33
3. Karakteristik SBI
Terdapat beberapa karakteristik SBI, antara lain; Siamat; 2004 1.  Jangka  waktu  maksimum  12  bulan  dan  sementara  diterbitkan  untuk  jangka
waktu 1dan 3 bulan. 2.  Denominasi  :  dari  yang  terendah  Rp  50  juta  sampai  yang  tertinggi  Rp  100
miliar. 3. Pembelian SBI oleh masyarakat minimal Rp 100 juta, dan selebihnya dengan
kelipatan Rp 50 juta. 4. Pembelian SBI di dasarkan pada nilai tunai yang diperoleh dari rumus berikut
ini :
Nilai Nominal x 360 360 + tingkat Diskonto x Jangka Waktu
5.  Pembelian  SBI  memperoleh  hasil  serupa  berupa  diskonto  yang  dibayar dimuka. Besarnya diskonto adalah nominal dikurangi dengan nilai tunai.
6. Pajak Penghasilan PPh atas diskonto dikenakan secara final sebesar 15.
4. Tata cara transaksi penjualan SBI
1. Penjualan  SBI  dilakukan  melalui  lelang.  Jumlah  SBI  yang  akan  dilelang diumumkan setiap hari selasa.
2. Lelang dilakukan setiap hari rabu dan dapat diikuti oleh seluruh bank umum, pialang  pasar  uang  dan  pialang  pasar  modal  dengan  penyelesaian  transaksi  hari
kamis.
34 3. Dalam  pelaksanaan  lelang,  masing-masing  peserta  mengajukan  penawaran
jumlah SBI yang ingin dibeli beserta tingkaat diskontonya. Pemenang lelang akan di  prioritaskan  pada  peserta  yang  mangajukan  penawaran  tingkat  diskonto  yang
relatif  rendah,  dengan  batasan  atas  jumlah  SBI  yang  dilelang.  Contoh  ada  6 peserta lelang, dan jumlah SBI yang dilelang adalah Rp 5 miliar. Peserta A, B dan
C  sudah  dinyatakan  sebagai  pemenang  dengan  jumlah  total  penawaran  Rp  4,5 miliar dan tingkat diskonto yang lebih randah dari peserta DEF. Sisanya Rp 500
juta  diperebutkan  oleh  peserta  DEF,  dan  pemenangnya  adalah  D  karena  tingkat diskontonya lebih randah dari peserta EF. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
table dibawah ini :
Table 2.1
Contoh hasil lelang SBI Target Lelang Rp 5 Miliar
Peserta Jumlah penawaran suku
bunga Suku
bunga Jumlah kumulatif
A Rp.1.500.000.000
20 Rp.1.500.000.000
B Rp.1.000.000.000
26 Rp.2.500.000.000
C Rp.2.000.000.000
30 Rp.4.500.000.000
D Rp.2.000.000.000
34 Rp.5.000.000.000
E Rp.   750.000.000
37 F
Rp.1.250.000.000 40
Sumber : Data diolah Keterangan :
Peserta A,B dan C menang lelang Peserta D menang sebagian Rp 500 juta
Peserta E dan F kalah lelang
35
3. Inflasi a. Pengertian dan sebab inflasi
Menurut  Boediono  2000  inflasi  adalah  kecenderungan  dari  kenaikan harga-harga  secara  umum  dan  terus-menerus.  Ini  tidak  berarti  bahwa  harga
berbagai  macam barang  itu  naik  dengan  persentase  yang  sama.  Mungkin  dapat terjadi  kenaikan  tersebut  tidaklah  bersamaan.  Yang  penting  terdapat  kenaikan
harga umum barang secara terus menerus selama suatu periode tertentu. Kenaikan yang  terjadi  hanya  sekali  saja  meskipun  dengan  persentase  yang  cukup  besar
bukanlah merupakan inflasi. Inflasi  adalah  kecenderungan  dari  harga-harga  untuk  naik  secara  umum
dan  terus-menerus Sukirno, 2002.  Akan  tetapi  bila  kenaikan  harga  hanya  dari satu  atau  dua  barang  saja  tidak  disebut  inflasi,  kecuali  bila  kenaikan  tersebut
meluas atau menyebabkan kenaikan sebagian besar dari harga barang-barang lain. Kenaikan harga-harga barang itu tidaklah harus dengan persentase yang sama.
Inflasi  merupakan  kenaikan  harga  secara  terus-menerus  dan  kenaikan harga yang terjadi pada seluruh kelompok barang dan jasa Pohan, 2008. Bahkan
mungkin dapat terjadi kenaikan tersebut tidak bersamaan. Yang penting kenaikan harga umum barang secara terus-menerus selama suatu periode tertentu. Kenaikan
harga  barang  yang  terjadi  hanya  sekali  saja,  meskipun  dalam  persentase  yang cukup besar, bukanlah merupakan inflasi, Nopirin, 2000. Atau dapat dikatakan,
kenaikan harga barang yang hanya sementara dan sporadis tidak dapat dikatakan akan menyebabkan inflasi.
36 Dari kutipan di atas diketahui bahwa inflasi adalah keadaan di mana terjadi
kelebihan  permintaan  Excess  Demand  terhadap  barang-barang  dalam perekonomian secara keseluruhan. Inflasi sebagai suatu kenaikan harga yang terus
menerus  dari  barang  dan  jasa  secara  umum  bukan  satu  macam  barang  saja  dan sesaat.  Menurut  definisi  ini,  kenaikan  harga  yang  sporadis  bukan  dikatakan
sebagai Inflasi. Inflasi  menyebabkan  harga  barang  impor  lebih  murah  dari  pada  barang
yang dihasilkan di dalam negeri. Maka pada umumnya inflasi akan menyebabkan impor  berkembang  lebih  cepat  tetapi  sebaliknya  perkembangan ekspor  akan
bertambah  lambat.  Di  samping  itu  aliran  modal  yang  keluar  akan  lebih  banyak dari  pada  yang  masuk  ke  dalam  negeri.  Berbagai  kecenderungan  ini  akan
memperburuk keadaan neraca pembayaran, defisit neraca pembayaran yang serius mungkin  berlaku.  Hal ini seterusnya  akan  menimbulkan  kemerosotan  nilai  mata
uang Sukirno, 2000. Kenaikan harga-harga menyebabkan barang-barang yang diproduksikan di
negara itu tidak dapat bersaing dengan barang yang sama di pasaran luar negeri. Oleh  sebab  itu  ekspor  negara  tersebut  akan  turun  dan  tidak  berkembang.
Sebaliknya  kenaikan  harga-harga  dalam  negeri menyebabkan  barang-barang  dari negara  lain  menjadi  relatif  lebih  murah  dan  ini  akan  mempercepat  pertambahan
impor. Inflasi berpengaruh negatif terhadap nilai ekspor, maka selanjutnya inflasi akan  menyebabkan  impor  menjadi  lebih  besar  dari  ekspor. Apabila  cadangan
devisa  negara  itu  cukup  besar,  kelebihan  impor  ini  dapat  dibayar  dari  cadangan itu. Tetapi apabila cadangan devisa tidak cukup besar, pemerintah akan berusaha