Tipe Lansia Lanjut Usia Lansia 1. Pengertian Lansia

33 Selanjutnya Boedhi dan Darmojo 2009: 7 ada 5 tipe lansia yaitu sebagai berikut: a. Tipe konstruktif Tipe ini mempunyai integritas baik, dapat menikmati hidupnya, mempunyai toleransi tinggi, humoristik, fleksibel luwes dan tahu diri. Biasanya sifat- sifat ini dibawanya sejak muda. Tipe ini dapat menerima fakta-fakta proses menua, mengalami masa pensiun dengan tenang juga dalam menghadapi masa akhir. b. Tipe ketergantungan dependent Tipe lansia ini masih dapat diterima di tengah masyarakat, tetapi selalu pasif, tak berambisi, masih tahu diri, tidak mempunyai inisiatif dan bertindak tidak praktis. Biasanya tipe lansia seperti ini dikuasai istrinya. Tipe ini senang mengalami pensiun, bahkan biasanya banyak makan dan minum, tidak suka bekerja dan senang untuk berlibur. c. Tipe defensif Tipe ini dahulu biasanya mempunyai pekerjaanjabatan tapi tak stabil, tidak tetap, bersifat selalu menolak bantuan, seringkali emosinya tak dapat dikontrol, memegang teguh pada kebiasaannya. d. Tipe bermusuhan hostility Tipe ini menganggap orang lain yang menyebabkan kegagalannya, selalu mengeluh, bersifat agresif, curiga. Biasanya pekerjaan waktu dulunya tidak stabil. Menjadi tua dianggapnya tidak ada hal-hal yang baik, takut mati, iri hati pada orang yang muda, senang mengadu untung pada pekerjaan- pekerjaan aktif untuk menghindari masa yang sulitburuk. 34 e. Tipe membencimenyalahkan diri sendiri selfhaters Tipe ini bersifat kritis terhadap diri sendiri dan menyalahkan diri sendiri, tak mempunyai ambisi, mengalami penurunan kondisi sosio-ekonomi. Biasanya mempunyai perkawinan yang tak bahagia, mempunyai sedikit “hobi”, merasa menjadi korban dari keadaan, namun tipe ini menerima fakta pada proses menua, tidak iri hati pada yang berusia muda, merasa sudah cukup mempunyai apa yang ada. Tipe ini menganggap kematian sebagai suatu kejadian yang membebaskannya dari penderitaan. Menurut John, Costa dan Mc Crae dalam Hasma Nurhayati, 2010: 33 untuk mengidentifikasi kepribadian individu dapat dilakukan dengan menggunakan tes big five personality. Ada 5 tipe kepribadian menurut dalam big five personality, yaitu: 1 Extroversion, yaitu orang dengan tipe cenderung semangat, antusias, dominan, ramah, dan komunikatif. Orang sebaliknya akan cenderung pemalu, tidak percaya diri, dan pendiam. 2 Agreeableness, yaitu orang dengan tipe cenderung ramah, kooperatif, mudah percaya dan hangat. Orang sebaliknya akan cenderung dingin, konfrontatif, dan kejam. 3 Conscientiousness, yaitu orang dengan tipe cenderung berhati-hati, dapat diandalkan, teratur, dan bertanggung jawab. Orang sebaliknya akan cenderung ceroboh, berantakan, dan tidak dapat diandalkan. 4 Neuroticism, yaitu orang dengan tipe cenderung gugup, sensitif, tegang, dan mudah cemas. Orang sebaliknya akan cenderung tenang dan santai. 5 Openness, yaitu orang dengan tipe cenderung terlihat imajinatif, menyenangkan, kreatif, dan artistik. Orang sebaliknya akan cenderung dangkal, membosankan, dan sederhana. Berdasarkan beberapa pendapatdi atas, tipe lansia terdiri dari berbagai macam tipe sesuai dengan karakteristik masing-masing. 35

