Sistem Nilai Tukar Exchange Rate System.

53 1. Tingkat Inflasi. Perubahan tingkat inflasi suatu Negara dapat mempengaruhi aktivitas perdagangan internationalnya sehingga mempengaruhi permintaan dan penawaran atas mata uang dan oleh karenanya berpengaruh terhadap nilai tukarnya. Meningkatnya inflasi suatu Negara akan mengakibatkan menurunnya nilai tukar mata uangnya terhadap mata uang Negara lain asumsi inflasi Negara lain tetap. 2. Tingkat Suku Bunga. Menurut Mamduh 2003:110 perubahan tingkat suku bunga suatu Negara akan memepengaruhi investasi asing pada sekuritas Negara tersebut, sehingga akan mempengaruhi permintaan dan penawaran atas mata uang Negara tersebut yang tentunya akan mempengaruhi nilai tukarnya. Meningkatnya tingkat suku bunga suatu Negara diasumsikan suku bunga Negara lain tetap akan mengakibatkan permintaan atas mata uang Negara tersebut meningkat sehingga akan menyebabkan meningkatnya nilai tukar mata uangnya terhadap Negara lain. Namun harus diperhatikan juga apakah meningkatnya tingkat suku bunga tersebut adalah nyata real, artinya tingkat suku bunga Negara tersebut harus lebih tinggi dari tingkat inflasinya. 3. Tingkat pendapatan income levels. Perubahan tingkat pendapatan suatu Negara juga mempengaruhi nilai tukar mata uang Negara tersebut. Meningkatnya tingkat pendapatan akan mengakibatkan menurunnya nilai tukar mata uangnya terhadap Negara lain asumsi tingkat pendapatan Negara lain tetap karena peningkatan pendapatan 54 tersebut akan mengakibatkan meningkatnya permintaan barang dan jasa sehingga mempengaruhi penawaran mata uang negara tersebut meningkat dipasaran. 4. Pengawasan pemerintah. Kebijaksanaan yang dilakukan oleh pemerintah suatu Negara juga bisa mempengaruhi nilai tukar mata uangnya, misalnya kebijaksanaan suku bunga, pengendalian inflasi dan lain-lain. 5. Expektasi expectation. Harapan pasar atas nilai tukar mata uang suatu Negara dimasa yang akan dating juga mempengaruhi nilai tukar mata uangnya dimasa sekarang. Jika harapan pasar dimasa yang akan dating nilai tukarnya naik, maka permintaan atas mata uang Negara tersebut akan meningkat sehingga nilai tukarnya akan naik.

d. Beberapa teori yang berkaitan dengan pengukuran nlai tukar valuta.

Berikut adalah beberapa teori yang berkaitan dengan nlai tukar valuta asing : Berlian; 2004:18 1. Balance of payment approach. Pendekatan ini mendasarkan pada pendapat bahwa nilai tukar valuta terssebut. Alat yang digunakan untuk mengukur kekuatan penawaran dan permintaan valuta asing ini disebut balance of payment yang dapat menunjukkan aliran dana masuk dan keluar suatu Negara. 2. Teori purchasing power parity. Teori ini menghubungkan antara nilai tukar dengan daya beli suatu valuta terhadap barang dan jasa. Pendekatan ini menggunakan apa yang disebut dengan 55 law of one price sebagai dasar asumsi bahwa terdapat dua barang yang identik dan mempunyai harga yang sama. 3. Fisher effect Teori ini diperkenalkan oleh irving fisher, yang menyatakan bahwa tingkat suku bunga riil ditambah tingkat inflasi dinegara itu. 4. International fisher effect Pendapat ini menyatakan bahwa pergerakan nilai mata uang satu Negara dibanding Negara lain pergerakan kurs disebabkan oleh perbedaan suku bunga nominal yang ada di kedua Negara tersebut. Implikasi dari teori ini adalah bahwa orang tidak bisa menikmati keuntungan yang lebih tinggi hanya dengan menanamkan dana mereka ke Negara yang mempunyai suku bunga nominal tinggi karena nilai mata uang Negara yang tinggi tersebut akan terdepresiasi turun nilainya sebesar selisih bunga nominal dengan Negara yang mempunyai suku bunga nominal lebih rendah.

e. Pengelompokan mata uang asing

Tajul 2000:5 membagi kelompok mata uang asing dalam dua kelompok besar 1. Hard currency Mata uang yang termasuk dalam kelompok hard currency adalah mata uang yang mempunyai nilai relatif stabil, tidak terlalu sering mengalami apresiasi kenaikan nilai atau depresiasi penurunan nilai jika dibandingkan dengan mata uang yang selalu dipilih untuk digunakan sebagai alat pembayaran serta satuan hitung dalam transaksi ekonomi dan keuangan internasional. Hard currency 56 umumnya adalah mata uang dari Negara-negara industri seperti Dollar Amerika Serikat USD, Yen Jepang JPY, Poundsterling Inggris GBP, Deutch Mark Jerman DEM, France Prancis FRF, Dollar Australia AUD dan France Swiss SFR. 2. Soft Currency Lawan dari hard currency adalah soft currency, yaitu mata uang yang lemah yang kurang laku atau jarang sekali digunakan sebagai alat pembayaran dan satuan hitung dalm transaksi ekonomi dan keuangan international karena nilainya relative kurang stabil inconvertible currency serta sering terdepresiasi jika dibandingkan dengan mata uang Negara-negara lainnya. Soft currency umumnya terdiri dari mata uang Negara-negara yang sedang berkembang yang sifatnya sangat sensitive terhadap gejolak politik, perubahan kebijakan ekonomi dan moneter pemerintah Negara yang bersangkutan termasuk terhadap perubahan- perubahan kondisi social ekonomi internasional. Kemampuan suatu Negara dalam melakukan transaksi ekonomi dan keuangan internasional sangat tergantung pada cadangan devisa yang dimiliki, yang dapat dilihat pada neraca pembayaran internasional atau balance of payment BOP yang bersangkutan. Semakin banyak cadangn devisa valas suatu Negara akan semakin besar pula kemampuan Negara tersebut melakukan transaksi ekonomi dan keuangan internasional. Menurut Tajul 2000;5, cadangan devisa suatu Negara dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu : a. official Forex Reserve