26 Sedangkan reaksi psikologis contohnya perilaku apatis, isolasi diri, tidak
berminat, sering disertai rasa takut dan berlebihan. 3 Perilaku kompromi, yaitu cara yang konstruktif yang digunakan oleh
individu dimana menyelesaikan masalahnya individu tersebut melakukan pendekatan negosiasi atau bermusyawarah. Contohnya bermusyawarah
saat menghadapi permasalahan dengan orang lain. Pendapat tersebut sesuai dengan pendapat Kozier 2004: 62 bahwa
strategi coping dibedakan menjadi dua tipe menurut yaitu: a. Strategi coping berfokus pada masalah problem focused coping, meliputi
usaha untuk memperbaiki suatu situasi dengan membuat perubahan atau mengambil beberapa tindakan dan usaha segera untuk mengatasi ancaman
pada dirinya. Misalnya negosiasi, konfrontasi dan meminta nasehat. b. Strategi coping berfokus pada emosi emotional focused coping, meliputi
usaha-usaha dan gagasan yang mengurangi distres emosional. Mekanisme koping berfokus pada emosi tidak memperbaiki situasi tetapi seseorang
sering merasa lebih baik. Berdasarkan penjelasan tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa strategi
coping terbagi menjadi dua yaitu berorientasi pada aspek emosional ego dan berorientasi pada upaya-upaya penyelesaian masalah tugas.
4. Faktor Yang Mempengaruhi Strategi Coping
Menurut Stuart dan Laraia dalam Dwi agustianto, 2011: 11 bahwa faktor yang mempengaruhi strategi coping yaitu sebagai berikut:
a. Materi
27 Saat lansia memasuki masa pensiun, maka akan berdampak pada
berkurangnya penghasilan, hal ini dapat menimbulkan stres sehingga aset materi dapat meningkatkan strategi coping dalam menghadapi stres tersebut
karena dengan aset materi, seseorang dapat memenuhi kebutuhan dengan lebih baik.
b. Kesehatan fisik, merupakan hal yang penting karena selama dalam usaha mengatasi stres individu dituntut untuk dapat mengerahkan tenaga yang
cukup besar. c. Ketrampilan sosial, meliputi kemampuan untuk berkomunikasi dan
bertingkah laku dengan cara-cara yang sesuai dengan nilai-nilai sosial yang berlaku di masyarakat mendukung strategi coping dalam menghadapi stres.
d. Keyakinan atau pandangan positif, keyakinan menjadi sumber daya psikologis yang sangat penting seperti keyakinan akan nasib yang
mengarahkan individu pada penilaian ketidakberdayaan yang akan menurunkan kemampuan strategi coping.
e. Ketrampilan memecahkan masalah, meliputi kemampuan untuk mencari informasi, menganalisa situasi, mengidentifikasi masalah dengan tujuan
untuk menghasilkan alternatif tindakan, kemudian mempertimbangkan alternatif tersebut sehubungan dengan hasil yang ingin dicapai dan pada
akhirnya melaksanakan rencana dengan melakukan suatu tindakan yang tepat. Dengan ketrampilan memecahkan masalah ini, maka stres dapat
teratasi dengan baik. f. Dukungan sosial, meliputi dukungan pemenuhan kebutuhan informasi dan
emosional pada diri individu yang diberikan oleh orang tua, anggota
28 keluarga lain, saudara, teman, dan lingkungan masyarakat sekitarnya.
Dengan dukungan sosial ini dapat mengurangi stres pada lansia. Mu’tadin 2002: 43 mengemukakan bahwa faktor yang mempengaruhi
strategi coping meliputi kesehatan fisikenergi, ketrampilan memecahkan masalah, ketrampilan sosial, dukungan sosial dan materi. Pendapat tersebut
sesuai dengan pendapat Rasmun 2001: 45 yang mengemukakan bahwa faktor yang mempengaruhi strategi coping meliputi: ekonomi, keterampilan dan
kemampuan, dukungan sosial dan motivasi. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa faktor yang mempengaruhi
strategi coping meliputi: a kesehatan fisikenergi, b ketrampilan memecahkan masalah, c ketrampilan sosial, d dukungan sosial, e materi, f keyakinan atau
pandangan positif.
C. Lanjut Usia Lansia 1. Pengertian Lansia
Masa lanjut usia sering juga disebut masa dewasa akhir atau masa tua atau masa kematangan akhir. Penuaan adalah normal dengan perubahan fisik
dan tingkah laku yang diramalkan yang terjadi pada semua orang pada saat mereka mencapai usia tahap perkembangan kronologis tertentu. Hal ini
merupakan suatu fenomena yang kompleks dan multidimensional yang dapat diobservasi di dalam satu sel dan berkembang sampai keseluruhan sistem
Mickey, 2006: 68. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 1998 tentang
kesejahteraan lanjut usia pada pasal 1 ayat 2 yang menyatakan bahwa lanjut
29 usia adalah penduduk laki-laki dan wanita yang berusia 60 tahun ke atas Sri
Iswanti Mahmudi, 2000: 47. Dengan demikian lansia adalah kelompok penduduk laki-laki dan perempuan yang berusia di atas 60 tahun.
2. Klasifikasi Lansia
Menurut Departemen Kesehatan dalam Maryam, 2008: 6 klasifikasi lansia meliputi:
a. Pralansia prasenilis, yaitu seseorang yang berusia antara 45-59 tahun. b. Lansia, yaitu seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih.
c. Lansia resiko tinggi, yaitu seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih
atau seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih dengan masalah kesehatan.
d. Lansia potensial, yaitu lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan atau kegiatan yang menghasilkan barang atau jasa.
e. Lansia tidak potensial, yaitu lansia yang tidak berdaya mencari nafkah, sehingga hidupnya bergantung pada bantuan orang lain.
Sementara menurut WHO klasifikasi lansia menjadi 4 yaitu sebagai berikut:
a. Usia pertengahan middle age yaitu kelompok 45-59 tahun. b. Usia lanjut elderly age yaitu kelompok usia 60-74 tahun.
c. Usia lanjut usia old yaitu kelompok usia 75-90 tahun. d. Usia sangat tua very old yaitu kelompok usia di atas 90 tahun.
Selanjutnya menurut Azis dalam Erwinsyah Putra Surbakti, 2008: 26 lansia dibagi menjadi tiga kelompok yakni kelompok lansia dini 55-64
tahun yang merupakan kelompok baru memasuki lansia, kelompok lansia 65 tahun ke atas dan kelompok lansia resiko tinggi lansia yang berusia
lebih dari 70 tahun. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa lansia
dikelompokkan berdasarkan usia dan kemampuan.