4. Perubahan Pada Lansia

Menurut Sri Iswanti Mahmudi 2000: 54 perubahan-perubahan yang terjadi pada lansia adalah sebagai berikut: a. Kondisi fisik Perubahan fisik ini terdiri dari perubahan anatomik yang menyebabkan kemunduran fisiologik fungsi alat yang bersangkutan, meliputi: 1 Perubahan pada kerangka tubuh, sehingga tulang menjadi keras dan mudah patah. 2 Sistem syaraf pusat berkurang yang mengakibatkan menurunnya kecepatan belajar dan menginggat, sehingga lanjut usia mudah lupa. 3 Organ-organ bagian dalam seperti jantung, hati, ginjal, paru-paru, limpa akan berkurang fungsinya. 4 Kulit akan kehilangan elastisitasnya, sehingga menjadi kering dan keriput, menyebabkan lanjut usia tidak tahan panas dan dingin. 5 Penurunan alat-alat indra, karena semua organ penginderaan akan kehilangan sensitivitas dan efisiensinya. b. Kondisi Kognitif Penurunan intelegensi pada lanjut usia tetap terjadi walaupun tidak selalu sama pada setiap orang. Penurunan intelegensi ini akan menyebabkan lanjut usia mudah lupa terutama pada kejadian-kejadian yang baru, namun untuk peristiwa-peristiwa masa lalu terutama yang berkesan akan tetap teringat. c. Kondisi emosi Secara umum terdapat hubungan antara penurunan kondisi dalam aspek fisik, kognitif dan aspek lain pada aspek emosi, antara lain : 1 Depresi dan disorganisasi. 2 Perasaan rendah diri dan kecil hati. 3 Penyesuaian yang kurang pada lingkungan sosial. 36 d. Kondisi Minat Pada lanjut usia minat lebih tertuju pada diri sendiri, sehingga lanjut usia cenderung menjadi lebih egosentris, dan senang membesar-besarkan penyakit yang dideritannya untuk menarik perhatian. e. Kondisi sosial Semakin bertambah usia menyebabkan lanjut usia semakin berkurang aktifitas sosialnnya, hal ini lazim diistilahkan sebagai lepas dari kegiatan kemasyarakatan atau social disagegement. f. Kondisi ekonomi Di lihat dari kemunduran fisik, lanjut usia sudah berkurang kemampuannya untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan yang banyak melibatkan kekuatan fisik. Seiring dengan datangnya masa tersebut, maka penghasilan juga akan mengalami penurunan. g. Kondisi keagamaan Lanjut usia menaruh minat pada masalah kematian. Ketertarikan akan agama pada lanjut usia sering dipusatkan pada masalah kematian pada usia tersebut. Oleh karena itu, agar lanjut usia memiliki kesiapan untuk menghadapi kematian, maka lanjut usia perlu diberi kesempatan mempersiapakan diri untuk mencapai tujuan atau makna hidup. Sementara Mubarak 2006: 15 mengemukakan bahwa perubahan- perubahan yang terjadi pada lansia meliputi: a. Perubahan-perubahan fisik Meliputi: sistem pendengaran, sistem penglihatan, sistem reproduksi, sistem perkemihan, sistem respirasi, temperatur tubuh dan sebagainya. 37 b. Perubahan-perubahan psikososial Meliputi: pensiun, merasakan atau sadat akan kematian, ekonomi melemah atau menurun akibat pemberhentian dari jabatan, meningkatnya biaya hidup, bertambahnya biaya pengobatan. c. Perubahan kondisi mental Dari segi mental emosional sering muncul perasaan pesimis, timbulnya perasaan tidak aman dan cemas, adanya kekacauan mental akut, merasa terancam akan timbulnya suatu penyakit atau takut ditelantarkan karena tidak berguna lagi. d. Perubahan kognitif Perubahan pada fungsi kognitif diantaranya adalah kemunduran terutama pada tugas-tugas yang membutuhkan kecepatan dan tugas memerlukan memori jangka pendek atau seketika 0-10 menit. e. Perubahan spritual Pada lansia agama atau kepercayaan makin terintegrasi dalam kehidupannya. Pendapat di atas tidak berbeda jauh dengan pendapat Syamsuddin 2008: 19 yang mengemukakan bahwa masa lansia sering dimaknai sebagai masa kemunduran, terutama pada keberfungsian fungsi-fungsi fisik dan psikologis. Penyebab fisik kemunduran ini merupakan suatu perubahan pada sel-sel tubuh bukan karena penyakit khusus tetapi karena proses menua. Kemunduran dapat juga mempunyai penyebab psikologis. Masalah-masalah lain seperti kemunduran dari aspek sosial ekonomi. Secara ekonomi, lansia merupakan masa pensiun, produktivitas menurun, otomatis penghasilan juga berkurang 38 bahkan bisa jadi nihil yang menyebabkan lansia menjadi tergantung atau mengantungkan diri pada orang lain seperti anak atau keluarga yang lain. Kemunduran dari segi sosial ditandai dengan kehilangan jabatan atau posisi tertentu dalam sebuah organisasi atau masyarakat, yang telah menempatkan dirinya sebagi individu dengan status terhormat, dihargai, memiliki pengaruh, dan didengarkan pendapatnya. Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa perubahan- perubahan yang terjadi pada lansia meliputi: aspek kondisi fisik, kognitif, emosi, minat, sosial, ekonomi dan keagamaan.

