro, seperti
pertumbuhan ekonomi, tingkat inflasi, nilai tukar rupiah terhadap dolar amerika serikat, serta tingkat suku bunga; 2 berbagai kebijakan dibidang perpajakan, dan
3 langkah-langkah administrasi perpajakan yang dilaksanakan RAPBN, 2005. Terkait dengan variabel asumsi pertumbuhan ekonomi sebagai salah satu
asumsi dasar penyusunan APBN, dalam lima tahun terakhir yaitu tahun 2005 hingga tahun 2009 angka realisasi menunjukkan peningkatan yang relatif pesat
terutama ditahun 2007 sebesar 6,3 . Bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya yaitu tahun 2006 realisasi pertumbuhan ekonomi sebesar 5,5
6 terdapat penurunan sebesar 2, hal ini menunjukkan sinyal yang positif bagi
peningkatan penerimaan pajak bagi Negara. Untuk lebih lengkapnya dalam tabel 1.2 disajikan data pertumbuhan ekonomi dengan penerimaan pajak dalam kurun
waktu lima tahun terakhir yaitu tahun 2005 hingga 2009.
Tabel 1.2
Pertumbuhan ekonomi, penerimaan pajak, dan pajak penghasilan tahun 2005-2009 :
Tahun Pertumbuhan
Ekonomi Penerimaan
pajak miliar Rp
Penerimaan Pajak Penghasilan miliar Rp
2005 5.7
347.031,1 175.541,2
2006 5.5
409.203,0 208.833,1
2007 6.3
490.988,6 238.430,9
2008 6.0
658.700,8 327.497,7
2009 4,5
725.843,0 357.400,5
Sumber : Data APBN
Gambar 1.1
Perkembangan Penerimaan Pajak Tahun 2005 - 2009
0,00 100.000,00
200.000,00 300.000,00
400.000,00 500.000,00
600.000,00 700.000,00
800.000,00
2005 2006
2007 2008
2009 Pener imaan Pajak
Pener imaan Pajak Penghasilan
Sumber : Data Diolah Dari tabel dan gambar diatas, dapat dilihat adanya pertumbuhan ekonomi
yang naik turun dan diikuti dengan kenaikan besarnya penerimaan pajak secara umum dan berpengaruh pula pada kenaikan pajak penghasilan secara khusus. Hal
7 ini menunjukkan adanya keterkaitan antara pertumbuhan ekonomi sebagai salah
satu variabel makro perekonomian dengan jumlah realisasi penerimaan pajak secara umum dan penerimaan pajak secara khusus. Dari gambaran tersebut dapat
dikatakan bahwa ada upaya pemerintah menjalankan kebijakan fiskal dengan mendasari pada kondisi makro ekonomi yang lebih realistis.
Namun ada hal yang perlu dicermati mengenai pergerakan dari unsur dalam tabel diatas, pada tahun 2005 dan 2006 terjadi penurunan pertumbuhan
ekonomi sebesar 2 akan tetapi diikuti dengan kenaikan permintaan pajak sebesar Rp. 62171,9,- Hal ini bila dilihat secara sekilas, terdapat kenyataan yang
sifatnya kontradiktif bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya dimana kenaikan pertumbuhan ekonomi selalu diikuti dengan kenaikan realisasi
penerimaan pajak dan pajak penghasilan. Seperti diuraikan diatas bahwa tingkat pertumbuhan ekonomi merupakan
salah satu variabel ekonomi makro yang menjadi dasar asumsi pemerintah dalam penyusunan APBN dimana didalamnya terdapat kebijakan mengenai penetapan
target penerimaan pajak. Masih ada variabel lainnya yang ikut menjadi dasar asumsi tersebut dan secara langsung ikut mempengaruhi tingkat penerimaan pajak
seperti ; tingkat inflasi, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat dan tingkat suku bunga.
Variabel-variabel tersebut diasumsikan cukup mempunyai pengaruh terhadap penerimaan pajak penghasilan, karena menyentuh langsung aktivitas
dunia usaha. Implikasi dari perubahan-perubahan variabel tersebut akan mempengaruhi besarnya harga barang dan jasa di masyarakat yang kemudian
8 akan mempengaruhi besarnya pendapatan dan biaya yang dibukukan oleh wajib
pajak dan badan usaha yang mencari keuntungan, seperti kenaikan suku bunga, kurs valuta asing dan inflasi. Kenaikan suku bunga yang dipicu oleh kenaikan
suku bunga the fed, menyebabkan meningkatnya beban usaha perusahaan. Disamping itu memburuknya kondisi perekonomian juga dapat dilihat aksi
redemption aksi jual yang dilakukan oleh pemodal pada media investasi reksadana pendapatan tetap, akibat kenaikan suku bunga.
Kebijakan pemerintah dalam menaikan harga bahan bakar minyak, berdampak pada kenaikan harga-harga sejumlah kebutuhan pokok, serta
melemahkan daya beli masyarakat. Akibatnya nilai uang yang dimiliki menurun. Turunnya nilai uang tersebut akan menurunkan pula hasil investasi, sehingga akan
mempengaruhi pajak yang harus di bayar. Dipihak lain, pergerakan tingkat inflasi juga perlu menjadi perhatian,
karena berdampak pada seluruh sektor usaha. Tingginya tingkat inflasi dapat menambah angka kerugian yang berakibat meningkatnya tingkat pengangguran
akibat PHK yang dilakukan perusahaan dalam upaya mempertahankan usahanya agar tetap eksis.
Dampak inflasi yang tinggi juga akan berimbas pada gejolaknya nilai tukar rupiah atau dolar amerika. Nilai rupiah menjadi turun, akibat naiknya permintaan
masyarakat terhadap dolar sementara penawaran terhadap dolar menurun. Tingginya permintaan dolar untuk membiayai barang-barang impor berakibat
meningkatnya beban perusahaan dalam melaksanakan aktivitas produksinya,
9 sehingga mengurangi penghasilan bersih perusahaan dan berakibat menurunkan
pembayaran pajak kepada Negara. Selain itu faktor lain yang ikut mempengaruhi penerimaan pajak adalah
kebijakan dibidang perpajakan dan langkah-langkah administrasi perpajakan yang dilaksanakan oleh pemerintah khususnya direktorat jendral pajak. Penambahan
target penerimaan pajak ditangah iklim usaha yang tidak begitu kondusif, membuat realisasi penerimaan pajak dengan sendirinya berimbas pula. Disisi lain
kebijakan intensif pajak baru ini, lagi-lagi mengakibatkan potensi penerimaan pajak juga menjadi berkurang. Permintaan insentif ini muncul sebagai tuntutan
masyarakat wajib pajak akibat perubahan iklim usaha. Dari uraian diatas menunjukkan bahwa terdapat variabel selain tingkat
pertumbuhan ekonomi yang mempengaruhi tingkat penerimaan pajak
penghasilan. Seperti diuraikan dalam penjelasan mengenai APBN 2005 yang menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan pajak, maka perlu
dikaji bagaimana pengaruh variabel lainnya terhadap tingkat penerimaan pajak. Hal inilah yang menjadi dasar dilakukannya penelitian dalam skripsi ini, untuk
melihat bagaimana pengaruh variabel-variabel makro lain terhadap tingkat penerimaan pajak penghasilan.