5. Tugas Perkembangan Lansia

Pada masa lanjut usia mempunyai tugas pengembangan yang harus di lakukan oleh para lanjut usia. Menurut Melly dalam Sri Iswanti Mahmudi, 2000: 69 tugas pengembangan tersebut sebagai berikut : a. Menyesuaikan diri pada keadaan menurunnya kemampuan atau kekuatan fisik dan kesehatan. b. Menyesuaikan diri dengan masa pensiun dan berkurangnya penghasilan. c. Menyesuaikan diri dengan meninggalnya pasangan hidup. d. Membangun hubungan aktif dengan salah satu kelompok sosial yang sesuai dengan umurnya. e. Berusaha menemukan dan memberikan bantuan sosial sebagai warga negara. f. Menyusun bentuk dan cara hidup yang disesuaikan dengan keadaan fisik mereka.

Dokumen yang terkait

Analisis Pengaruh Pelatihan Dan Disiplin Terhadap Kinerja Pegawai Negeri Sipil Dengan Kompetensi Sebagai Variabel Intervening Pada Sekretariat Daerah Kabupaten Labuhanbatu Selatan

5 119 152

Sistem Pembinaan Karier Pegawai Negeri Sipil Dalam Penempatan Jabatan Struktural di Kabupaten Pakpak Bharat

3 39 145

Pengaruh Pendidikan dan Pelatihan Terhadap Kinerja Pegawai Negeri Sipil Dalam Pelayanan Publik (Studi pada Badan Kepegawaian, Pendidikan dan Pelatihan Kabupaten Aceh Tamiang)

9 136 135

Efektivitas Kinerja Pegawai Negeri Sipil (PNS) Di Puskesmas Panei Tongah Kecamatan Panei Kabupaten Simalungun (Studi Kasus Di Puskesmas Panei Tongah Kabupaten Simalungun)

21 141 102

Pengaruh Mutasi Terhadap Semangat Kerja Pegawai Negeri Sipil Pada Dinas Tenaga Kerja Transmigrasi Dan Sosial Daerah Kabupaten Tapanuli Selatan

10 105 102

Hubungan Pendidikan Dan Pelatihan Dengan Kompetensi Pegawai Negeri Sipil Di Bidang Pelayanan Publik (Studi Pada Pelaksanaan Pendidikan Dan Pelatihan Kepemimpinan Tingkat IV Angkatan V Tahun 2008 Di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Aceh Tamiang)

0 37 268

KEGIATAN PENSIUNAN PEGAWAI NEGERI SIPIL (PNS) DI HARI TUANYA ( Studi Deskriptif pada 4 orang Pensiunan Pegawai Negeri Sipil (PNS ) di Desa Kaligondo,Kecamatan Genteng, Kabupaten Banyuwangi )

2 44 17

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2015 tentang Penetapan Pensiun Pokok PNS dan Janda/Dudanya.

0 0 7

HUBUNGAN ANTARA COPING STRATEGI DENGAN STRES KERJA DISEBABKAN OLEH MUTASI PADA PEGAWAI NEGERI SIPIL (PNS) DI KABUPATEN MERANGIN - UMBY repository

0 0 7

HUBUNGAN ANTARA COPING STRATEGI DENGAN STRES KERJA DISEBABKAN OLEH MUTASI PADA PEGAWAI NEGERI SIPIL (PNS) DI KABUPATEN MERANGIN - UMBY repository

0 0 14